Buat tet, tuntung, sean, legob, amin, mamat, mfl, dia itu peribahasa dan kawan si jali..ahhaa..=)
Disini saya mahu kongsikan sebuah artikel yang mungkin boleh memotivasikan diri kita sendiri, insya-Allah. Setiap apa yang berlaku pasti ada hikmatnya.
Jangan Bersedih, Hadapilah Kenyataan
Jika engkau hinakan dirimu setelah memperolehi kemulian, engkau pun akan menjadi hina. Jika engkau berputus asa terhadap sesuatu urusan, bererti engkau telah menghinakan dirimu pula.
Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).
(At-Taubah,
Saya pernah membaca sebuah cerita tentang seorang lelaki yang terjatuh dari jendela dan di salah satu jari tangan kirinya melingkar sebuah cincin. Ketika lelaki itu terjatuh, cincin itu tersangkut pada sebuah paku yang terdapat di jendela hingga terputus jarinya. Tangan kiri lelaki itu, tinggal empat jari sahaja. Ia pun berkata kepada dirinya: ir “Aku hampir tidak ingat lagi bahawa aku hanya memiliki empat jari sahaja di tangan yang disebelah kiri. Dan, aku baru menyedarinya ketika aku teringat akan kejadian tersebut.”
Allah telah mentakdirkan segalanya dan apa yang Ia kehendaki pasti akan terjadi.
(Al-Hadith)
Jangan kau sengaja batu di depan api.
Jika engkau melakukannya, wajahmu akan hitam
dan air mata pun akan menitis.
Saya mengenali seseorang yang putus tangan kirinya dari paras bahu kerana penyakit yang pernah menimpanya. Ia masih hidup sampai sekarang, telah menikah dan dikurniai zuriat. Ia boleh memandu kenderaannya dengan lancar dan melakukan pekerjaannya dengan sukacita, padahal Allah hanya memberikan satu tangan untuknya.
Terimalah dengan penuh kerelaan dengan apa yang telah Allah berikan kepadamu, nescaya kamu menjadi manusia yang paling kaya.
(Al-Hadith)
apakah air mata
dapat mengembalikan hal yang telah hilang?
Alangkah cepatnya kita mampu menyesuaikan diri dengan realiti, dan alangkah menakjubkannya kita mampu menerima keadaan kehidupan baru kita.
Seorang penyair mengatakan:
Nafsu berkeinginan
jika dirimu pun menginginkan.
Jika ia dipaksa untuk menerima yang sedikit
ia pun akan merasa puas.
Pernah terjadi fitnah di antara dua kabilah di sebuah masjid Kufah. Fitnah tersebut telah membuatkan kedua-dua kabilah menghunus pedang dan memasang anak panah. Suasana menjadi hiruk-piruk. Hampir saja semua kepala berpisah dari jasad. Keluarlah salah seorang di antara mereka dari masjid untuk mencari pendamai yang penyabar. Dia adalah Al-Ahnaf bin Qais. Pada ketika itu Ahnaf berada dirumahnya dan beliau memerah susu kambingnya. Dia memakai pakaian yang harganya tidak sampai sepuluh dirham. Badannya kurus dan penampilannya memprihatinkan. Ketika dikhabarkan tentang apa yang terjadi, ia bersikap tenang sahaja dan tidak panik. Sebab, dia sudah biasa menghadapi kesulitan dan hidup dalam tekanan. Ia hanya berkata: “Insya-Allah, semuanya berjalan dengan baik!” Setelah itu beliau bersarapan terlebih dahulu, seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Dan, sarapannya hanyalah sepotong roti kering, minyak, garam dan segelas air. Dia kemudian membaca “Bismillah”, dan makan. Selesai makan dia membaca “Alhamdulillah” seraya berkata: “Ini roti dari gandum Iraq, minyak dari Syam, airnya dari sungai Tigris, dan garamnya dari Murw adalah nikmat yang tiada tara.” Sesaat kemudian, ia mengenakan pakaiannya dan mengambil tongkatnya, lalu berjalan menuju ke masjid. Ketika orang-orang yang berada di masjid melihatnya, kepala mereka semua tertunduk dan mata mereka menatap ke tanah. Semuanya mendengar kalimat pendamaian yang ia ucapkan. Akhirnya, ia meminta mereka bubar dan semuanya melakukan apa yang beliau minta tanpa sebarang bantahan. Kejadian tersebut dengan mudah dapat diselesaikan dan fitnah di antara mereka pun dapat dihapuskan.
Seorang penyair mengatakan:
Seorang pemuda dapat mencapai hidup mulia
meski pakaiannya lusuh
dan poket bajunya bertampal
Dalam kisah di atas terdapat banyak pelajaran yang boleh kita ambil, di antaranya:
Kemuliaan itu bukanlah diukur dengan kegagahan dan penampilan. Hidup kekurangan bukanlah bukti bahawa dia hidup sengsara. Demikian pula dengan kebahagian, tidak dinilai dari banyaknya harta dan hidup dalam kemewahan
(Al-Fajr, 89:15-16)
Nilai manusia yang mulia sebenarnya adalah diukur dari kemurahan hati dan sifat terpuji, bukan baju yang dipakainya, sepatu yang digunakan, bukan istananya, dan bukan pula rumahnya. Sungguh, yang menjadi ukuran adalah nilai keilmuannya, kedermawaannya, kesabarannya an akalnya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(Al-Hujurat, 49:13)
(At-Taubah,
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."
(Yunus,
(An-Nisa’, 4:78)
Di antara hari-hari yang paling mengerikan dan paling menakutkan dalam hidup saya adalah ketika doktor pakar menyatakan bahawa tangan saudara saya, Muhammad, harus dipotong. Ketika mendengar berita ini adalah seolah disambar petir. Namun hati ini menjadi tenang saat mendengar firman Allah Ta’ala yang berbunyi:
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(At-Taghabun, 64;11)
(Al-Baqarah, 2:155-156)
Semoga Allah menjagamu hingga akhir dunia.
Perpisahan denganku itu pasti
dan tempat tinggalku
adalah lubung yang paling sempit
Allah akan memberi ganjaran kepadamu
sebaik yang kau inginkan
Dia telah memberikan yang terbaik untukmu
sejak kau kecil.
(Az-Zukhruf, 43:79)
(Az-Zukhruf, 2:117)
(Al-Hadith)
sekarang telah lenyap.
Mengapa aku harus menangisi sesuatu
yang telah pergi.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
(Al-Qashash, 28:88)
Semua yang ada di bumi itu akan binasa
(Ar-Rahman, 55:26)
Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).
(Az-Zumar, 39:30)
Ya, memang ada pilihan lain, tapi hina sekali, dan saya peringatkan agar anda menghindarinya. Pilihan tersebut adalah menyesali apa yang terjadi dan gelisah dengan apa yang berlaku dan membiarkan hidup dalam gejolak, amarah dan kegelisahan. Saya melarang pilihan ini kerana tidak ada kebaikannya sama sekali. Yang diperolehi hanyalah kemarahan dari Tuhan, kebencian dari sesama manusia, pahala yang hilang, dan dosa yang semakin banyak. Lebih dari itu, bencana itu tidak akan pergi, derita itu tidak akan hilang, dan takdir anda yang sudah seperti itu tidak akan pernah diubah
Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tiada menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya
(Al-Hajj,
No comments:
Post a Comment