From Qur'an || From Hadith

From Qur'an Surah Al-An'am (The Cattle) 6:164

Say: "Shall I seek a lord other than Allah, while He is the Lord of all things? No person earns any (sin) except against himself (only), and no bearer of burdens shall bear the burden of another. Then unto your Lord is your return, so He will tell you that wherein you have been differing."

None can bare the burden of another... meaning each of us are responsible for our own actions in this life. we better be sure that we are following the correct understanding of Islam, within the guidelines of the Qur'an and the Sunnah... cause on the day of judgment we will not be able to point fingers at any one else.. not even our sheikhs, imams or maulanas. May Allah (swt) give us the correct understanding of Islam and help us to abide by all aspects of it.

Monday 26 May 2008

Jangan... Jangan... Jangan...

Bismillah-ir Rahman-ir Rahim

Dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang



Jangan
sengaja lewatkan solat.
Perbuatan ini Allah tidak suka.

Kalau tertidur lain cerita.






Jangan
masuk ke bilik air tanpa memakai alas
kaki (selipar)

Takut kalau-kalau terbawa keluar najis,
mengotori seluruh rumah kita.


Jangan Tidak menutup kepala ketika membuang air
Kecil dan Besar
kerana jika tidak ,,,nanti di padang Mahsyar kepala penuh dengan najis2 itu.




Jangan
makan dan minum dalam
bekas yang pecah atau sumbing.
Makruh kerana ia membahayakan.







Jangan
biarkan pinggan mangkuk yang telah
digunakan tidak berbasuh.
Makruh dan mewarisi kepapaan.







Jangan
tidur selepas solat Subuh, nanti
rezeki mahal
(kerana berpagi-pagi itu membuka pintu
berkat).







Jangan
makan tanpa membaca BISMILLAH dan doa makan.
Nanti rezeki kita dikongsi syaitan.







Jangan
keluar rumah
tanpa niat untuk membuat kebaikan.
Takut-takut kita mati dalam
perjalanan.







Jangan
pakai sepatu atau selipar yang
berlainan pasangan.
Makruh dan mewarisi kepapaan.







Jangan
biarkan mata liar di perjalanan.
Nanti hati kita gelap
diselaputi dosa.







Jangan
menangguh taubat bila berbuat
dosa kerana mati boleh datang
bila-bila masa.







Jangan
ego untuk meminta maaf pada
ibu bapa dan sesama manusia
kalau memang kita bersalah.







Jangan
mengumpat sesama rakan
taulan. Nanti rosak persahabatan kita
hilang bahagia.







Jangan
lupa bergantung kepada ALLAH
dalam setiap kerja kita.

Nanti kita sombong apabila berjaya.
Kalau gagal kecewa pula.







Jangan
bakhil untuk bersedekah.
Sedekah itu memanjangkan umur
dan memurahkan rezeki kita.







Jangan
banyak ketawa. Nanti mati jiwa.







Jangan
biasakan berbohong, kerana ia adalah
ciri-ciri munafik dan
menghilangkan kasih orang kepada kita.







Jangan
suka menganiaya manusia atau haiwan. Doa
makhluk yang teraniaya
cepat dimakbulkan ALLAH.







Jangan
terlalu susah hati dengan urusan dunia.
Akhirat itu lebih utama
dan hidup di sana lebih lama dan kekal selamanya.







Jangan mempertikaikan kenapa ISLAM itu berkata JANGAN.

Sebab semuanya untuk keselamatan kita.







ALLAH lebih tahu apa yang terbaik
untuk hamba ciptaanNya.







Jangan biarkan SAJE email ni. Hantarkan kepada semua saudara islam yang anda kenal !!


Wasalam







"Sebarkanlah ajaranku walau satu ayat pun"
(Sabda Rasulullah SAW)







"Nescaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar."

Saturday 24 May 2008

Apalah Nak Jadi...Sedarlah kalian~~




Berdebat..hanya untuk menang


Selak paper..kemudian ketawa..Tapi saudara seagama masih dlm kesedihan..kesedihan atas saudaranya sendiri yang memberi pertolongan dlm bentuk kewangan shj..bukannya pengorbanan jiwa...


Melihat berita…kemudian sms " Akademi Fantasi", One in a Million, Mentor..Sanggup duduk berjam2..pegi halaqah??haihh, org2 tua shj yg kelihatan??..hei, org muda!! bangunlah!!!!


Pergi halaqah…kemudian dating, gelak ketawa dengan ajnabi, chit-chat..masya-Allah..bley lak dia kata, dosa kecil..Abeh tue, pe mksd dosa kecil dlm kamus kehidupan ko??..dah nama dosa, masuk neraka juga bukan??


Berpusu-pusu ke program Palestine..tidur


Kesian..namun taqwa zero


Sedih…cinta Allah tiada


Bimbang….sunnah tiada menjadi akrab


Gusar…mampir padaNya tiada


Rindu jannahNya…..muraqabah tidak biasa


Takutkan nerakaNya….taat bukan ukuran utama


Kita ingin berjuang……tapi cinta dunia


Ingin segala Islam tertegak…..hawa nafsu lebih awla dr berjemaah di rumah Allah?


Kita; Solat jemaah tiada multazim, solat malam juga…akhlak, iman, cinta, takut,harap dan hanya damba Redha Allh tiada. Kita semangat sahaja. Benarkah? Mungkin sesiapa, tuan blog ini, anda dan mereka? Adakah dosa kita menjadi hijab pada kemenangan Islam? Mungkin..Kerana Sulatan Muhammad AlFateh juga Solahuddin Al-Ayubi tentera-tentera mereka tiada seperti kita…

Moga-moga tidak ya Allah..

Astahgfirullah..

Kamilah ini ya Allah.dengan lumpur dosa meminta padaMu..

Berdakwalah...Nilaian Dari Allah Lebih Baik Daripada Manusia..



1. “Katakan,”Inilah jalanku , Aku (Rasulullah) dan orang yang mengikutiku mengajak/berdakwah (kalian) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk orang yang musyrik”

[Qs Yusuf;108]


2. “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan ke tengah-tengah manusia untuk memerintahkan kebajian dan mencegah kemungkaran (berdakwah), sementara kalian beriman kepada Allah”

[QS Ali Imran;110]

3. “Demi masa, Sesungguhnya manusia ada dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan beramal soleh, serta selalu saling berpesan (berdakwah) tentang kebenaran dan kesabaran”

[QS al-ashr;1-3]


4. “Orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka memerintahkan perkara makruf dan nahi mungkar dan mendirikan solat”

[QS At Taubat;71]


5. “Jika mereka diserukan (didakwahkan) ke jalan Allah dan RasulNya dengan menerapkan hukum-hukumNya (hukum Allah) ditengah-tengah mereka, sebahagian mereka berpaling

[QS An Nur;48]


6. “Sesungguhnya ucapan orang mukmin itu,tatkala mereka diseru (didakwah) kejalan Allah dan RasulNya dengan menerapkan hukum-hukum Allah (hukum Islam) ditengah-tengah mereka , mereka mengatakan’Kami dengar dan kami taat’ “

[QS An Nur;51]


7. “siapakah yang lebih baik ucapannya daripada orang yang menyerukan (mendakwahkan) ke jalan Allah’

[QS ash-shaff;7]


8.
“iaitu orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat,menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar dan Kepada Allah-lah kembali segala urusan”

[QS Al Hajj;41]


9. “Sesungguhnya engkau menyerukan (mendakwahkan) mereka menuju jalan yang lurus”

[Qs al mukminun;73]


10. “Hendaklah orang yang menyimpang dari urusanNya (hukum Allah) diberi peringatan dengan fitnah yang akan menimpa mereka ataupun mereka di azab yang keras yang akan melanda mereka”

[Qs An Nur;53]


11. “Bangunlah, kemudian berikanlah peringatan (berdakwah)”

[Qs al mudatstsir (74);2]


12. “Dia memerintahkan kebajian kepada mereka dan mencegah mereka dari kemungkaran, menghalalkan perkara yang memang baik (yang dihalalkan oleh Allah) dan mengharamkan perkara-perkara yang memang buruk (yang diharamkan oleh Allah) bagi mereka”

[Qs Al Araf;157]


13. “Siapakah orang yang zalim daripada orang yang mendustakan Allah, sementara dia diseru (didakwahkan) ke arah Islam?”

[Qs ash-shaff;73]


14. “Kelak, akan ada para penguasa lalu kalian melakukan amar makruf nahi mungkar. Siapa saja melakukan amar makruf maka dia telah bebas (dari dipertanggungjawab dihadap Allah). Siapa saja yang melakukan nahi mungkar maka dia selamat. Akan tetapi, siapa saja redha dan mengikuti para penguasa (maka dia tidak selamat dihadap Allah nanti)

[HR Muslim]


15. “Kalimat yang benar dihadapan penguasa zalim”

[HR Ibn Majah dan An Nasai]


16. “Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Mutalib DAN seseorang yang menasihati (berdakwah) penguasa yang zalim, melakukan amar makruf nahi mungkar dihadapannya dan kemudian penguasa itu membunuhnya”

[HR Al-Hakim]


17. “Jihad yang paling utama adalah mengucapkan kebenaran (berdakwah) dihadapan penguasa zalim”

[HR Ibn Majah dan An NAsai]


18. “Ingatlah, demi Allah, hendaklah kalian melakukan amar makruf dan nahi mungkar, mencegah orang yang zalim, menempatkannya di wilayah yang haq, dan membatasinya hanya diwilayah itu saja.”

[HR Abu Daud]


19. “Ingatlah, Sesungguhnya agama Islam adalah nasihat (dakwah). Rasulullah ditanya ,’Bagi siapa, wahai Rasulullah?’, Rasulullah SAW menjawab , ‘Bagi Allah, KitabNya, “RasulNya serta bagi para imam (pepimpin) dan umat Islam seluruhnya”

[HR Mutaffaq’alayh]


20. “Sampaikanlah dariku (Rasulullah) walaupun hanya satu ayat”

[HR Al Bukhari]


21. “Demi Zat yang jiwaku berada didalam genggaman tanganNya, kalian memerintahkan kebajikan dan mencegah kemungkaran (berdakwah) ataukah Allah akan menimpakan atas kalian siksaan sebagaimana telah Dia (Allah) timpakan atas orang yang sebelum kalian, kemudian kalian berdoa kepadaNYa, sedangkan doa kalian tidak berjawab”

[HR Al Bukhari]


22. “Bukankah aku telah menyampaikannya?,Ya Allah saksikanlah”

[HR Al Bukhari]


23. “Siapa yang melihat kemungkaran, ubahlah kemungkaran itu dengan tangannya, jika tidak mampu, dengan lisannya, jika tidak mampu dengan hatinya (pemikirannya). Akan tetapi, yang terakhir (dengan pemikiran) ini adalah keimana yang lemah”

[HR Muslim]


24. “Oleh itu, berdakwahlah dan beristiqamahlah sebagaimana Aku (Allah) perintahkan

[Qs asy-syura;45]


25. “Mereka itu adalah orang yang bertaubat, yang beribadat yang memuji (Allah) yang melawat, yang rukuk, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mecegah berbuat kemungkaran (berdakwah) dan yang memelihara hukum Allah.Dan bergembiralah mukmin itu

[Qs At Taubat, ayat 112]

Friday 23 May 2008

Posisi Akhlak Dalam Sistem Islam



Islam telah didefinisikan sebagai agama yang diwahyukan Allah kepada utusan-Nya (Muhammad saw.), untuk mengatur hubungan antara manusia ke Penciptanya, ke dirinya sendiri, dan ke manusia lain. Hubungan antara manusia ke Penciptanya meliputi dasar-dasar keyakinan (aqidah) dan ibadah ritual (rukun Islam). Hubungan manusia ke dirinya sendiri meliputi akhlaq, makanan dan pakaian. Sedang hubungan manusia dengan manusia lain meliputi transaksi (muamalat) dan sanksi.


Islam memperhatikan seluruh masalah manusia seutuhnya. Konsekuensinya, Islam juga menjawab masalah-masalah manusia secara utuh. Islam membangun sistemnya di atas landasan spiritual, yakni keyakinan dasar (aqidah). Di atas landasan kesaksian bahwa "Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya" inilah dibangun seluruh zivilisasinya, negaranya, dan hukum-hukumnya.


Meskipun syari'ah Islam menjelaskan secara rinci berbagai sistem Islam (sistem ibadah, mu'amalah, hingga sistem sanksi), namun Islam tidak memberikan bahasan yang rinci tentang "sistem akhlaq". Islam justru menganggap aturan-aturan akhlaq sebagai perintah dan larangan Allah, tanpa menganggap bahwa persoalan akhlaq ini harus mendapat perhatian yang lebih besar daripada aspek lainnya dalam kehidupan. Pembahasan norma-norma akhlaq bahkan tidak sejauh persoalan kehidupan yang lain, bahkan di kitab-kitab fiqh tidak kita jumpai suatu bab tentang akhlaq. Dan para fuqaha serta mujtahidin tidak pernah menggeluti persoalan akhlaq dalam riset dan ijtihad mereka secara mendalam.


Akhlaq tidaklah mempengaruhi bangunan suatu masyarakat dalam bentuk apapun, karena suatu masyarakat dibangun di atas suatu sistem kehidupan, dan sistem ini dipengaruhi oleh pemikiran dan perasaan, yang kembali ditentukan oleh keyakinan dasar. Akhlaq tidak berpengaruh pada pendirian suatu masyarakat, dan bahkan tidak menentukan kebangkitan atau kehancuran masyarakat tersebut. Faktor yang menentukan pada masyarakat bukanlah akhlaq namun kodex masyarakat (al-'Urf) yang lahir dari pandangan hidup masyarakat itu. Dan fakta yang menentukan bangkit atau hancur suatu masyarakat bukanlah akhlaq, namun sistem yang diaplikasikan dan pemikiran serta perasaan yang dibawa masyarakatnya. Sesungguhnya, akhlaq adalah hasil dari pemikiran, perasaan, dan aplikasi suatu sistem.


Karena akhlaq adalah hasil dari aturan-aturan Allah, dan dia akan tumbuh dari dakwah atas aqidah serta aplikasi Islam secara utuh, maka adalah tidak cukup untuk menyerukan akhlaq kepada masyarakat. Menyerukan akhlaq justru menjungkirbalikkan konsep hidup Islam, menjauhkan manusia dari kenyataan dan dari unsur-unsur prinsip suatu masyarakat. Seruan atas akhlaq ini akan memberikan kepuasan batin yang semu atas kesalihan diri pribadi, namun memungkiri makna sesungguhnya dari kemajuan dalam kehidupan. Karena

itu jelaslah, bahwa pemutarbalikan seruan Islam menjadi seruan akhlaq, akan membuat orang-orang percaya, bahwa risalah Islam sekedar risalah akhlaq, sehingga sifat intelektual Islam terhapus, dan menjauhkan manusia dari satu-satunya jalan untuk mempraktekkan Islam, yakni dalam suatu bangunan masyarakat dan negara yang islami.


Ketika syari'ah Islam mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, yakni tentang akhlaq, ia tidak memformulasikan suatu sistem, seperti yang ada pada ibadah ritual atau muamalah. Namun Islam memusatkan pada pemenuhan suatu nilai-nilai, yang Allah memerintahkannya, seperti kejujuran, ketulusan, rendah hati, menjauhi dengki, dsb. Sifat-sifat ini akan dicapai dengan perintah Allah. Kejujuran adalah perintah etis dari Allah, dan begitulah nilai etisnya akan diukur, sehingga ia bisa disebut sebagai etika. Jika sifat ini adalah hasil dari perbuatan atau interaksi, seperti kesucian dari shalat, atau kejujuran pada saat jual beli, maka nilai akhlaqnya sendiri tidak diwujudkan, karena niat perbuatan itu memang tidak untuk mencapai nilai akhlaq. Shalat dilakukan oleh seorang muslim dengan niat untuk mencapai nilai spiritual, dan dalam jual beli, dia ingin mencapai nilai material; namun dalam hal ini, sekaligus dia mencapai kualitas akhlaq.


Syari'ah telah menetapkan kebiasaan-kebiasaan, yang pelakunya akan dianggap memiliki akhlaq terpuji atau tercela. Orang akan didorong untuk mendapatkan akhlaq terpuji seperti kejujuran, keramahan, kegembiraan, hormat dan patuh pada orang tua, menjaga hubungan keluarga, menolong manusia dari marabahaya, menginginkan kebaikan pada orang lain apa yang juga kita inginkan pada kita dst. Syari'ah menganggap bahwa mendorong hal-hal di atas adalah melaksanakan perintah Allah. Syari'ah juga melarang sifat-sifat tercela seperti berdusta, tidak jujur, dengki, tidak adil, dan sebagainya; dan menyebut hal ini sebagai larangan, apa yang Allah telah melarangnya.


Akhlaq adalah bagian dari syari'ah ini, dan merupakan cabang dari perintah dan larangan, yang harus direalisasikan oleh setiap muslim, untuk menunjukkan ketaatannya pada Islam atau pada perintah-perintah Allah. Seluruh masyarakat akan mendapatkan akhlaq ini dengan realisasi pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan Islami. Bila sekali hal ini diraih oleh masyarakat, maka individu di dalam masyarakat itu, mau tidak mau akan menyesuaikan diri pada akhlaq islami tersebut. Yang pasti, akhlaq pada masyarakat tidak bisa diraih hanya dengan seruan padanya, namun dengan realisasi pemikiran dan perasaan. Namun proses tersebut membutuhkan suatu persiapan melalui suatu jama'ah Islam - yang mengadaptasi dalam bentuknya yang lengkap, di mana individu merupakan bagian dari jama'ah dan bukan pribadi-pribadi yang merdeka - untuk menyerukan dakwah Islam yang lengkap kepada masyarakat, serta untuk merealisasikan pemikiran dan perasaan Islam kepada masyarakat. Hasil dari proses

ini adalah, bahwa orang-orang akan ber-Islam secara massal dan mereka juga akan mengambil akhlaq Islami secara massal pula. Jelaslah bahwa akhlaq tidak bisa dipisahkan dari perintah-perintah Allah serta aplikasi Islam, dan menunjukkan pentingnya kaum muslimin untuk mendapatkan akhlaq yang terpuji.

Allah swt. telah menjelaskan di banyak surat di Qur'an sifat-sifat yang selayaknya dicapai oleh manusia. Sifat-sifat ini terdiri dari keyakinan dasar (aqidah), pemujaan (ibadah), transaksi (mu'amalah) dan akhlaq. Empat hal ini adalah satu kesatuan dan harus ada bersama-sama.


Dalam surat Makiyyah: Luqman(31): 13-19


{13} Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
(QS. 31:13)


{14} Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(QS. 31:14)


{15} Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
(QS. 31:15)


{16} Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
(QS. 31:16)


{17} Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan.
(QS. 31:17)


{18} Dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
(QS. 31:18)


{19} Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
(QS. 31:19)


Dalam surat Makkiyah: Furqan(25): 63-76

{63} Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
(QS. 25:63)


{64} Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.
(QS. 25:64)


{65} Dan orang-orang yang berkata: "Ya Rabb kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal".
(QS. 25:65)


{66} Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.
(QS. 25:66)


{67} Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
(QS. 25:67)


{68} Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah selain Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya),
(QS. 25:68)


{69} (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,
(QS. 25:69)


{70} kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. 25:70)


{71} Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.
(QS. 25:71)


{72} Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.
(QS. 25:72)


{73} Dan orang-orang yang bila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.

(QS. 25:73)


{74} Dan orang-orang yang berkata: "Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.
(QS. 25:74)


{75} Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya,
(QS. 25:75)


{76} mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.
(QS. 25:76)


Dalam surat Makkiyah: Al-Israa'(17): 23-38


{23} Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
(QS. 17:23)


{24} Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh sayang dan ucapkanlah: "Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil".
(QS. 17:24)


{25} Rabbmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.
(QS. 17:25)


{26} Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan:dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
(QS. 17:26)


{27} Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.
(QS. 17:27)


{28} Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Rabbmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.
(QS. 17:28)


{29} Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu dan janganlah terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
(QS. 17:29)


{30} Sesungguhnya Rabbmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hambanya.
(QS. 17:30)


{31} Dan janganlah kamu bunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.
(QS. 17:31)


{32} Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
(QS. 17:32)


{33} Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah, melainkan dengan (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan".
(QS. 17:33)


{34} Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfa'at) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.
(QS. 17:34)


{35} Dan sempurnakan takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama dan lebih baik akibatnya.
(QS. 17:35)


{36} Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.
(QS. 17:36)


{37} Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.
(QS. 17:37)


{38} Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Rabbmu.
(QS. 17:38)


Ayat-ayat ini menunjukkan kesatuan yang lengkap dan menyebutkan berbagai hal, serta menjelaskan sifat-sifat seorang muslim, menunjukkan kepribadian Islam dalam identitasnya yang unik dan luar biasa. Perlu dicatat bahwa ayat-ayat ini, merupakan perintah dan larangan Allah swt., yang menghubungkan suatu hal dengan ibadah dan lainnya dengan muamalah ataupun akhlaq. Ayat-ayat ini tidak cuma membatasi diri pada nilai-nilai akhlaq, melainkan meliputi seluruhnya. Inilah hal-hal yang membentuk kepribadian Islam. Karena itu, membatasi suatu urusan hanya pada akhlaq adalah tidak mungkin membentuk suatu manusia seutuhnya atau suatu kepribadian Islam. Namun akhlaq harus dibangun di atas landasan spiritual, yakni di atas keyakinan dasar (aqidah Islamiyah), bila ia ingin mencapai tujuan existensinya. Karena itu, seorang muslim jujur tidak karena semata-mata ingin jujur, namun karena Allah telah memerintahkannya. Akhlaq tidak dilakukan semata-mata karena akhlaq, namun karena Allah menetapkannya.

Karena itu, seorang muslim yang berserah diri kepada Allah mestinya otomatis memiliki akhlaq yang terpuji.

Mendapatkan akhlaq terpuji tidaklah dengan harapan mendapatkan keuntungan atau manfaat darinya. Karena itu, asas manfaat harus dipisahkan dari akhlaq. Kita harus memisahkan nilai material atau human dari akhlaq dan tidak mencampuradukkan.



Kesimpulan

Secara singkat bisa disimpulkan bahwa akhlaq bukanlah unsur dasar bagi suatu masyarakat, melainkan lebih ke soal pribadi. Suatu masyarakat tidak bisa diperbaiki dengan akhlaq, namun hanya dengan pemikiran dan perasaan Islami serta dengan aplikasi sistem Islam. Bahkan jika akhlaq merupakan aspek pribadi, ia bukan satu-satunya aspek. Akhlaq harus didampingi dengan aqidah, ibadah dan realisasi seluruh hukum-hukum Islam dalam segala bidang. Karena itu akhlaq yang baik yang dimiliki oleh seseorang yang tidak memiliki aqidah Islam, tidaklah ada harganya, karena orang ini kafir, sedangkan tidak ada dosa yang lebih besar daripada kekafiran. Bahkan jika seseorang memiliki akhlaq yang baik namun tidak melaksanakan ibadah atau mengerjakan mu'amalah sesuai dengan aturan-aturan Islam, ia tidak berhak untuk mendapatkan penghargaan. Karena itu adalah penting, untuk memperhatikan aqidah, ibadah, mu'amalah dan akhlaq secara bersama-sama dalam merubah seorang individu. Adalah sama sekali tidak islami untuk melihat akhlaq secara terpisah dari nilai-nilai yang lain. Bahkan haram hukumnya memperhatikan sesuatu sebelum seseorang meyakini aqidah.



Tuesday 20 May 2008

Teladan Dakwah Rasulullah SAW




Bismillah al-Rahman al-Rahim

Buat kaum muslimin yang yakin akan keagungan Islam,

Yang yakin akan keutuhan Islam,

Yang merindukan kembalinya kehidupan Islam,

Yang mencintai Allah dan Rasul-Nya di atas

Cintanya kepada harta , keluarga dan jiwanya sendiri.

Untuk Kaum Muslimin yang dinyatakan oleh Allah:

“Dan orang-orang yang mencurahkan kemampuannya

Semata kerana Kami,niscaya pasti Kami

Tunjuki jalan Kami”,

Untuk orang-orang yang saya cintai,

Yang sanggup mengorbankan apa yang dimilikinya

untuk kemuliaan dan keagungan agamanya,

Risalah ini aku persembahkan..

Teladan Dakwah Rasulullah

Firman Allah SWT yang bermaksud

“Apakah kamu mengira bahawa kamu akan masuk syurga walhal belum datang cubaan kepadamu sebagaimana halnya orang-orang sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan berbagai cubaan),…”

[Al-Baqarah:214]

Seorang Muslim yang beriman kepada Allah dan hari kiamat tentunya memiliki keyakinan bahawa setiap letupan hati, ucapan lisan dan perbuatannya pasti akan ditanya oleh Allah SWT di yaumil hisab (hari pembalasan) nanti. Oleh itu, ia akan melakukan setiap perbuatannya sesuai dengan hukum syara’, termasuk dalam aktiviti mengemban (memikul) dakwah.

Kehidupan Rasulullah SAW adalah kehidupan dakwah, yakni kehidupan mengemban (memikul) risalah Islam untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia secara kaffah (menyeluruh) serta perjuangan menghadapi segala bentuk pemikiran kufur dan kehidupan jahiliyah.

Firman Allah SWT yang bermaksud

“Katakanlah: Inilah jalan (dakwah) ku. Aku beserta orang-orang yang mengikutiku (yang) mengajak kalian kepada Allah dengan hujah yang nyata. Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.”

[Yusuf:108]

Selama 23 tahun Rasulullah berjuang dengan sungguh-sungguh, tak kenal lelah, berdakwah teru-menerus, mengajak manusia kepada Islam dengan dakwah fikiyyah, dakwah siyasiyyah dan dakwah askariyyah.

Disebut dakwah fikiyyah (intelektual) kerana baginda memulai dakwahnya dengan menyebarkan aqidah, pandangan hidup, pemikiran dan pemahaman Islam seraya menyerang segala bentuk pemikiran kufur, pandangan hidup sesat serta menghancurkan semua bentuk kepercayaan (tradisi) jahiliyah. Disebut dakwah siyasiyyah(politikal) kerana di dalam dakwah ini Baginda mengarahkan umat pada terbentuknya suatu kekuatan sebagai pelindung dan pendukung agar Islam menjadi rahmat dan tersebar ke seluruh dunia. Manakala dakwah askariyyah (ketenteraan) adalah dakwah yang dilancarkan melalui strategi dan taktik dalam jihad fi sabilillah.


Rasulullah berjaya dalam mengemban dakwah dengan cemerlang,membina dan membentuk masyarakat Islam, mendirikan daulah (negara) serta menghimpun umat manusia yang sebelumnya terpecah-belah dalam bentuk berbagai kabilah menjadi umat yang satu di bawah panji Islam.


Kejayaan Rasulullah SAW dalam mengemban (memikul) dakwah tentunya kerana apa yang Baginda lakukan merupakan wahyu dari Allah SWT, Dzat Yang Maha Mengetahui keperluan hamba-Nya. Tidak ada satu pun perbuatan Rasulullah yang baginda kerjakan atas kehendak atau keinginan baginda.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman

“Katakanlah:…. Aku sekali-kali tidak mengikuti, kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.”

[al An’aam: 50]

“Dan apa sahaja yang dia (Muhammad) ucapkan itu,sesungguhnya bukanlah bersumber daripada hawa nafsunya, melainkan wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”

[Surah An-Najm: 4]

“Katakanlah (Muhammad): ‘Aku hanya akan mengikuti apa sahaja yang diwahyukan kepadaku oleh Tuhanku.’ ”

[Al-A’raf: 203]

“Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku.”

[Yunus: 15]

“Aku hanya akan mengikuti apa sahaja yang diwahyukan kepadaku.”

[Al-Ahqaq: 9]

“Katakanlah (Muhammad) : ‘Aku hanya akan memberi peringatan kepada kamu dengan wahyu.’ ”

[Al-Anbiya’: 45]

Ayat-ayat di atas bermakna bahawa Rasulullah SAW tidak akan melakukan sesuatu perbuatan kecuali berdasarkan wahyu dari Allah SWT, dan agar manusia mengikuti apa yang disampaikan Rasul kepada mereka. Sebagaimana Firman-Nya di ayat yang lain:

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.”

[Al-Hasyr: 7]

Pada dasarnya kesempurnaan dakwah yang haqiqi sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW pada waktu ini telah berhenti. Semenjak runtuhnya Daulah Khilafah, umat Islam yang dahulunya utuh dan bersatu sebagai ummatan wahidah (umat yang satu), berpecah belah menjadi berbagai bangsa dan negara yang berdiri sendiri-sendiri. Penaklukan Islam (futuhat Islamiyah) yang seharusnya terus berlanjutan, kini terhenti secara langsung. Semua itu disebabkan tidak adanya Daulah (Negara) yang menyatukan umat, sehingga Islam menjadi lemah padahal mulanya kekuatan Islam sangat kukuh dan disegani oleh musuh-musuhnya.

Oleh kerana itu, umat Islam yang ingin bangkit harus menempuh jalan dakwah yang lurus dengan metod (Thoriqah) yang benar dengan cara memahami perjalanan dakwah Rasulullah secara keseluruhan. Dengan cara ini, kejayaan Islam insyaAllah akan dapat dicapai untuk kedua kalinya. Allah lah yang menurunkan agama ini sebagai deen al-fitrah (agama yang sesuai dengan fitrah) , maka Dia jugalah yang mengukuhkan dan memenangkannya dari musuh-musuh Islam, sekalipun mereka berusaha sekuat tenaga untuk melenyapkannya. Dengan mengamati tahap-tahap turunnya Al-Qur’an dan sebab-sebab turunnya Al-Qur’an, maka akan dapat difahami arah dan perjalanan dakwah Rasulullah SAW. Dengan demikian sangat jelas tergambar perbezaan aktiviti dakwah pada dua period (jangka waktu) yaitu, ‘period dakwah di Mekah’ (belum berdirinya Daulah Islam (Negara Islam)) dan ‘period dakwah di Madinah’ (di mana telah berdirinya Daulah Islam).


Period Dakwah Rasulullah di Mekah

Dengan mengamati perjalanan dakwah di Mekah, akan dapat difahami bahawa Rasulullah SAW berdakwah melalui dua tahap (marhalah). Tahap Pertama adalah Tahap Pembinaan dan Pembentukan manakala Tahap Kedua adalah Tahap Penyebaran Dakwah Secara Terang-terangan dan Melakukan Perjuangan untuk Membentuk Sebuah Masyarakat yang Baru (dari segi pemikiran dan perbuatan).

(1) Tahap Pembinaan dan Pengkaderan(Pembentukan) [Marhalah Tasqif]

Tahap ini dimulai sejak Baginda SAW diutus menjadi Rasul, setelah firman

Allah SWT :

“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah, lalu berilah peringatan!”

[Al-Muddatstsir: 1-2]

Baginda SAW secara diam-diam (sirriyah) mulai mengajak masyarakat untuk memeluk Islam. Selama tiga tahun Baginda SAW menyampaikan dakwah dalam bentuk ajaran per individu dari rumah ke rumah. Bagi yang menerima dakwah, segera dikumpulkan di rumah seorang sahabat bernama Arqam, sehingga rumah tersebut dikenali sebai Daurul Arqam (rumah Arqam). Di rumah ini setiap hari para sahabat mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan penjelasan dari Rasulullah SAW. Pendek kata tempat inilah mereka dibina dan dibentuk dengan bersungguh-sungguh dan terus menerus. Selanjutnya beberapa daripada mereka diutus untuk menyampaikan dakwah kepada yang lain. Di antaranya adalah Khabab bin Arts yang mengajarkan Al-Qur’an di rumah Fatimah binti Khaththab bersama suaminya, yang kemudian dari sinilah Umar bin Khaththab masuk Islam. Walaupun terasa lambat, namun semakin hari semakin bertambah jumlah merekahingga mencapai 40 orang dalam tempoh waktu 3 tahun.

Sememangnya dakwah pada marhalah ini dilakukan secara diam-diam, tetapi bukan bererti Rasulullah takut melaksanakannya secara terang-terangan. Apakah ada yang meragukan rasa yakin Rasulullah SAW bahawa dalam mengembang risalah ini pasti akan mendapat perlindungan daripada Allah SWT? Seandainya dakwah dilaksanakan secara terang-terangan pun, insyaAllah Rasulullah dijamin keselamatannya oleh Allah. Bila demikian, mengapa Rasul melakukannya secara diam-diam?

Jika dikaji secara saksama, maka akan dapat difahami mengapa tahap awal dakwah Rasulullah ini dilakukan secara sirriyah (diam-diam). Suatu konsepsi atau pemikiran yang masih asing dan belum terfikirkan oleh masyarakat, hendaklah terlebih dahulu disampaikan secara diam-diam dengan memperbanyakkan face to face (bersemuka) dan penjelasan. Ternyata terbukti kemudian, aktiviti seperti ini mampu menghasilkan kader(pembetukan kumpulan kecil) dan pendukung teguh yang bersedia mengorbankan apapun untuk meraih cita-cita yang diharapkan. Maka inilah thoriqah (jalan atau cara) yang tepat untuk mengawali dakwah di tengah-tengah masyarakat yang menerapkan aturan jahiliyyah yang sama sekali jauh dari nilai-niali Islam.

Berdasarkan langkah dakwah ini jumhur (majoriti) fuqoha berpendapat bahawa bila kaum muslimin berada pada posisi atau kedudukan lemah, rapuh kekuatannya dan khuatir hancur binasa oleh kekuatan lawan, maka hal ini lebih utamakerana seseorang muslim tidak boleh menyerah kepada kaum kafir atau zalim dan tidak boleh berdiam diri tanpa berjihad melawan orang-orang kafir.

Hal ini terbukti pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW pada permulaan dakwah. Saat bersama isterinya yaitu Siti Khadijah, Rasulullah pernah diancam oleh Abu Jahal tatkala solat di depan Ka’bah dan dengan terang-terangan mencela patung-patung berhala yang disembah oleh orang-orang Arab. Ketika di Mina, Rasul bersama Ali bin Abi Thalib menyampaikan kepada orang ramai bahawa suatu masa nanti Kerajaan Rom dan Parsi akan ditakluk oleh Islam.

Menurut periwayan hadis ini, apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya yang masih berjumlah tiga orang (Siti Khadijah, Saidina Abu Bakar RA dan Saidina Ali RA) itu adalah untuk menarik perhatian kaum Quraisy agar berfikir tentang hakikat berhala yang dijadikan sebagai tuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS.

Dari hal tersebut dapat pula diketahui bahawa sejak awal dakwah Rasulullah SAW bukanlah dakwah ruhiyyah (kerohanian) semata-mata, melainkan juga dakwah siyasiyyah (politik). Kerana tidak mungkin Kerajaan Rom dan Parsi akan dapat ditakluk tanpa niat dan usaha kaum muslimin untuk memperoleh kekuasaan yang berdaulat, kekuasaan yang mampu menggerakkan bala tentera untuk menghancurkan kedua-dua kerajaan itu.

(2) Tahap Interaksi dengan Masyarakat dan Perjuangan [Marhalah tafaa’ul wal kiffah]

Pada tahap ini dakwah Rasulullah berubah dari sembunyi-sembunyi menjadi terang-terangan. Dari aktiviti mendekati individu-individu untuk kemudian disiapkan kutlah (kelompok) menjadi menyeru secara langsung dan terbuka kepada masyarakat seluruhnya. Hal ini dilakukan setelah Rasulullah beserta para pengikutnya mendapat perintah daripada Allah SWT:

“Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.”

[Al-Hijr: 94]

Sejak saat itu maka bermulalah pertempuran antara kekafiran dengan keimanan, dan pertarungan antara pemikiran yang rosak dan tercemar melawan pemikiran yang benar dan suci. Pertempuran yang dasyat pada tahap dakwah itu segera mendapat reaksi keras daripada orang-orang kafir di Mekah. Sehingga menimbulkan tentangan berupa penyiksaan-penyiksaan yang hebat dan datang secara bertubi-tubi. Pada tahap ini, para pengikut Rasulullah SAW sungguh-sungguh diuji sampai sejauh mana kualiti keimanan mereka setelah tiga tahun dibina keperibadiannya (syakhsiyah) di Darul Arqam.

Penyiksaan secara keji terhadap orang-orang yang memeluk Islam banyak terjadi. Penyiksaan terhadap Bilil bin Rabah, keluarga Yasir, Khabab bin Arts, Abu Dzar Al Ghifari, Ibnu Mas’ud, serta boikot yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy terhadap kaum muslimin hanyalah sedikit contoh daripada ujian itu.

Di puncak penderitaan itu, Rasulullah SAW berharap ada orang kuat diantara pengikutnya yang dapat melindungi dakwah. Harapan Rasulullah tidak sia-sia. Saidina Hamzah, paman Rasulullah yang sangat disegani, masuk Islam ketika melihat Muhammad Rasulullah dianiaya dan dicaci maki oleh Abu Jahal. Ketika itulah Rasulullah SAW berdoa:

“Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Abu Jahal bin Hisyam atau dengan Umar bin Khathtab.”

Doa Rasulullah yang mengharapkan Umar bin Khaththab masuk Islam menjadi pengajaran bahawa dakwah Islam dimana pun perkembangannya memerlukan pendukung-pendukung yang kuat dari orang-orang yang memiliki pengaruh di hadapan masyarakat.

Pengajaran lain daripada peristiwa- peristiwa itu adalah bahawa penderitaan, ujian dan cubaan merupakan ujian iman untuk memisahkan antara haq dengan yang bathil. Manakah pengikut Rasulullah yang teguh dan bersungguh-sungguh dan mana yang bukan. Kisah-kisah ini sepatutnya menjadi pengajaran bagi semua kaum muslimin untuk tetap dapat istiqomah di jalan dakwah serta ikhlas menegakkan deenullah (Agama Allah), meskipun mendapat ancaman maut, dianiaya dan disiksa oleh penguasa yang zalim. Pengorbanan merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam setiap perjuangan dakwah.

Pada tahap ini, dakwah Rasulullah lebih banyak menggugat mengenai aqidah, sistem serta adat-istiadat jahiliyah orang-orang kafir Mekah. Hal ini dapat dilihat dari ayat-ayat Makiyah yang pada umumnya mengajak manusia untuk memikirkan kejadian alam semesta, agar meninggalkan kepercayaan nenek moyang yang mereka warisi dan amalkan dalam kehidupan mereka.

Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:

a) Dalam masalah aqidah,

seperti yang tersebut dalam firman Allah SWT:

“….. orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: ‘Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adaqlah pengikut jejak-jejak mereka.’ (Rasul itu) berkata: ‘Apakah kamu akan mengikutinya juga sekalipun aku untukmu agama yang lebih nyata memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?’….”

[Az Zukhruf: 23-24]

b) Dalam Bidang Sosial,

Allah SWT berfirman:

“Apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, merah padamlah mukanya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang ramai kerana buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburnya dalam tanah. Ketahuilah, alangkah buruknya yang mereka tetapkan itu.”

[An Nahl: 58-59]

c) Dalam Bidang Ekonomi,

Allah SWT berfirman:

“Orang-orang yang menimbunkan emas dan perak serta tidak menafkahkannya di jalan Allah, beritahukanlah kepada mereka azab yang amat pedih.”

[At Taubah: 34]

Aktiviti dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW membuatkan para tokoh pemimpin kafir Quraisy bertindak berkumpul di Darun Nadwah untuk membincangkan perilaku dan dakwah Rasulullah SAW yang telah menyusahkan mereka serta menggoncang kepimpinan mereka ke atas kaum Quraisy. Kemudian dibuat-buat isu bahawa Muhammad memiliki kata-kata yang menyihir, yang dapat memisahkan seseorang dengan isterinya, dari keluarganya, dan bahkan dari kaumnya. Akan tetapi kemudian Allah SWT mengkabarkan kepada Rasulullah SAW mengenai persekongkolan ini denagan firman-Nya:

“Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya). Maka celakalah dia, bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian celakalah dia, bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan.Sesudah itu, dia bermasam muka dan merungut. Kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri. Lalu dia berkata: ‘(Al-Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.’ Aku (Allah SWT) akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar.”

[Al-Muddatstsir: 18-26]

Tatkala para pemimpin Mekah mengalami kejumudan dan mulai menyakiti Rasul setelah paman Baginda RAW, Abu Thalib wafat. Rasulullah berusaha mencari pendukung ke kota Tha’if. Tetapi usaha Baginda tidak berhasil bahkan disambut dengan penghinaan dan lemparan batu.

Rasulullah juga menyeru para pemuka kabilah-kabilah Arab. Baginda berkata kepada mereka,

“Ya Bani fulan! Saya adalah utusan Allahbagi kalian, dan menyeru kepada kalianuntuk beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, dan agar kalian meninggalkan apa yang kalian sembah, agar kalian beriman kepadaku dan percaya kepadaku, dan agar kalian membela dan melindungiku, sehingga aku bisa menjelaskan apa yang telah disampaikan Allah kepadaku.”

Dalam Sirah Ibnu Hisyam diriwayatkan, “Zuhri menceritakan bahawa Rasulullah SAW mendatangi secara peribadi Bani Kalban, akan tetapi mereka menolak. Baginda juga mendatangi Bani Hanifah, dan meminta kepada mereka nusroh (pertolongan) dan kekuatan, namun tidak ada orang Arab yang lebih keji penolakannya terhadap Baginda kecuali Bani Hanifah. Baginda juga mendatangi Bani Amir bin Sha’sha’ah, mendoakan mereka kepada Allah dan meminta kepada mereka secara peribadi. Kemudian berkatalah seorang laki-laki dari mereka yang bernama Baiharah bin Firas: ‘Demi Allah, seandainya aku mengabulkan pemuda Quraisy ini, sungguh orang Arab akan murka.’ Kemudian ia berkata: ‘Apa pendapatmu jika kami membai’atmu atas urusan kamu, kemudian Allah memenangkanmu atas orang yang menyisihmu, apakah kami akan diberi kekuasaan setelah engkau?’ Rasulullah SAW berkata kepadanya: ‘Urusan (kekuasaan) itu hanyalah milik Allah, yang Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.’ Baiharah berkata: ‘Apakah kami menyerahkan leher-leher kami kepada orang Arab padahal jika Allah memenangkan kamu, urusan (kekuasaan) itu bukan untuk kami. Kami tidak perlu urusanmu.’ ”

Baginda SAW selain aktif berdakwah kepada kabilah-kabilah di sekitar Mekah, Baginda juga mendatangi kabilah-kabilah di luar Mekah yang datang tiap-tiap tahun ke Mekah, baik untuk berdagang mahupun untuk mengunjungiKa’bah, di jalan-jalan, pasar Ukadz, dan Mina. Sampai suatu ketika pada musim haji, datanglah serombongan orang dari suku Aus dan Khazraj dari Yatsrib (Madinah). Kesempatan ini digunakan oleh Rasulullah SAW untuk menyampaikan dakwah. Ketika rombongan ini mendengar ajakan Rasul, satu sama lain antara mereka saling berpandangan sambil berkata: “Demi Allah, dia ini seorang nabi seperti yang dianjurkan orang-orang Yahudi kepada kami.”

Kemudian mereka menerima dakwah Rasulullah SAW sambil berkata: ‘Kami tinggalkan kaum kami disana dan tidak ada pertentangan serta permusuhan antara kaum kamidengan kaum yang lain, mudah-mudahan Allah SWT mempertemukan mereka denganmu dan menerima dakwahmu, maka tidak ada lagi orang yang paling mulia darimu.’ [Sirah Ibnu Hisyam 1: 428]

Tatkala tahun berikutnya tiba dan musim haji datang, dua belas orang lelaki dari penduduk Madinah bertemu dengan Rasulullah SAW di Aqobah. Mereka berbai’at kepada Rasulullah SAW yang dikenal dengan Bai’atul Aqabah.

Isi baiat (Pengistiharan untuk patuh) tersebut adalah:

“Tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina dan tidak membunuh anak-anak kecil, tidak berbohong serta tidak menentang Rasulullah dalam perbuatan ma’ruf.”

[ Hadis Riwayat Bukhari ]

Setelah bai’at itu, mereka kembali ke Madinah bersama utusan Rasul, yaitu Mush’ab bin Umair untuk mengajarkan Al-Quran dan hukum agama. Pada tahun berikutnya, Mush’ab bin Umair kembali ke Mekah bersama tujuh puluh lima orang Madinah yang telah masuk Islam. Dua diantaranya adalah wanita dan mereka membai’at Rasulullah SAW. Bai’at ini dinamakan Bai’atul Aqabah II. Selesai melakukan bai’at, Rasulullah menunjuk dua belas orang untuk menjadi pemimpin masing-masing qabilah mereka.

Abbas bin Ubadah, salah seorang dari mereka berkata kepada Rasulullah:

“Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran, bila engkau mengizinkan, kami akan perangi penduduk Mina besok pagi dengan pedang-pedang kami.”

Jawab Rasulullah SAW:

“Kita belum diperintahkan untuk itu, dan lebih baik kembalilah ke kenderaanmu masing-masing.”

[Sirah Al Halabiah II: 176]

Jelas bahawa sebelum hijrah ke Madinah dan membangunkan Daulah di Madinah, kewajiban berjihad di dalam Islam belum diperintahkan. Dengan demikian dapat diketahui bahawa dakwah Rasulullah dalam period Mekah adalah dakwah dalam rangka memperkenalkan Islam melalui dakwah fikriyyah (intelektual) kemudian membina umat, mengatur barisan dan menyusun kekuatan untuk kemudian Hijrah ke Madinah.

Period Dakwah Rasulullah di Madinah

Hijrahnya kaum muslimin ke Madinah adalah sebagai awal mula marhalah (tahap) dakwah ketiga, yaitu Marhalah Tathbiq Al-Ahkaam Al-Islami (Penerapan Syari’at Islam). Hal ini tandai dengan didirikannya Daulah Islamiyah (Negara Islam) sebagai pelaksana hukum Islam dan sebagai pengemban (pemikul) risalah Islam ke seluruh pepenjuru dunia melalui dakwah dan jihad. Ada pun tahap ketiga ini dimulai dengan tibanya Rasulullah ke Madinah melalui peristiwa hijrah Rasulullah pada tahun 622M bersama sahabat baginda, Abu Bakar. Setibanya di Madinah, Rasulullah SAW melakukan aktiviti sebagai berikut:

1. Membangun Masjid

Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat membangun Masjid. Pembangunan masjid mempunyai erti yang sangat penting bagi pembangunan masyarakat Islam yang terdiri daripada individu-individu muslim yang sentiasa berpegang teguh kepada aqidah dan syari’at Islam.

Rasulullah SAW menjadikan masjid tidak hanya sebagai tempat solat melainkan juga sebagai tempat berkumpul, bermusyawarah, membina ukhuwah dan aqidah Islam serta mengatiur berbagai persoalan kaum muslimin sekaligus memutuskan hukum di antara mereka.

2. Membina Ukhuwah Islamiah

Aktiviti selanjutnya yang dilakukan Rasulullah SAW adalah mempersaudarakan antara kaum Anshar dan Muhajirin. Persaudaraan yang digambarkan oleh Rasulullah SAW ibarat satu tubuh. Bila salah satu anggota tubuh ditimpa kesakitan maka seluruh tubuhnya merasakan sakit. Persaudaraan yang mendarah daging mengalir dalam tubuh setiap umat sehingga lenyap sama sekali segala bentuk fanatik golongan, suku bangsa dan perkauman.

Rasulullah mempersaudarakan Bilal yang berkulit hitam dari Afrika dengan Abu Ruwaim Al-Khutsa’mi, Salman Al Farisi dari Parsi dengan Mus’ab bin Umair dan lain sebagainya. Persaudaraan ini tidak hanya sampai batas mewarisi harta bahkan isteri (saat itu belum ada larangannya), sebagaimana yang terjadi antara Sa’ad bin Rabi dari kaum Anshar dengan Abdurrahman bin Auf dari kaum Muhajirin sehingga kata Sa’ad bin Rabi:

“Aku adalah orang Anshar yang paling kaya, inilah hartaku, aku bahagikan antara kita berdua. Aku mempunyai dua isteri, kuceraikan seorang dan kahwinilah olehmu.”

[Sirah Al Halabiyah II: 292]

Persaudaraan dengan ikatan Aqidah Islamiah ini semakin bertambah kukuh setelah dinaungi sebuah Daulah dibawah kepimpinan Rasulullah SAW yang menerapkan Sistem Islam.

3. Menyusun Piagam Perjanjian

Setelah Islam datang dan terbentuk masyarakat Islam di Madinah, gambaran dan pola hubungan antara masyarakat Yahudi dan Islam semakin tampak perbezaannya. Oleh kerana itu harus ada kebijaksanaan hukum yang mengatur hubungan mereka dengan kaum muslimin.

Rasulullah SAW kemudian membuat perjanjian (piagam Madinah). Istilah sekarang disebut Undang-Undang Dasar yang berfungsi sebagai suatu manhaj (jalan atau strategi pengamanan) dalam mengatur atau membuat batasan-batasan yang menyangkut interaksi antara kabilah-kabilah Yahudi dan kaum muslimin. Lebih dari itu isi perjajian mencakup pula hubungan negara dengan masyarakat atau masyarakat dengan negara. Dr. Musthafa Asy Siba’I dalam bukunya ‘Sirah Nabawiyyah Duruus wal Ibral’ mengemukakan pokok-pokok isi perjanjian tersebut seperti yang berikut:

1) Kesatuan umat Islam tanpa mengenal perbezaan suku, bangsa dan kaum.

2) Persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh warga masyarakat.

3) Gotong-royong dalam segala hal yang bukan kezaliman, dosa dan permusuhan.

4) Kompak dalam menentukan hubungan dengan musuh-musuh Islam.

5) Membangunkan suatu masyarakat dalam suatu sistem yang sebaik-baiknya.

6) Melawan orang-orang yang menentang negara dan membangkang sistemnya.

7) Melindungi orang yang ingin hidup berdampingan dengan orang Islam dan tidak boleh berbuat zalim kepadanya.

8) Umat non-muslim bebas melaksanakan agamanya dan tidak boleh dipaksaumat Islam dam tidak diganggu harta bendanya.

9) Umat non-Muslim harus ambil bahagiaan dalam pembiayaan negara sebagaimana umat Islam.

10) Umat non-muslim harus saling membantu dengan umat Islam untuk menolak bahaya yang akan mengancamnegara.

11) Umat Islam dan non-muslim tidak boleh melindungi musuh negara dan orang-orang yang memusuhi negara.

12) Warga negara bebas keluar masuk negara selama tidak merugikan negara.

13) Ikatan sesama anggota masyarakat didasarkan prinsip tolong-menolong untuk kebaikan dan ketakwaan. Tidak atas dosa dan aniaya.

14) Dasar-dasar tersebut ditunjang oleh dua kekuatan. Kekuatan ruh (spritual) yaitu imannya kepada Allah, keyakinan akan pengawasan dan perlindungan Allah bagi orang yang berbuat baik. Begitu pula jika ditunjang oleh kekuatan meterialistik (kebendaan) yaitu kepimpinan negara yang dipimpin oleh Rasulullah SAW.

4. Strategi Politik dan Militeri (k etenteraan)

Dalam rangka menyebarkan dakwah Islam ke luar negeri Madinah, sekaligus

mengumumkan kepada bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain mengenai berdirinya

Daulah Islamiah, maka diambil beberapa langkah lanjutan sebagai berikut:

1) Mengirim surat (mengajak kepada Islam (dakwah Islam), jika tidak mahu menerima Islam sebagai agama, mestilah patuh dengan hukum Islam di bawah Daulah Islam)kepada kepala-kepala negara/ kerajaan, pimpinan kabilah/suku

yang ada di sekitar jazirah Arab.

2) Memaklumkan perang kepada orang-orang yang menetang dakwah Islam.

3) Memerangi kabilah-kabilah yang mengkhianati perjanjian perdamaian bersama kaum muslimin.

4) Menjadikan Daulah Islamiah sebagai satu kekuatan yang disegani dan ditakuti lawan-lawannya.

Melalui penelitian dan penghayatan langkah-langkah dakwah Rasulullah sejak period Mekah hingga period Madinah dapat disimpulkan bahawa pada period Mekah, Baginda lebih bersikap sebagai seorang da’ie, muballigh, imam dan sekaligus sebagai tokoh politik dan pemimpin jemaah kaum muslimin. Manakala dalam period Madinah, baginda bukan hanya berperana sebagai seorang Rasul, tetapi juga sebagai kepala negara di dalam pemerintahan Daulah Islamiah (Khilafah).

Keberhasilan para da’ie penerus dakwah sangat ditentukan oleh sejauh mana kesetiaannya mengikuti jejak langkah (Thoriqah) dakwah Rasulullah SAW. Mudah-mudahan kita sentiasa dianugerahkan taufiq dan hidayah daripada-Nya dalam menegakkan Islam di bumi Allah ini.

Ingatlah bahawa menerapkan Islam di dalam kehidupan secara menyeluruh adalah suatu kewajiban dan Islam akan terlaksana sepenuhnya dengan adanya Daulah iaitu Khilafah Islam. Maka mendirikan semula Khilafah adalah wajib. Untuk mendirikan Khilafah perlu adanya usaha ke arah mendirikannya. Maka usaha-usaha ke arah mendirikan Khilafah juga hukumnya menjadi wajib tatkala dunia ketiadaan Khilafah di zaman ini. Dan usaha untuk mendirikan semula Khilafah mestilah dilakukan melalui thoriqah (jalan atau cara) sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Baginda SAW kerana apa sahaja yang dilakukan oleh Baginda bukanlah menurut hawa nafsunya melainkan adalah merupakan wahyu daripada Allah. Ini beerti thoriqah tersebut adalah merupakan perintah Allah iaitu hukum syara’ yang wajib diikuti. Oleh kerana itu, umat Islam yang ingin bangkit harus melalui jalan dakwah yang lurus dengan metod (thoriqah) yang benar dengan cara memahami perjalanan dakwah Rasulullah secara keseluruhan, mengikuti dan melaklaksanakannya. Moga jalan dakwah yang telah dilakukan Rasulullah ini akan menjadi teladan dalam usaha untuk membangkitkan umat Islam dan mencapai kejayaan dalam menegakkan syi’ar Islam buat kedua kalinya. InsyaAllah..

RENUNGAN...

Firman-firman Allah swt yang bermaksud:

“Kami tidak mengutuskan engkau (Muhammad) melainkan kepada sekalian umat manusia, untuk memberi kabar gembira (syurga) dan untuk memberi peringatan (neraka). Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”

[As-Saba’: 28]

“Katakanlah (Muhammad): Aku adalah manusia biasa seperti halnya kamu. Bezanya, aku diberi wahyu (sedangkan kalian tidak).”

[Fussilat: 41]

“Katakanlah (Muhammad): Aku hanya akan mengikuti apa sahaja yang diwahyukan kepadaku oleh Tuhanku.”

[Al-A’raf: 203]

“Dan apa sahaja yang dia (Muhammad) ucapkan itu, sesungguhnya bukanlah bersumber daripada hawa nafsunya, melainkan wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”

[An-Najm: 4]

“Maka berilah peringatan, kerana sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. Tetapi orang yang berpaling dan kafir. Maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka. Kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka.”

[Al-Ghaasyiyah: 21-26]

“Katakanlah: Inilah jalan (dakwah) ku. Aku beserta orang-orang yang mengikutiku (yang) mengajak kalian kepada Allah dengan hujah yang nyata. Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.”

[Yusuf:108]

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.”

[Al-Hasyr: 7]

Sabda Rasulullah saw:

“...Demi Allah, aku akan meneruskan jihad untuk apa yang Allah sampaikan kepadaku, sampai Allah memberi kemenangan atau leherku ini terpisah.”

[Hadith Riwayat Ahmad dari Miswar bin Makhramah]

“...Demi Allah, apabila mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku menghentikan dakwahku, aku tidak akan menghentikannya sampai Allah memberi kemenangan atau aku mati kerananya.”

[ Sirah Tarikh at-Thabari II: 336 ]

Rasulullah saw juga bersabda:

“Demi Zat yang jiwaku dalam kekuasaan-Nya, kamu mestilah menyerukan kepada kema’rufan dan mencegar daripada kemungkaran, ataukah Allah swt akan menurunkan seksa dari sisi-Nya kepada kamu, sehinggalah apabila kamu berdoa, maka Dia tidak akan mengabulkan doa kamu.”

[Hadith Riwayat At-Turmizi dari Huzaifah Al-Yaman]

“Siapa sahaja di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah merubahnya dengan tangannya, dan apabila ia tidak mampu, maka hendaklah merubahnya dengan lisannya, dan apabila ia tidak mampu, maka hendaklah merubahnya dengan hatinya. Dan sesungguhnya itu merupakan selemah-lemah iman.”

[Hadith Riwayat Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Turmizi, An-Nasa’i, Ibnu Majah dari Abi Sa’id Al-Khudri]

“Islam mula tersebar dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali asing pula. Maka beruntunglah orang-orang yang asing”

[Hadith Riwayat Muslim daripada Abu Hurairah r.a]

“Akan datang kepada umat ku suatu zaman dimana orang yang berpegang kepada agamanya laksana menggenggam bara api.”

[Hadis Riwayat Tarmizi daripada Anas r.a]

Firman-firman Allah swt yang bermaksud:

“Kebenaran (islam) itu dari Tuhanmu, maka sekali-kali kamu jangan menjadi orang yang ragu.”

[ Al-Baqarah: 147]

“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang haq (benar), agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama.”

[Al-Fath: 28]

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka.”

[Ar-Ra’d: 11]

“Barangsiapa mencari selain Islam sebagai agama, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”

[Ali Imran:85]

“Kamu (ummat Islam) adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyeru yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar,dan beriman kepada Allah”

[Surah Ali Imran ayat 110]

“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat(jemaah) yang menyeru kepada kebajikan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari mungkar; dan merekalah orang-orang yang beruntung.”

[surah Ali Imran ayat 104].

“Barangsiapa yang mengambil Allah, Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang”

[Al Mujadalah ayat 56]

“Mereka itu berkelompok (hizb) Allah, Ingatlah bahawa kelompok Allah itulah yang pasti menang”

[Al-Mujadalah ayat 22]

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.Sesunguhnya Dia adalah penerima taubat.”

[AnNashr ayat 1-3]


Ikatan Itelektual Nusantara


“ Mengembalikan Kehidupan Islam”

____________________________________________________________________

Penyebaran dan penyalinan semula risalah ini amat dialu-alukan. Semoga usaha anda dapat mengembangkan da’wah dan diredhai Allah swt.

____________________________________________________________________

Links.

www.mykhilafah.com

www.khilafah.com

www.geocities.com/fin1924/

www.hayatulislam.net/archivesum.php?view=category

www.1924.org

Related Posts with Thumbnails