From Qur'an || From Hadith

From Qur'an Surah Al-An'am (The Cattle) 6:164

Say: "Shall I seek a lord other than Allah, while He is the Lord of all things? No person earns any (sin) except against himself (only), and no bearer of burdens shall bear the burden of another. Then unto your Lord is your return, so He will tell you that wherein you have been differing."

None can bare the burden of another... meaning each of us are responsible for our own actions in this life. we better be sure that we are following the correct understanding of Islam, within the guidelines of the Qur'an and the Sunnah... cause on the day of judgment we will not be able to point fingers at any one else.. not even our sheikhs, imams or maulanas. May Allah (swt) give us the correct understanding of Islam and help us to abide by all aspects of it.

Monday 14 January 2008

Kesederhanaan

Jika perlu marah, marahlah tetapi usah terlupa dengan perkataan sabar; jika perlu menangis, menangislah tetapi usah terlupa dengan perkataan tenang; jika perlu patuh, patuhlah tetapi jangan sampai hilang kemerdekaan.

Jika mahu miskin, miskinlah tetapi jangan terlalu miskin, nanti mudah menjadi kufur; kalau mahu kaya, kayalah tetapi jangan terlalu kaya sampai terlupa perkataan sedekah; jika mahu menjadi warak, lakukanlah ibadah sebanyak-banyaknya tetapi jangan sampai terlupa keperluan dunia.

Kalau mahu sebuah kereta mewah, belilah selagi mampu dan menepati keperluan semasa; kalau mahu dua buah rumah, belilah asal jangan sampai tak tahu makna perkataan puas; kalau mahu menimbun harta, bekerja keraslah asal jangan sampai terlupa ibadah.

Kalau mahu berhibur, berhiburlah asal tidak terlalu sakan dan menyalahi syariat; kalau mahu memperkatakan hal orang, berkatalah asal jangan sampai mengumpat; kalau mahu cemburu dengan kejayaan orang, cemburulah asalkan anda pun berusaha kuat sepertinya.

Hidup sederhana akan memastikan anda tidak akan miskin selama-lamanya. Bersederhana dalam segala hal adalah titik kejayaan dalam semua perkara. Orang yang terlalu kaya kadang-kadang apabila miskin terus muflis; orang yang terlalu pandai kadang-kadang apabila bodoh terus sasau; orang yang terlalu kuat kadang-kadang apabila lemah terus tidak tidak berdaya.

Binalah harta sebanyak-banyaknya tetapi jangan sampai anda menjadi hamba kepada harta; binalah ibadah banyak-banyak tetapi jangan sampai terlupa soal-soal dunia; binalah kedudukan di tengah manusia tetapi jangan sampai hilang kepercayaan orang dan tercalar maruah diri.

Bukanlah seorang yang baik kalau beribadah sepanjang masa sedangkan untuk makan minumnya terpaksa meminta-minta. Seeloknya bersederhana dalam beribadah lantaran bekerja itu pun ibadah, membuang halangan di jalanan juga ibadah, menasihati orang juga ibadah.

Orang yang bersederhana sentiasa terpandang di mata dunia. Dia tidak akan hina oleh kemelaratan dan tidak terlalu tersohor oleh kepopularitian. Dia terpandang sepanjang masa baik oleh orang yang hina mahupun orang yang mulia. Berkuasanya bersederhana bagaikan pakaian yang menjadi penebat pada rasa dingin dan panas yang membakar.

Sayidina Ali r.a. berkata, “Berkhairatlah mengikut kemampuan dan janganlah menjadikan keluargamu hina dalam kemiskinan.”

Hendak bersedekah jangan sampai jatuh miskin; menyimpan harta jangan sampai digelar si bakhil, beribadah jangan sampai semakin jahil.

Kata sayidina Ali r.a. lagi, “Insan tidak akan melihat kesalahan seseorang yang bersifat tawaduk dan lemah lembut.”

Tawaduk dan lemah lembut adalah kesederhana yang nyata, membangkitkan kasih sayang dan menumbuhkan cinta tulus. Jika anda impikan penghormatan manusia maka bersederhanalah dalam berbicara, berbatas-batas tatkala bergurau senda dan menyimpan sebahagian kesukaan ketika terlalu gembira.

Bersederhana adalah jawapan kepada segala-galanya.


-Dr.HM Tuah-

Monday 7 January 2008

Tanda-Tanda Ketauhidan

Di antara tanda-tanda bahawa anda bertauhid adalah ketika anda disakiti orang lain dan anda memiliki beberapa sikap terhadap mereka, antara lain:

Pertama: Memaafkan. Ini merupakan bukti ketulusan hati terhadap perilaku orang yang menyakiti. Sedangkan, keinginan hati untuk diperlakukan dengan baik merupakan tingkatan yang tinggi. Dan, yang paling tinggi lagi ialah ketika ia boleh membalasnya dengan kebaikan. Caranya, anda harus mulai dengan menahan amarah yakni jangan menyakiti orang yang pernah menyakiti anda. Kemudian maafkanlah, yakni bersikaplah toleran dan maafkan semua kesalahannya. Seterusnya adalah ihsan, yakni balaslah kejahatan yang ia lakukan dengan kebaikan.

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
[Ali 'Imran, 3:134]


Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik[1345] maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.
[Asy-Syura, 42:40]

[1345]. Yang dimaksud berbuat baik di sini ialah berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadanya.


Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang[1032],
[An-Nur, 24:22]

[1032]. Ayat ini berhubungan dengan sumpah Abu Bakar r.a. bahwa dia tidak akan memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang diri 'Aisyah. Maka turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu dan menyuruh mema'afkan dan berlapang dada terhadap mereka sesudah mendapat hukuman atas perbuatan mereka itu.

Dalam atsar tersebut:
Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadaku agar aku menyambung tali silaturrahim dengan orang yang memutuskannya denganku, memaafkan orang yang menzalimiku, dan memberikan kepada orang yang tidak pernah mahu memberi kepadaku.

Kedua: Keyakinan terhadap qadha’. Ertinya, anda harus menyedari bahawa ia tidak menyakiti kecuali itu merupakan ketentuan qadha’ dan qadar Allah, sedangkan seorang hamba hanyalah perantaraan terjadinya sesuatu, sementara yang menentukan dan menetapkan hanyalah Allah. Oleh kerana itu, berserah dirilah dan tunduklah kepada Pelindung anda.

Ketiga: Penghapusan dosa. Ertinya, anda harus menyedari bahawa kejahatan yang dilakukan orang lain terhadap diri anda adalah sebagai penebus dosa anda, penghapus kesalahan adna, pelebur kekhilafan anda dan sebagai peninggi darjat anda.

Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):
"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain[259]. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik."
[Ali-‘Imran, 3:195]

[259]. Maksudnya sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, maka demikian pula halnya perempuan berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama manusia, tak ada kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya.

Di antara hikmah lain yang boleh diperolehi oleh seorang mukmin dalam hal ini adalah dihentikan perlawanan musuh.

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”
[Fushshilat, 41:35]

Rasulullah saw bersabda:
"Orang muslim adalah orang yang orang-orang muslim lainnya selamat dari gangguan tangan dan lidahnya”

Ertinya, ketika bertemu dengan orang yang pernah menyakiti anda, maka hadapilah dnegan tersenyum, dengan kata-kata yang baik, dan dengan wajah yang berseri-seri sehinga hilanglah sumber permusuhan dan padamlah api pertengkaran.

Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
[Al-Isra’, 17:53]

Jadilah penebar kebahagian.
Sesungguhnya lembaran orang-orang mulia
Penuh dengan tabi’at kebahagiaan.

Keempat: Munculnya kesedaran terhadap kekurangan diri anda. Ertinya, anda menyedari bahawa segala perkara yang menyakitkan anda, tidak mungkin ditimpakan pada diri anda melainkan akiat dari dosa yang telah anda lakukan.

Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri." Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
[Ali-‘Imran, 3:165]

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
[Asy-Syu’ara’, 42:30]

Kelima: Anda memuji Allah dan bersyukur kepadaNya, kerana anda telah diciptakan sebagai orang yang dizalimi, dan bukan sebagai orang yang menzalimi. Perkataan ini sama seperti yang dikatakan oleh salah seorang dari dua anak Adam kepada saudaranya.

"Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam."
[Al-Ma’idah, 5:28]

Keenam: Anda tetap bersikap kasih saying kepada orang yang menyakiti hati anda, kerana doa adalah orang yang berhak mendapat kasih sayang anda. Anda sebaiknya menyedari bahawa orang yang terus-menerus menyakiti orang lain dan lancing berbuat dosa secara terang-terangan dengan menyakiti seorang muslim, memang memerlukan kelemah-lembutan anda, kasih saying anda dan pertolongan anda. Inilah tanda kelembutan dan kasih saying yang seharusnya anda tunjukan. Sabda Nabi:

Tolonglah saudaramu yang zalim mahupun yang dizalimi.

Ketika Misthah mencmearkan nama baik Abu Bakar dan Aisyah, anaknya, maka Abu Bakar bersumpah untuk menghentikan bantuan makanan kepada Misthah. Misthah sendiri adalah seorang yang miskin yang secara rutin mendapat biaya dari Abu Bakar. Maka Allah pun menurunkan firmaNya:

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang[1032],
[An-Nur, 24:22]

[1032]. Ayat ini berhubungan dengan sumpah Abu Bakar r.a. bahwa dia tidak akan memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang diri 'Aisyah. Maka turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu dan menyuruh mema'afkan dan berlapang dada terhadap mereka sesudah mendapat hukuman atas perbuatan mereka itu.

Abu Bakar pun kemudian menyedari: “Tentu, aku amat senang kalau Allah mengampuni dosaku.” Dan setelah itu, Abu Bakar pun kembali menafkahi Misthah dan memaafkannya.

Uyainah bin Hishn berkata kepada Umar bin Al-Khaththab, “Celakalah engkau, wahai Umar! Demi Allah, engkau tidak pernah menafkahi kami dan tidak memerintah kami dengna adil.” Mendengar itu, Umar pun bingung, namun Al-Hurr bin Qais mengingatkannya: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Alla telah berfirman:

Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
[Al-A’raf, 7:199]

Al-Hurr pun menambahkan: “Demi Allah, Umar tidak akan melanggar batasan ayat ini. Umar adalah orang yang sangat patuh kepada kitab Allah.”

Yusuf ‘Alaihissalam berkata kepada saudara-saudaranya (yang dulu pernah menzaliminya):

Dia (Yusuf) berkata: "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang."
[Yusuf:, 12:92]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan kepada orang-orang kafir Quraisy yang pernah menyakiti, mengusir, dan memeranginya. Katanya, “Pergilah kalian, kalian sekarang bebas (dari hukuman).” Rasulullah menyatakan hal ini pada hari penaklukan Mekah. Dalam sebuah hadith baginda bersabda:

Orang yang kuat itu bukanlah orang yang kuat dalam bergelut, sesungguhnya orang yang kuat itu adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah.



Ibnu Mubarak berkata:

Jika kamu bergaul
dengan suatu kaum yang pengasih
berlakulah kepada mereka
layaknya saudara mereka yang penuh kasih.
Jangan hantui semua orang dengan kesalahanmu
kerana kamu akan hidup tanpa kawan.

Sebahagian lain mengatakan bahawa dalam Injil terdapat pernyataan: “Berilah maaf tujuh kali kepada orang yang berbuat kesalahan kepadamu sekali.”

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik[1345] maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.
[Asy-Syura, 42:40]

[1345]. Yang dimaksud berbuat baik di sini ialah berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadanya.

Ertinya, maksud pernyataan dalam Injil itu adalah apabila ada orang yang melakukan kesalahan satu kali, maka maafkanlah berulang-ulang hingga tujuh kali untuk kesalahan itu, untuk menjaga agama dan kehormatan, dan supaya hati tetap bersih. Sebab keinginan untuk membalas berasal dari syaraf, dari darah, dari tidur, dari istirehat, dan dari kehormatan diri anda, bukan dari orang lain.

Sebuah peribahasa India menyebutkan: “Orang yang mampu menguasai dirinya, maka ia lebih berani daripada orang yang mampu menaklukkan sebuah kota.”

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
[Yusuf, 12:53]

Renungan
Adapun doa Dzun Nun (Nabi Yunus), La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minal zhalimin, di dalamnya terkandung kesempurnaan tauhid, penyucian kepada Allah, pengakuan seorang hamba akan kezaliman diri sendiri dan dosanya, yang merupakan penawar yang sempurna untuk menghilangkan kegundahan dan kegelisahan, dan juga sebgai wasilah (perantaraan) yang paling tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah agar Allah mengabulkan semua permohonan kita kerana tauhid dan penyucian terhadap Allah (tanzih) terkandung penetapan segala bentuk kesempurnaan Allah dan penghapusan segala bentuk kekurangan, aib dan penyerupaan denganNya. Sedangkan pengakuan terhadap kezaliman mengandungi nilai keimanan hamba terhadap syariat, ganjaran, serta seksa, dan mengharuskan hamba untuk menyesali perbuatannya, kembali kepada Allah, meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya, mengakui statusnya sebagai hamba yang harus mengabdi kepada Tuhan (‘ubudiyyah) dan pengakuan atas semua dosa yang telah kita kerjakan (i’tiraf). Demikianlah empat perkara yang boleh digunakan untuk bertawassul, yakni tauhid, tanzih, ‘ubudiyyah, dan i’tiraf.

Allah berfirman:

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
[Al-Baqarah, 2:155]

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[101].
[Al-Baqarah, 2:156]

Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
[Al-Baqarah, 2:157]

[101]. Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

Masa Depan Akan Datang Dengan Sendirinya

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam surah An-Nahl, ayat 1:

Sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah pasti akan datang, maka janganlah kalian minta untuk disegerakan...

Oleh kerana itu, janganlah anda mendahului sesuatu yang belum terjadi! Apakah anda mahu mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalh sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba; belum wujud, dan tidak memiliki rasa dan warna. Lalu, mengapa harus menyibukan diri dengan hari esok, mencemaskan kesialan-sialan yang mungkin akan terjadi padanya, memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, meramalkan bencana-bencana yang bakal ada di dalamnya? Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan?

Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam ghaib dan belum turun ke bumi. Maka tidak sepatutnya kita menyebarangi sebuah jambatan sebelum sampai diatasnya. Sebab siapa yang tahu bahawa kita akan sampai atau tidak pada jambatan itu? Boleh jadi kita akan terhenti jalan kita sebelum sampai ke jambatan itu, atau mungkin jambatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan boleh jadi pula, kita akan sampai pada jambatan itu dan kemudian menyeberanginya

Dalam syariat, memberi kesempatan kepada fikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka-buka alam ghaib, dan kemudian terhanyut dalam kecemasan-kecemasan yang baru diduga darinya, adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Kerana, hal itu termasuk thulul amal(angan-angan yang terlalu jauh). Sesungguhnya tindakan itu pun tidak masuk aqal, kerana sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang. Namun kebanyakan manusia di dunia ini justeru banyak yang termakan oleh ramalan-ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krisis ekonomi yang khabranya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah sebahagian dari kurikulum yang diajarkan di “sekolah-sekolah syaitan”.

Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.
(Al-Baqarah, 2:268)

Mereka menangis sedih menatap masa depan, adalah yang menyangka diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama setahun, dan memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi. Padahal, orang yang sedar bahawa usia hidupnya berada di “genggaman yang lain” tentu tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada. Dan orang yang tidak tahu bila akan mati, tentu salah besar bila justeru menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak diketahui secara pasti hakikatnya.

Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya; janganlah anda menanyakan khabar beritanya, dan jangan pula anda menunggu waktu itu. Sebab, hari ini anda sudah sangat sibuk.

Jika anda hairan, maka lebih menghairankan lagi orang-orang yang berani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh kerana itu, hindarilah angan-angan yang berlebihan.

Sabar Itu Indah

Menghiasi dri dengan sifat sabar merupakan akhlaq orang-orang mulia. Mereka menghadapi kesulitan dnegna berlapang daa, tidak mudah menyerah, serta penuh kepercayaan diri. Kerana itu, jika kita tidak bersabar, apa lagi yan gboleh kita lakukan?

Apakah anda mempunyai penyelesaian yang lain selain daripada bersabar? Dan apakah anda mengetahui senjata lain selain daripada kesabaran untuk menghadapi persoalan hidup?



Suatu ketika seorang tokoh menghadapi berbagai musibah yang datang silih berganti dalam hidupnya dan juga berbagai kesulitan yang berlumba untuk menghancurkannya. Setiap kali selesai daripada satu kesulitan, kesulitan lain pula datang mengunjunginya. Meskipun demikian, ternyata ia mampu menepis segala kesulitannya itu dengan kesabaran dan menjadikan kepercayaannya terhadap Allah sebagai perisai diri daripada kehancuran.

Demikianlah yang dilakukan oleh orang-orang mulia dan terhormat itu dalam berjuang melawan setiap dugaan dan mencampakkan semua kesulitan hidupnya terkapar di atas tanah.

Ketika beberapa orang sahabat menziarahi Abu Bakar RA yang sedang terbaring sakit, para sahabat berkata kepadanya: “Apakah perlu kami panggilkan seorang tabib untuk mengubatimu?” Jawab Abu Bakar RA: “Seorang tabib telah memeriksaku!” Para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dikatakan olehnya?” Jawab Abu Bakar RA: “Innii fa’aalun lima uriid”(sesungguhnya aku boleh melakukan apa sahaja yang aku mahu).

Bersabarlah! Akan tetapi, ketahuilah bahawa anda tidak mampu bersikap sabar, kecuali atas pertolongan dan taufiq dari Allah. Bersabarlah sebagaimana kesabaran orang yang yakin akan datang pertolongan Allah, orang yang tahu akan sebaik-baik tempat kembali, orang yang mengharapkan pahala, dan orang yang mengharapkan terhapusnya dosa. Bersabarlah, meskipun anda menghadapi berbagai persoalan hidup dan menghalangi jalan yang akan anda tempuhi. Sesungguhnya pertolongan akan datang setelah kesabaran, kelapangan akan datang setelah kesusahan dan kemudahan akan datang setelah kesulitan.

Saya telah membaca beberapa biografi tokoh terkenal di dunia ini, dan saya terpegun dengan besarnya kesabaran dan agungnya ketabaha mereka dalam menghadapi berbagai macam dugaan yang datang terus-menerus, bagaikan air dingin yang menitis diatas kepala mereka. Akan tetapi, daya tahanan mereka tetap-menerus, bagaikan kukuhnya gunung. Kebenaran menancap kuat ke dalam diri mereka dan mereka sedar bahawa waktu di dunia ini sangatlah singkat. Dan wajah mereka kembali bersinar memancarkan cahaya seiring dengan datangnya mentari kemenangan, keceriaan dan masa pertolongan. Bahkan ada di antara mereka yang tidak hanya cukup bersabar sahaja, namun justera itu menghadang semua bencana itu dan berteriak lantang di hadapan musibah-musibah itu sambil menyatakan tentangannya.
“Kenalilah Allah saat anda senang, nescaya Allah akan mengenali anda saat susah”
(Al-Hadith)

Assalammualaikum… Selawat dan salam ke atas Nabi junjungan. Syukur, Alhamdulillah kehadrat Illahi yang telah memberi masa dalam usaha memperbaiki diri di bumiNya. Ana namakan blog ini ialah "fatba" mean's fight all this battle alone. Sebab apa sahaja hendak dilakukan adalah bermula pada kita sendiri. Begitu juga dengan gerakkan hati (nawaitu), ini lah dipanggil "langkah pertama". Apa yang ana cuba lakukan adalah untuk mendapatkan keredhaanNya. Semoga apa yang kita pinta selalu “Redhalah yang datang kepada kami, kurniakanlah keredhaanMu” di makbulNya.
Related Posts with Thumbnails