From Qur'an || From Hadith

From Qur'an Surah Al-An'am (The Cattle) 6:164

Say: "Shall I seek a lord other than Allah, while He is the Lord of all things? No person earns any (sin) except against himself (only), and no bearer of burdens shall bear the burden of another. Then unto your Lord is your return, so He will tell you that wherein you have been differing."

None can bare the burden of another... meaning each of us are responsible for our own actions in this life. we better be sure that we are following the correct understanding of Islam, within the guidelines of the Qur'an and the Sunnah... cause on the day of judgment we will not be able to point fingers at any one else.. not even our sheikhs, imams or maulanas. May Allah (swt) give us the correct understanding of Islam and help us to abide by all aspects of it.

Wednesday, 23 July 2008

Jangan Bersedih, Hadapilah Kenyataan

Buat tet, tuntung, sean, legob, amin, mamat, mfl, dia itu peribahasa dan kawan si jali..ahhaa..=)

Disini saya mahu kongsikan sebuah artikel yang mungkin boleh memotivasikan diri kita sendiri, insya-Allah. Setiap apa yang berlaku pasti ada hikmatnya.

Jangan Bersedih, Hadapilah Kenyataan

Jika engkau hinakan dirimu setelah memperolehi kemulian, engkau pun akan menjadi hina. Jika engkau berputus asa terhadap sesuatu urusan, bererti engkau telah menghinakan dirimu pula.

Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).

(At-Taubah, 9:59)


Saya pernah membaca sebuah cerita tentang seorang lelaki yang terjatuh dari jendela dan di salah satu jari tangan kirinya melingkar sebuah cincin. Ketika lelaki itu terjatuh, cincin itu tersangkut pada sebuah paku yang terdapat di jendela hingga terputus jarinya. Tangan kiri lelaki itu, tinggal empat jari sahaja. Ia pun berkata kepada dirinya: ir “Aku hampir tidak ingat lagi bahawa aku hanya memiliki empat jari sahaja di tangan yang disebelah kiri. Dan, aku baru menyedarinya ketika aku teringat akan kejadian tersebut.”

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:

Allah telah mentakdirkan segalanya dan apa yang Ia kehendaki pasti akan terjadi.

(Al-Hadith)

Seorang penyair mengatakan:

Jangan kau sengaja batu di depan api.

Jika engkau melakukannya, wajahmu akan hitam

dan air mata pun akan menitis.

Saya mengenali seseorang yang putus tangan kirinya dari paras bahu kerana penyakit yang pernah menimpanya. Ia masih hidup sampai sekarang, telah menikah dan dikurniai zuriat. Ia boleh memandu kenderaannya dengan lancar dan melakukan pekerjaannya dengan sukacita, padahal Allah hanya memberikan satu tangan untuknya.


Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam:

Terimalah dengan penuh kerelaan dengan apa yang telah Allah berikan kepadamu, nescaya kamu menjadi manusia yang paling kaya.

(Al-Hadith)


Seorang penyair mengatakan:

Tanyakan pada dirimu

apakah air mata

dapat mengembalikan hal yang telah hilang?

Alangkah cepatnya kita mampu menyesuaikan diri dengan realiti, dan alangkah menakjubkannya kita mampu menerima keadaan kehidupan baru kita. Lima puluh tahun yang lalu, rumah kita hanya beralaskan tikar dari pelepah kurma. Di atasnya terdapat bejana air, beberapa hiasan, sebuah periuk dari tanah, sebuah mangkuk leper besar, dan sebuah kendi. Tapi kehidupan tetap berjalan, walaupun semuanya kini telah berubah, sebab kita redha dan menerima serta kita mampu mengawal realiti kehidupan kita sendiri.

Seorang penyair mengatakan:

Nafsu berkeinginan

jika dirimu pun menginginkan.

Jika ia dipaksa untuk menerima yang sedikit

ia pun akan merasa puas.

Pernah terjadi fitnah di antara dua kabilah di sebuah masjid Kufah. Fitnah tersebut telah membuatkan kedua-dua kabilah menghunus pedang dan memasang anak panah. Suasana menjadi hiruk-piruk. Hampir saja semua kepala berpisah dari jasad. Keluarlah salah seorang di antara mereka dari masjid untuk mencari pendamai yang penyabar. Dia adalah Al-Ahnaf bin Qais. Pada ketika itu Ahnaf berada dirumahnya dan beliau memerah susu kambingnya. Dia memakai pakaian yang harganya tidak sampai sepuluh dirham. Badannya kurus dan penampilannya memprihatinkan. Ketika dikhabarkan tentang apa yang terjadi, ia bersikap tenang sahaja dan tidak panik. Sebab, dia sudah biasa menghadapi kesulitan dan hidup dalam tekanan. Ia hanya berkata: “Insya-Allah, semuanya berjalan dengan baik!” Setelah itu beliau bersarapan terlebih dahulu, seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Dan, sarapannya hanyalah sepotong roti kering, minyak, garam dan segelas air. Dia kemudian membaca “Bismillah”, dan makan. Selesai makan dia membaca “Alhamdulillah” seraya berkata: “Ini roti dari gandum Iraq, minyak dari Syam, airnya dari sungai Tigris, dan garamnya dari Murw adalah nikmat yang tiada tara.” Sesaat kemudian, ia mengenakan pakaiannya dan mengambil tongkatnya, lalu berjalan menuju ke masjid. Ketika orang-orang yang berada di masjid melihatnya, kepala mereka semua tertunduk dan mata mereka menatap ke tanah. Semuanya mendengar kalimat pendamaian yang ia ucapkan. Akhirnya, ia meminta mereka bubar dan semuanya melakukan apa yang beliau minta tanpa sebarang bantahan. Kejadian tersebut dengan mudah dapat diselesaikan dan fitnah di antara mereka pun dapat dihapuskan.

Seorang penyair mengatakan:

Seorang pemuda dapat mencapai hidup mulia

meski pakaiannya lusuh

dan poket bajunya bertampal

Dalam kisah di atas terdapat banyak pelajaran yang boleh kita ambil, di antaranya:

Kemuliaan itu bukanlah diukur dengan kegagahan dan penampilan. Hidup kekurangan bukanlah bukti bahawa dia hidup sengsara. Demikian pula dengan kebahagian, tidak dinilai dari banyaknya harta dan hidup dalam kemewahan

(15) Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku." (16) Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku"

(Al-Fajr, 89:15-16)

Nilai manusia yang mulia sebenarnya adalah diukur dari kemurahan hati dan sifat terpuji, bukan baju yang dipakainya, sepatu yang digunakan, bukan istananya, dan bukan pula rumahnya. Sungguh, yang menjadi ukuran adalah nilai keilmuannya, kedermawaannya, kesabarannya an akalnya:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

(Al-Hujurat, 49:13)

Ada pun hubungannya dengan perbahasan yang kita bicarakan kali ini adalah bahawa kebahagian tidak berdasarkan atas kemewahan yang dimiliki, tidak pula istana yang demikian megah, tidak juga pada banyaknya emas dan perak yang disimpan. Namun, kebahagian itu terdapat pada keimanan di dalam hati yang dihiasi dengan redhanya, kecintaan dan kemuliaan diri.

Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.

(At-Taubah, 9:55)

Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."

(Yunus, 10:58)


Biasakan diri anda untuk menerima qadha’ dan qadar Allah. Apa yang boleh anda lakukan jika anda tidak percaya kepada qadha’ dan qadar Allah? Apakah anda akan masuk ke dalam perut bumi atau akan mengambil tangga untuk naik ke langit? Semua itu tidak bermanfaat dan sama sekali tidak akan menolong anda ari qadha’ dan qadar Allah. Lalu bagaimana jalan keluarnya? Jalan keluarnya adalah kita redha dan kita pasrah.


Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kukuh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)." Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?

(An-Nisa’, 4:78)

Di antara hari-hari yang paling mengerikan dan paling menakutkan dalam hidup saya adalah ketika doktor pakar menyatakan bahawa tangan saudara saya, Muhammad, harus dipotong. Ketika mendengar berita ini adalah seolah disambar petir. Namun hati ini menjadi tenang saat mendengar firman Allah Ta’ala yang berbunyi:

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(At-Taghabun, 64;11)


(155) Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (156) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"

(Al-Baqarah, 2:155-156)


Ayat-ayat ini adalah titisan air yang menyejukkan, kedamaian, ketenangan, dan kemenangan.

Semoga Allah menjagamu hingga akhir dunia.

Perpisahan denganku itu pasti

dan tempat tinggalku

adalah lubung yang paling sempit

Allah akan memberi ganjaran kepadamu

sebaik yang kau inginkan

Dia telah memberikan yang terbaik untukmu

sejak kau kecil.


Kita tidak mampu mengelak dari sesuatu yang telah ditakdirkan. Yang mampu kita lakukan hanyalah beriman dan berserah diri. Oleh kerana itu, persiapkanlah diri menghadapinya.

Bahkan mereka telah menetapkan satu tipu daya (jahat), maka sesungguhnya Kami menetapkan pula

(Az-Zukhruf, 43:79)

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia.

(Az-Zukhruf, 2:117)

Seorang ibu dari suku Nakha’I mendapat berita bahawa keempat-empat puteranya gugur di jalan Allah dalam perang di Al-Qadisiyyah. Saat itu, yang sering dilakukannya adalah memuji Allah dan berterima kasih kepadaNya atas baiknya rangkaian takdir yang diciptakan Allah, atas pilihanNya yang terbaik, dan qadha’ yang paling tepat. Hal ini boleh terjadi kerana ada dorongan keimanan dari dalam dirinya dan sebuah kekuatan keyakinan yang tidak pernah surut. Orang-orang sepertinya akan diberi pahala dan akan hidup bahagia di dunia dan akhirat. Jika dia tidak melakukan sedemikian, maka apa yang harus ia lakukan? Apakah ia akan memilih hidup dengan kebencian, kegelisahan serta berpaling dan menolak qadha’ Allah, yang semua itu dapat membawa kerugian baginya di dunia dan akhirat?

Maka barangsiapa yang redha (terhadap ujian yang Allah timpakan), maka ia akan memperolehi redha Allah (dan pahalanya) dan barangsiapa membenci (dan tidak redha terhadap ujian yang Allah timpakan), maka dia akan memperoleh kemurkaan Allah (dan seksanya).

(Al-Hadith)

Sesungguhnya ubat yang paling mujarab dari seluruh musibah dan cubaan adalah ucapan: Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Ertinya, kita semua adalah milik Allah, kita adalah makhlukNya, kita berada dalam kekuasaanNya dan kita akan kembali kepadaNya. DariNya kita hidup dan kepadaNya kita akan kembali. Semua perkara Dia yang mengatur dan kita tidak mampu melakukan apa pun yang menjadi urusanNya.

Jiwaku yang tadinya memiliki banyak hal

sekarang telah lenyap.

Mengapa aku harus menangisi sesuatu

yang telah pergi.


Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajahNya (Allah). Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

(Al-Qashash, 28:88)



Semua yang ada di bumi itu akan binasa

(Ar-Rahman, 55:26)

Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).

(Az-Zumar, 39:30)


Jika anda dikejutkan dengan berita yang menegangkan seperti rumah anda terbakar, anak anda meninggal, atau harta anda lenyap, apakah yang akan anda lakukan? Mulai saat ini, tenangkan jiwa anda, anda tidak perlu lari dari qadha’ dan qadar. Terimalah segala yang terjadi sebagai realiti takdir and carilah pahala dengannya, sebab tiada lagi yang dapat anda lakukan kecuali bersikap seperti ini.


Ya, memang ada pilihan lain, tapi hina sekali, dan saya peringatkan agar anda menghindarinya. Pilihan tersebut adalah menyesali apa yang terjadi dan gelisah dengan apa yang berlaku dan membiarkan hidup dalam gejolak, amarah dan kegelisahan. Saya melarang pilihan ini kerana tidak ada kebaikannya sama sekali. Yang diperolehi hanyalah kemarahan dari Tuhan, kebencian dari sesama manusia, pahala yang hilang, dan dosa yang semakin banyak. Lebih dari itu, bencana itu tidak akan pergi, derita itu tidak akan hilang, dan takdir anda yang sudah seperti itu tidak akan pernah diubah

Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tiada menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya

(Al-Hajj, 22:15)

No comments:

Related Posts with Thumbnails