From Qur'an || From Hadith

From Qur'an Surah Al-An'am (The Cattle) 6:164

Say: "Shall I seek a lord other than Allah, while He is the Lord of all things? No person earns any (sin) except against himself (only), and no bearer of burdens shall bear the burden of another. Then unto your Lord is your return, so He will tell you that wherein you have been differing."

None can bare the burden of another... meaning each of us are responsible for our own actions in this life. we better be sure that we are following the correct understanding of Islam, within the guidelines of the Qur'an and the Sunnah... cause on the day of judgment we will not be able to point fingers at any one else.. not even our sheikhs, imams or maulanas. May Allah (swt) give us the correct understanding of Islam and help us to abide by all aspects of it.

Friday, 26 September 2008

Soalan Cepu Mas!!!!

Soalan-soalan yg confirm boleh dijawab....


Soalan 1 :Siapakah Juara Akademi Fantasia musim pertama?


Soalan 2 : Siapakah artis perempuan Hollywood yang menyanyikan lagu "Beautiful Lia r"?


Soalan 3 : Siapakah RAJA SMS MALAYSIA ?


Soalan 4 : Berikan satu judul lagu terbaru Anuar Zain?


Soalan 5 : Siapakah hos untuk rancangan Melodi terbitan TV3?


Soalan 6 : Apakah nama kumpulan RAP yang terdiri dari 3 orang adik beradik yang terkenal di Malaysia ?


Soalan 7: Siapakah yang menyanyikan lagu "Gemilang"?


Soalan 8 : Siapakah nama isteri Beckham?


Soalan 9 : Siapakah nama laki Siti Nurhaliza?


Soalan 10 : Siapakah penyanyi lagu "Aduh Saleha"?





Bagaimana pula dengan soalan di bawah ini.....

Berapa banyak pula, saya dan kawan-kawan boleh jawab?






Semakin jauh kita dari landasan yang sepatutnya.. .........
Ya Allah bantulah hambaMu yang lemah ini.


Soal 1: Surah manakah yang jumlah kalimatnya sama dengan seluruh jumlah surah Al-Qur'an?
Jawab: Surah at-Takwir.


Soal 2: Surah manakah yang dikenal dengan sebutan "jantung" Al-Qur'an?
Jawab: Surah Yasin.


Soal 3: Surah manakah yang dikenal dengan silsilah nasab Allah SWT?
Jawab: Surah al-Ikhlash.


Soal 4: Berapakah jumlah surah Al-Qur'an yang memiliki ayat sajdah wajib?
Jawab: Empat surah (as-Sajdah, Fushshilat, an-Najm dan al-'Alaq)


Soal 5: Surah manakah yang dikenal sebagai surah Imam Husain as?
Jawab: Surah al-Fajr.


Soal 6: Surah manakah yang memiliki nama yang sama dengan salah satu nama sungai di Iran ?
Jawab: Surah an-Nur.


Soal 7: Berapa surah yang dimulai dengan ungkapan alhamdulillâh?
Jawab: Lima surah (al-Fatihah, al-An'am, al-Kahfi, Saba ' dan Fathir).


Soal 8: Surah Al-Qur'an manakah yang memiliki sepuluh nama?
Jawab: Surah al-Fatihah.


Soal 9: Siapakah orang pertama yang menulis ilmu Tajwid?
Jawab: Abu 'Ubaid Qasim bin Salam.


Soal 10: Siapakah orang pertama yang telah menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa Persia pada masa Rasulullah saw?
Jawab: Salman al-Farisi.


Soal 11: Siapakah orang pertama yang meletakkan titik di dalam Al-Qur'an?
Jawab: Abul Aswad ad-Du`ali.


Soal 12: Dalam ayat manakah kalimat Allah diulangi sebanyak enam kali?
Jawab: Surah al-Baqarah ayat 283.


Soal 13: Di dalam ayat manakah tata cara berwudhu dijelaskan?
Jawab: Surah al-Maidah ayat 6.


Soal 14: Di dalam surah manakah shalat lima waktu disebutkan?
Jawab: Surah al-Isra' ayat 78.


Soal 15: Di dalam surah manakah masalah wilayah disebutkan?
Jawab: Surah an-Nisa'..


Soal 16: Surah manakah berakhiran dengan huruf ra'?
Jawab: Surah al-Kautsar.


Soal 17: Surah manakah yang berhubungan dengan Imam Ali as?
Jawab: Surah al-'Adiyat.


Soal 18: Dalam kurun waktu berapa tahunkah surah-surah Madaniah diturunkan?
Jawab: Sepuluh tahun.


Soal 19: Siapakah dua figur wanita di dalam Al-Qur'an yang telah banyak mendapatkan sanjungan Ilahi?
Jawab: Siti Maryam dan Siti Asiyah, istri Fir'aun.


Soal 20: Surah Al-Qur'an manakah yang memiliki arti "wanita yang teruji"?
Jawab: Surah al-Mumtahanah.


Soal 22: Siapakah dua orang wanita yang telah dicela oleh Al-Qur'an?
Jawab: Istri Nabi Luth as dan istri Nabi Nuh as.


Soal 23: Siapakah wanita yang telah mendapatkan julukan "ath-Thayibah" (wanita yang berbudi baik) di dalam Al-Qur'an?
Jawab: Siti Maryam..


Soal 24: Surah apakah yang terakhir diturunkan kepada Rasulullah saw?
Jawab: Surah al-Maidah ayat 3.


Soal 25: Berapa huruf, kalimat dan ayat yang dimiliki oleh ayat terakhir Al-Qur'an?
Jawab: 79 huruf, 20 kalimat dan 6 ayat.


Soal 26: Surah manakah yang terakhir diturunkan di Madinah?
Jawab: Surah al-Maidah.


Soal 27: Surah manakah yang diturunkan terakhir secara keseluruhan?
Jawab: Surah al-Ikhlash


Soal 28: Surah manakah yang terakhir diturunkan di Makkah?
Jawab: Surah ar-Rum.


Soal 29: Di surah manakah terdapat ayat hijab?
Jawab: Surah an-Nur ayat 31.


Soal 30: Ayat alhamdulillâh Robbil-'âlamîn disebutkan dalam berapa surah?
Jawab: Enam Surah (al-Fatihah, ash-Shafaat, al-Mukmin, az-Zumar, Yunus dan al-An'am)


Soal 31: Di dalam surah manakah disebutkan lima macam makanan?
Jawab: Surah al-Baqarah ayat 61.


Soal 32: Di dalam surah apakah Allah membicarakan mengenai diri-Nya?
Jawab: Surah al-Baqarah ayat 186.


Soal 33: Dalam berapa ayat Al-Qur'an Rasulullah saw disebutkan?
Jawab: Dalam 305 ayat.


Soal 34: Di dalam ayat manakah nama kelima nabi 'Ulul Azmi disebutkan?
Jawab: Surah al-Ahzab ayat 7.


Soal 35: Berapakah jumlah surah Al-Qur'an yang memiliki nama para nabi as?
Jawab: 6 surah (Muhammas, Ibrahim, Nuh, Hud, Yunus dan Yusuf).


Soal 36: Di dalam Al-Qur'an berapakah nabi yang disebut sebagai suri teladan yang baik?
Jawab: Dua nabi, yaitu Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw.


Soal 37: Surah-surah apakah yang dinisbatkan kepada Rasulullah saw?
Jawab: Surah Thaha, Yasin, al-Muzzammil dan al-Muddatstsir...


Soal 38: Terdapat di dalam surah manakah Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Belqis?
Jawab: Surah Saba '.


Soal 39: Surah apakah yang pertama kali diturunkan?
Jawab: Surah al-'Alaq.


Soal 40: Berapakah ayat dan kalimat yang dimiliki oleh surah Al-Qur'an yang pertama kali diturunkan?
Jawab: 7 ayat dan 29 kalimat.


Soal 41: Surah manakah yang pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Persia ?
Jawab: Surah al-Fatihah.


Soal 42: Surah apakah yang pertama kali turun di Madinah?
Jawab: Surah al-Muthaffifin.


Soal 43: Terdapat di dalam manakah doa pertama Al-Qur'an?
Jawab: Surah al-Baqarah ayat 126.


Soal 44: Ayat apakah yang dibaca oleh kepala terpenggal Imam Husain as di kota Syam?
Jawab: Surah al-Kahfi ayat 9..


Soal 45: Berapa surahkah di dalam Al-Qur'an yang memiliki ayat sajdah?
Jawab: 4 surah..


Soal 46: Berapakah kalikah nama Rasulullah saw disebutkan di dalam Al-Qur'an?
Jawab: 5 kali; 1 kali Ahmad dan 4 kali Muhammad.


Soal 47: Nama nabi manakah yang lebih sering disebutkan di dalam Al-Qur'an?
Jawab: Nabi Musa as.


Soal 48: Kisah Al-Qur'an manakah yang mendapatkan julukan Ahsan al-Qashsash (Kisah Terbaik)?
Jawab: Kisah Nabi Yusuf as.


Soal 49: Terdapat di dalam surah manakah kisah Isra' dan Mi'raj Rasulullah saw?
Jawab: Surah al-Isra'


Soal 50: Siapakah satu-satunya wanita yang disebutkan namanya di dalam Al-Qur'an?
Jawab: Siti Maryam.


Soal 51: Surah manakah yang kaum wanita disarankan untuk banyak membacanya?
Jawab: Surah an-Nur.


Soal 53: Surah manakah yang turun berkenaan dengan Sayidah Fatimah az-Zahra as?
Jawab: Surah al-Kautsar.


Soal 54: Nama surah manakah yang berarti "kaum wanita"?
Jawab: Surah an-Nisa'.


Soal 55: Berapakah jumlah surah Al-Qur'an yang memiliki nama binatang?
Jawab: 5 surah, yaitu an-Nahl, al-'Ankabut, an-Naml, al-Baqarah dan al-Fil..


Soal 56: Burung apakah yang telah memusnahkan pasukan Abrahah?
Jawab: Burung Ababil.


Soal 57: Binatang apakah yang telah membinasakan Raja Namrud?
Jawab: Nyamuk.


Soal 58: Binatang apakah yang pernah mendapatkan wahyu?
Jawab: Lebah (an-Nahl ayat 68).


Soal 59: Siapakah orang-orang yang telah mengumpulkan Al-Qur'an pada zaman Rasulullah saw?
Jawab: Imam Ali as, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Ubai bin Ka'b dan Abu Zaid Zaid bin Nu'man.


Soal 60: Siapakah orang pertama yang mengarang tafsir Al-Qur'an?
Jawab: Sa'id bin Jubair.


Soal 61: Siapakah orang pertama yang mengumpulkan Al-Qur'an?
Jawab: Imam Ali as...


Soal 62: Apakah minuman terbaik yang disebutkan oleh Al-Qur'an?
Jawab: Air susu.


Soal 63: Apakah binatang terkecil yang disebutkan di dalam Al-Qur'an?
Jawab: Nyamuk.


Soal 64: Apakah malam terbaik menurut pandangan Al-Qur'an?
Jawab: Malam Lailatul Qadr.


Soal 65: Apakah cara terbaik untuk membaca Al-Qur'an?
Jawab: Tartil.


Soal 66: Apakah kitab-kitab samawi yang diturunkan pada bulan Ramadhan?
Jawab: Al-Qur'an, Injil, Taurat, Zabur dan Shuhuf.


Soal 67: Buku apakah yang dikenal dengan sebutan Ukhtul Qur'an (Saudari Al-Qur'an)?
Jawab: Ash-Shahîfah as-Sajjâdiyah.


Soal 68: Siapakah di antara imam ma'shum as yang memiliki suara yang indah ketika membaca Al-Qur'an?
Jawab: Imam as-Sajjad as.


Soal 69: Surah apakah yang dikenal dengan sebutan "Jantung Al-Qur'an"?
Jawab: Surah Yasin.


Soal 70: Terletak di dalam surah apakah ayat Al-Qur'an yang paling pendek?
Jawab: Surah ar-Rahman, yaitu ayat yang berbunyi mudhâmmatân.


Soal 71: Apakah bulan yang terbaik menurut Al-Qur'an?
Jawab: Bulan Ramadhan.


Soal 72: Apakah ayat yang terpanjang di dalam Al-Qur'an?
Jawab: Surah al-Baqarah ayat 282.


Soal 73: Terdapat di dalam surah manakan angka terbesar yang disebutkan di dalam Al-Qur'an?
Jawab: Angka 1000 di dalam surah ash-Shaffat ayat 137.


Soal 74: Kitab apakah yang dikenal dengan sebutan Akhul Qur'an (Saudara Al-Qur'an)?
Jawab: Nahjul Balaghah


Soal 75: Berapakah kitab samawi yang disebutkan di dalam Al-Qur'an?
Jawab: 6 kitab samawi, yaitu Injil, Taurat, Zabur, Shuhuf Ibrahim, Shuhuf Musa dan Al-Qur'an.


Soal 76: Apakah huruf yang lebih sering di guna kan di dalam Al-Qur'an?
Jawab: Huruf alif.


Soal 77: Apakah huruf yang lebih jarang di guna kan di dalam Al-Qur'an?
Jawab: Huruf zha'.


Soal 78: Apakah kalmat Al-Qur'an yang terpanjang dan terdapat dalam surah apa?
Jawab: Fa`asqoinâkumû h yang terdapat di dalam surah al-Hijr.


Soal 79: Berapakah jumlah huruf yang dimiliki oleh surah Al-Qur'an yang terpanjang?
Jawab: 25.500 huruf.


Soal 80: Berapakah jumlah huruf yang dimiliki oleh surah Al-Qur'an yang terpendek?
Jawab: 42 huruf.


Soal 81: Di manakah surah pertama Al-Qur'an diturunkan?
Jawab: Di Makkah.


Soal 82: Terletak di manakah ayat pertama yang memiliki sujud wajib?
Jawab: Surah as-Sajdah.


Soal 83: Apakah surah pertama yang dimulai dengan kata "qul"?
Jawab: Surah al-Ikhlash..


Soal 84: Apakah ayat pertama yang akan dibaca oleh Imam Mahdi as ketika beliau muncul kembali?
Jawab: Surah Hud ayat 86.


Soal 85: Surah apakah yang dkenal dengan sebutan Raihânatul Qur'an?
Jawab: Surah Yasin.


Soal 86: Surah manakah yang dinisbatkan kepada para malaikat?
Jawab: Surah Fathir.


Soal 87: Dalam kurun waktu berapa tahunkah surah-surah Makiyah diturunkan?
Jawab: 13 tahun.


Soal 88: Apakah hiasan Al-Qur'an?
Jawab: Suara yang indah.


Soal 89: Apakah musim semi Al-Qur'an?
Jawab: Bulan Ramadhan.


Soal 90: Apakah zikir terbaik?
Jawab: Membaca Al-Qur'an...


Soal 91: Ayat apakah yang diulangi sebanyak sepuluh kali di dalam surah al-Mursalat?
Jawab: Ayat wailun(y) yaumaidzin lil mukadzdzibîn.


Soal 92: Terletak di dalam surah manakah perintah untuk bershalawat kepada Rasulullah saw?
Jawab: Surah al-Ahzab ayat 56



" wahai tuhan ku, aku tak layak kesyurgamu ...namun tak pula aku sanggup keNerakamu...........,kami lah hamba yang mengharap belas darimu .........Ya Allah jadikan lah kami
hamba2 mu yang bertaqwa.......ampunkan dosa2 kami, kedua ibubapa kami, dosa semua umat2 islam yang masih hidup mahupun yang telah meninggal dunia,

Thursday, 25 September 2008

Rukyah dan Hisab

Matla’ Syar’iyyah atau Matla Assabiyyah?

Disini aku mahu berkongsi sedikit kaedah rukyah atau hisab dalam perhitungan bermulanya puasa dan berakhirnya Ramadhan. Insya-Allah, entri ini dapat memberi penjelasan apa itu Rukyah dan apa itu Hisab. Selamat membaca.

Alhamdulillah...

Setelah hampir sebulan umat Islam di seluruh dunia berpuasa, menggapai segala fadhilat yang ada di bulan Ramadhan, bertungkus lumus sujud ke hadhrat Ilahi dan mencari satu malam yang mempunyai kelebihan 1000 bulan, sekarang kita sedang melangkah untuk meninggal bulan yang mulia ini. Tidak lama lagi Syawal akan menjelang. Umat Islam akan menyambut Eidul Fitri tanda kemenangan. Ramai yang sudah bercakap mengenainya, tidak kurang juga yang tak ambil peduli. Yang pasti, kita akan menyaksikan sekali lagi perpecahan umat Islam di dalam merayakan Hari Kemenangan ini.

Sudah sekian lamanya dunia Islam menyambut 1 Syawal tidak secara serentak walaupun Allah menciptakan bumi ini dengan bulan yang satu. Sesetengah dari kaum Muslimin pula langsung tidak mengambil kisah, hanya menurut apa sahaja yang ‘ditetapkan’ ke atas mereka tanpa ada perasaan untuk mengkaji dengan lebih mendalam tentang Fiqh dan kesatuan umat Islam di dalam menyambut Syawal, mahu pun Ramadhan.

Pembaca yang budiman, sesungguhnya perbezaan permulaan bulan antara dunia Islam adalah kerana adanya perbezaan pendapat tentang kaedah syara’ untuk menetapkan awal Ramadhan dan Syawal, samada kaedah rukyah atau kaedah hisab (Falak). Faktor seterusnya adalah perbezaan dari segi memilih matla’ (tempat terbit anak bulan), sama ada menerima pakai Kaedah Satu Dunia Satu Matla’ atau Kaedah Matla’ Tempatan. Melihat kepada dunia Islam hari ini yang tidak diperintah oleh seorang Khalifah, maka kita menyaksikan matla’ Assabiyyah dan Wataniyyah digunapakai di dalam menentukan permulaan Syawal ini. Justeru, terjadilah perpecahan yang tak berkesudahan. Permasalahan ini sebenarnya ada penyelesaiannya jika kita berpegang kepada hukum syara’ yang kuat berasaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, bukannya berpegang kepada kaedah yang ditetapkan berasaskan prinsip assabiyyah dan wataniyyah. Semoga perbincangan di dalam Sautun Nahdhah kali ini akan bermanfaat kepada mereka yang rindukan perpaduan umat Islam seluruh dunia di bawah naungan syariat Islam berdasarkan Sistem Khilafah.

Satu Dunia - Satu Matla’ atau Berbeza Matla’?

Persoalan berikutnya adalah tentang matla’ (tempat terbitnya bulan). Mengenai ikhtilaaful mataali’ (perbezaan matla’) -yang digunakan sebahagian orang sebagai alasan (untuk berbeza dalam berpuasa dan ber-Eidul Fitri), ia merupakan manath (fakta untuk penerapan hukum) yang telah dikaji oleh para ulama terdahulu, yang tentunya sesuai dengan perkembangan yang ada pada waktu itu. Faktanya, kaum Muslimin saat itu memang tidak dapat menyebarkan berita rukyatul hilal ke seluruh penjuru wilayah Islam yang amat luas dalam satu hari,kerana sarana komunikasi yang terbatas. Imam Abu Hanifah, Malik dan Ahmad tidak menerima hujah perbezaan matla’ kerana penetapan puasa dan hari raya hanyalah dikira berdasarkan sampainya berita tentang rukyatul hilal, tanpa diperhatikan matla’nya. ‘Ulama Syafi’iyyah menyatakan bahawa bila satu kawasan melihat bulan, maka daerah dengan lingkungan 24 farsakh (sekitar 120 km) dari pusat rukyah boleh mengikuti hasil rukyah daerah tersebut. Sedangkan daerah di luar radius itu boleh melakukan rukyah sendiri, dan tidak harus mengikuti hasil rukyah daerah tadi [Syeikh Abdurahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘Ala al-Madzhahib al-Arba’ah, jld. 1, hal. 550]. Mereka menyandarkan hujjah berdasarkan riwayat dari Kuraib.

Diriwayatkan dari Kuraib bahawa Ummul Fadl telah mengutusnya untuk menemui Muawiyyah di Syam. Kuraib berkata, “Aku memasuki Syam lalu menyelesaikan urusan Ummul Fadl. Ternyata bulan Ramadhan tiba sedangkan aku masih berada di Syam. Aku melihat hilal (bulan sabit) pada malam Jumaat. Setelah itu aku memasuki kota Madinah pada akhir bulan Ramadhan. Ibnu Abbas lalu bertanya kepadaku dan menyebut persoalan hilal. Dia bertanya, ‘Bila kamu melihat hilal?’ Aku menjawab, ‘Kami melihatnya pada malamJuma’at.’ Dia bertanya lagi, ‘Apakah kamu sendiri melihatnya?’ Aku jawab lagi, ‘Ya, dan orang-orang juga melihatnya. Lalu mereka berpuasa, begitu pula Muawiyyah.’ Dia berkata lagi, ‘Tapi kami (di Madinah) melihatnya pada malam Sabtu. Maka kami terus berpuasa hingga kami menyempurnakan bilangan tiga puluh hari atau hingga kami melihatnya.’ Aku lalu bertanya, ‘Tidak cukupkah kita berpedoman pada rukyah dan puasa Muawiyyah?’ Dia menjawab, ‘Tidak, (sebab) demikianlah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada kami’.” [HR Muslim, at-Tirmidzi dan Abu Dawud]

Hadis ini mereka gunakan sebagai sandaran kesahihan matla’. Padahal bila kita meneliti lebih lanjut pendapat para pengamal matla’, kita akan dapati sesungguhnya pendapat mereka adalah lemah. Ini didasarkan kepada beberapa sebab:

Pertama : sebenarnya dalil yang mereka gunakan adalah ijtihad Ibnu ‘Abbas, bukannya hadis yang diriwayatkan secara marfu’ (sanadnya bersambung kepada Nabi). Walaupun hadis ini secara lafziyyah seakan-akan menunjukkan marfu’, yakni perkataan Ibnu ‘Abbas, “Tidak, (sebab) demikianlah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam telah memerintahkan kepada kami”, namun bila kita bandingkan riwayat-riwayat lain yang juga diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas sendiri, maka terlihatlah bahawa perkataan Ibnu ‘Abbas itu adalah hasil ijtihad beliau sendiri. Ibnu ‘Abbas sendiri banyak meriwayatkan hadis marfu’ yang bertentangan dengan hadis riwayat dari Kuraib di atas. Seperti riwayat dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berpuasalah kalian kerana melihatnya (hilal) dan berbukalah kalian kerana melihatnya (hilal). Apabila pandangan kalian tersamar (terhalang), maka sempurnakanlah hitungan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” [HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra]. Atas dasar ini, jelas bahawa hadis dari Kuraib adalah ijtihad peribadi Ibnu ‘Abbas pada waktu itu. Ijtihad sahabat tidak layak digunakan sebagai dalil untuk menetapkan hukum. [Imam asy-Syaukani, Nailul Authar, jilid 3 hal. 254-255], kerana hukum wajib diambil dari dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bila ada pertentangan di antara hadis Nabi dan ijtihad sahabat, maka sudah semestinyalah kita wajib mengambil hadis Nabi. Walaubagaimanapun, sahabat tetap mendapat satu ganjaran di atas ijtihadnya.

Kedua : hadis tentang perintah rukyah bersifat umum, dan khithab (seruannya) berlaku bagi seluruh kaum Muslimin. Kata shûmû lirukyatihi adalah lafaz umum. Ertinya, bila satu daerah telah melihat bulan, maka wilayah yang lain harus berpuasa kerana hasil rukyah daerah tersebut. Imam asy-Syaukani menyatakan, “Sabda Nabi ini tidaklah dikhususkan untuk penduduk satu daerah tertentu tanpa menyertakan daerah yang lain. Bahkan sabda beliau ini merupakan khitab (seruan) yang tertuju kepada siapa sahaja di antara kaum Muslimin yang khitab itu telah sampai kepadanya. Apabila penduduk suatu negeri telah melihat hilal, maka (dianggap) seluruh kaum Muslimin telah melihatnya. Rukyah penduduk negeri itu berlaku pula bagi kaum Muslimin lainnya.”

Imam asy-Syaukani menyimpulkan, “Pendapat yang layak dijadikan pegangan adalah, apabila penduduk suatu negeri telah melihat hilal, maka rukyah ini berlaku pula untuk seluruh negeri-negeri yang lain.” [Lihat pula pendapat Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya Fâth al-Bârî; bab Shiyâm]. Oleh kerana itu bila sahaja penduduk suatu negeri melihat hilal, maka wajib atas seluruh negeri berpuasa kerana sabda Rasulullah

Sallallahu ‘alaihi wa Sallam “Berpuasalah kalian kerana melihat hilal dan berbukalah kerana melihatnya.” Ucapan ini umum mencakup seluruh umat manusia. Jadi siapa saja dari mereka melihat hilal di manapun tempatnya, maka rukyah itu berlaku bagi mereka semuanya [Sayyid Sabbiq, Fiqh as-Sunnah, jld. 1, hal. 368]. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz menjelaskan masalah ini ketika ditanya apakah manusia harus berpuasa jika matla’nya berbeza? Beliau menjawab, “yang benar adalah bersandar pada rukyah dan tidak menganggap adanya perbezaan matla’ kerana Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk bersandar dengan rukyah dan tidak merinci pada masalah itu. Nabi tidak mengisyaratkan kepada perbezaan matla’ padahal beliau mengetahui hal itu.” [Tuhfatul Ikhwan, hal. 163].

Ketiga : penolakan Ibnu ‘Abbas ra terhadap rukyahnya Mu’awiyyah boleh difahami, bahawa arus maklumat rukyah saat itu memang tidak cepat tersiar ke negeri-negeri kaum Muslimin yang lain. Ini boleh difahami kerana, alat-alat pengangkutan (kenderaan) dan telekomunikasi pada saat itu sangat terbatas dan lambat. Akibatnya, maklumat rukyah di satu daerah kadang-kadang baru sampai sehari atau lebih. Melihat keadaan ini, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat membiarkan

daerah-daerah yang jauh untuk tidak terikat dengan hasil rukyah penduduk Madinah mahupun Mekah, mahupun negeri-negeri yang lain, kerana halangan-halangan jarak. Imam asy-Sya’rani menuturkan, “Para sahabat ra tidak memerintahkan suatu negeri untuk mengikuti hasil rukyah penduduk Madinah, Syam, Mesir, Maghribi, dan sebagainya.” [Imam asy-Sya’rani, Kasyf al-Ghummah ‘An Jami’ al-Ummah, jld. 1, hal. 250.]

Pada saat ini, sarana komunikasi yang ada di seluruh dunia sudah terlalu canggih untuk menyebarluaskan berita rukyatul hilal ke seluruh penjuru dunia hanya dalam beberapa saat sahaja. Oleh kerana itu, kaum Muslimin wajib mula berpuasa ataupun ber-Eidul Fitri pada saat mendengar berita penetapan rukyatul hilal dari daerah mana pun di muka bumi ini. Tidak ada bezanya samada rukyah ini ditetapkan melalui penglihatan langsung, ataupun melalui berbagai alat optik yang dapat memperbesar dan mendekatkan objek (seperti teleskop). Yang penting adalah hilal telah disaksikan oleh kaum Muslimin, tidak kira dari matla’ mana sekalipun.

Keempat : perbezaan matla’ jika ditinjau secara ‘aqli

pun adalah sangat janggal. Daerah yang terletak dalam satu garis bujur seharusnya boleh memulakan puasa atau hari raya pada hari yang sama. Ini adalah kerana, daerah yang terletak dalam satu garis, sejauh manapun jaraknya tidak akan berbeza atau berselisih waktu. Namun, faktanya dengan adanya negara-negara bangsa, daerah-daerah

yang terletak satu garis bujur mula berpuasa atau berhari raya tidak serentak, padahal secara astronomi seharusnya mereka akan bermula secara bersamaan. Sebagai contoh, Kota Damsyik berada di garis longitud 36º 18’ T, dan Masjid Nabawi di Madinah berada pada 39º 36’ T yang mana secara geografi, waktu Masjid Nabawi lebih cepat selama 3º 18’ (50 minit sahaja) dari Kota Damsyik. Hakikatnya, bagi daerah-daerah di dunia yang berbeza dari segi garis longitudnya, selisih waktu terjauh tidak sampai sehari. Maksudnya, negara-negara tersebut tidak mungkin mengalami selisih waktu lebih dari sehari. Jadi bagaimana mungkin mereka menyambut 1 Ramadhan atau 1 Syawal pada hari yang berbeza? Dengan kata lain, adanya matla’ memungkinkan suatu daerah berbeza dengan daerah lain, bagaimanapun, secara astronomi mustahil terjadi perselisihan dan perbezaan pendapat dalam menentukan 1 Ramadhan atau Syawal. Kenyataan seperti ini

membuktikan bahawa kaedah matla’ ini tidak layak dipakai.

Tambahan lagi, jika benar-benar diambil kaedah matla’ dan 24 farsakh (120 km) ini, maka jika di Johor nampak anak bulan, di Kedah tidak sepatutnya berpuasa, jika anak bulan nampak di Terengganu, maka Melaka tidak seharusnya berhari raya dan jika anak bulan nampak di Golok atau Tak Bai (selatan Thai) maka umat Islam di Rantau Panjang (Kelantan) dan sekitarnya sepatutnya berhari raya. Tetapi ternyata tidak demikian halnya. Kenapa? Kerana sempadan negara bangsalah (nation state) yang sebenarnya dijadikan ukuran, bukannya

matla’, tetapi mereka berdalih berpegang kepada pendapat Imam Syafie’! Walhal Imam Syafie sendiri tidak pernah membeza-bezakan umat Islam berdasarkan sempadan negara. Jelas bahawa para pemerintah kaum Muslimin menetapkan 1 Ramadhan atau Syawal bukannya berasaskan sempadan matla’ atau mengikut jejari lingkungan matla’ mereka, namun mereka menentukan permulaan puasa dan hari raya hanya berasaskan sempadan Negara Assabiyyah semata-mata. Inilah yang mendukacitakan kita, syara’ hanya dijadikan dalih (bukan dalil) di dalam menetapkan tarikh puasa dan Eidul Fitri.

Dalam sejarah pernah dinukilkan bahawa para khalifah dari Kekhilafahan Utsmaniyyah telah mengadopsi pendapat madzhab Hanafi yang menyatakan, “Perbezaan matla’ tidak diakui. Penduduk Timur wajib terikat dengan hasil rukyah penduduk Barat, jika rukyah berhasil mereka tetapkan berdasarkan cara-cara yang telah ditentukan.” [al-Darr al-Mukhtar wa Radd al-Muhtar, jld. 2, hal. 131-132]

Khatimah

Wahai kaum Muslimin! Tidak adanya kesatuan rukyatul hilal hanyalah salah satu dari sekian banyak masalah yang dihadapi oleh kaum Muslimin kerana lenyapnya negara Khilafah Islamiyyah, yang mengatur urusan kaum Muslimin dengan hukum Islam, serta menyatukan mereka di bawah panji Laa ilaaha illa Allah Muhammad Rasulullah. Kaum Muslimin wajib mengikatkan diri dengan hukum syara’, baik dalam mengawali puasa Ramadhan mahupun Eidul Fitri, serta dalam segala aktiviti mereka, sekalipun penguasa mereka tidak menerapkan hukum syara’. Sebab tidak ada ketaatan kepada makhluk (manusia) dalam perkara maksiat kepada AI Khaliq. Oleh kerana itu, apabila berita rukyatul hilal untuk bulan Ramadhan telah sampai kepada kalian dari tempat mana pun juga di muka bumi, maka kalian wajib berpuasa. Begitu pula apabila berita rukyatul hilal untuk bulan Syawal telah sampai kepada kalian dari penjuru mana pun jua di muka bumi ini, maka kalian wajib ber-Eidul Fitri. Haram hukumnya berpuasa pada Hari Raya.

Sesungguhnya pemecahan mendasar terhadap seluruh masalah kaum Muslimin hari ini berada di tangan kaum Muslimin itu sendiri. Yaitu mereka wajib berusaha secara bersungguh--sungguh, mengikut jalan kenabian bersama para pengembang dakwah yang ikhlas untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam, dengan jalan menegakkan kembali negara Khilafah Islamiyyah, membai’at seorang Khalifah yang akan mempersatukan kembali negeri-negeri mereka, dan menerapkan syariat AllahSubhanahu wa Ta’ala ke atas mereka. Hanya Khalifahlah yang akan mengangkat segala perselisihan umat Islam serta menyelesaikan ribuan masalah kaum Muslimin di dunia saat ini, sekaligus membawa rahmat bagi seluruh alam dengan jalan dakwah dan jihad. Insya Allah.

p/s: Nak tanya korang, di Malaysia kita guna pendapat dari Imam mana ek? Pendapat Imam Syafie? Hohoho, adakah disebabkan ”jarak”; Malaysia, Indonesia, Mesir dan lain-lain adalah jauh, melebihi 120KM?..Tetapi, bagaimana keadaan (kedudukan & jarak) di antara negeri-negeri di Malaysia, lebih jugak 120KM. Malah kita boleh bersama-sama puasa & raya di sebabkan komunikasi yang ada pada hari ini. Jangan kerana ada Assabiyyah(perkauman) disebabkan ada ”putus-putus” garisan sempadan, menyebabkan kita berbeza pendapat. Apabila mengambil suatu pendapat, ambillah yang mana ”berat”. Contoh dalam situasi ini, 3:1. So dengan keadaan sekarang, dengan teknologi yang canggih manggih, kita perlu amek dari pendapat yang terkuat. Wallahualam

Wednesday, 24 September 2008

Antara Bacaan Terbaik Dengan Umat Yang Terbaik...

Antara Bacaan Terbaik Dengan Umat Yang Terbaik PDF Print E-mail
Oleh HTM
Rabu, 24 September 2008 14:38
Muhammad Ahmad Zahid mengharumkan nama Malaysia apabila menjuarai kategori bacaan terbaik pada majlis Anugerah Al-Quran Antarabangsa Dubai (DIHQA) ke-12 yang berakhir di Dubai, kelmarin. Apa yang lebih membanggakan rakyat Malaysia ialah al-hafiz berusia 13 tahun itu juga diberi penghormatan memperdengarkan bacaan Al-Quran pada majlis penyampaian hadiah yang disempurnakan Putera Mahkota Dubai Sheikh Hamdan Bin Mohammad Bin Rashid Al Maktoum.

Sumber: Utusan Malaysia: 22/09/08

Ulasan:

Islam dan al-Quran adalah dua perkara yang tidak boleh dipisahkan. Kekuatan Islam dan umat Islam bergantung kepada sejauh mana mereka berpegang dan beramal dengan isi kandungan al-Quran itu sendiri. Justeru, pengambilan sikap yang benar terhadap al-Quran perlulah diperbetulkan agar umat Islam tidak terus terkeliru dan jatuh dalam penyimpangan.

Rakyat Malaysia yang merasa bangga dengan kejayaan adik Muhammad Ahmad Zahid mestilah menghapuskan segera perasaan itu. Ini kerana, perasaan sebegini adalah lahir dari sifat wathaniyyah (sayangkan tanahair) yang diharamkan oleh Islam. Apakah yang hendak dibanggakan dengan bumi Malaysia yang dipenuhi dengan sekular ini? Umat Islam merupakan umat yang satu, tidak kira di mana sekalipun mereka berada. Sempadan yang wujud di Malaysia, Indonesia, Arab Saudi, Qatar, UAE dan sebagainya hanyalah sempadan yang dilukis oleh penjajah Barat untuk memecahbelahkan umat Islam. Jika kita ingin berbangga sekalipun, kita hanya patut merasa kagum dengan kebolehan seorang “anak muda Islam” (bukan anak muda Malaysia) yang berjaya menghafal al-Quran di usia 13 tahun.

Adik Muhammad Ahmad Zahid hanyalah salah seorang anak muda yang lahir dalam sisitem pendidikan sekular Malaysia yang hanya mengutamakan ‘pembacaan’ al-Quran. Sistem pendidikan sekular ini sama sekali tidak mementingkan ‘pengamalan’ isi kandungan al-Quran, yang dipentingkan hanyalah ‘bacaannya’ sahaja. Justeru, walaupun kerajaan boleh menghasilkan ramai anak muda seumpama ini, namun oleh sebab sistem sekular yang diamalkan, golongan yang lahir ini hanyalah menjadi pembaca dan penghafal al-Quran yang baik, namun tidak mengendahkan tuntutan syariat ang terdapat di dalamnya. Inilah yang dikehendaki oleh kerajaan, kerana jika wujud golongan yang ingin menerapkan hukum al-Quran, ia adalah suatu yang ‘berbahaya’ kepada sebuah kerajaan sekular. Jadi, sebagai bukti keIslaman sebuah kerajaan sekular, maka golongan pembaca dan penghafal al-Quran mestilah dilahirkan seramai mungkin.

Sebagai seorang muslim kita perlu memahami bahawa membaca dan menghafaz al-Quran itu adalah suatu perbuatan yang dianjurkan ataupun dalam erti kata lain ianya dikategorikan sebagai sunat. Namun, lebih jauh dari itu melaksanakan isi ajarannya adalah menjadi suatu kewajiban sama ada bagi pihak individu mahupun bagi negara, bergantung kepada tuntutan hukum ayat yang berkaitan. Ketahuilah bahawa kedatangan al-Quran itu adalah untuk mengubah kehidupan manusia dari kegelapan cara hidup jahiliyyah kepada cahaya dan kebenaran hidup Islam, dan hal ini tidak akan dicapai kecuali kita berhukum dengan segala hukum al-Quran. Firman Allah swt,

“Alif, Laam, Raa'. Ini ialah Kitab (Al-Quran) Kami turunkan dia kepadamu (wahai Muhammad), supaya engkau mengeluarkan umat manusia seluruhnya dari gelap-gelita kufur kepada cahaya iman - dengan izin Tuhan mereka - ke jalan Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Terpuji” [TMQ Ibrahim (14):1-2]

Al-Quran diturunkan untuk menyelesaikan dan menyempurnakan seluruh persoalan kehidupan manusia. Firman Allah,

“Kami turunkan kepadamu Al-Quran menjelaskan tiap-tiap sesuatu dan menjadi hidayah (petunjuk) serta membawa rahmat dan berita yang mengembirakan, bagi orang-orang Islam.” [TMQ an-Nahl (16):89].

Kita wajib memahami bahawa apabila kita kamu membaca ayat...

“Oleh itu, dirikanlah sembahyang, dan tunikanlah zakat, serta berpegang teguhlah kamu kepada Allah! Dia lah Pelindung kamu. Maka (Allah yang demikian sifatNya) Dia lah sahaja sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Pemberi pertolongan.” [TMQ al-Hajj (22):78]

...maka kita dituntut untuk melaksanakan hukumnya. Jadi, begitu jugalah apabila kita membaca ayat…

“Dan Kami turunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab (Al-Quran) dengan membawa kebenaran, untuk mengesahkan benarnya Kitab-kitab Suci yang telah diturunkan sebelumnya dan untuk memelihara serta mengawasinya. Maka putuskanlah hukum di antara mereka (Ahli Kitab) itu dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah (kepadamu), dan janganlah engkau mengikut kehendak hawa nafsu mereka (dengan menyeleweng) dari apa yang telah datang kepadamu dari kebenaran” [TMQ al-Maaidah(5):48]

...maka kita juga dituntut (wajib) untuk merealisasikan tuntutan ayat tersebut. Yakni, kita wajib berhukum dengan hukum al-Quran, bukannya hukum sekular, sebagaimana yang ada hari ini.

Begitulah seterusnya dengan ayat-ayat yang lain.

Bagi mereka yang hanya membaca al-Quran, namun tidak mengamalkan ajaran yang terdapat di dalamnya, maka Rasulullah mengadu kepada Allah akan golongan ini yang mengambil al-Quran sebagai sesuatu yang ditinggalkan. Firman Allah,

“Dan berkatalah Rasul, ‘Wahai Tuhanku sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini suatu yang ditinggalkan...”
[TMQ al-Furqan (25):30].

Justeru, selama mana pemerintahan ini ditadbir oleh orang-orang sekular, maka selama itulah al-Quran tetap kekal menjadi sebuah ‘kitab bacaan’, bukannya ‘kitab amalan’. Dan mereka cuba memperbodohkan umat Islam bahawa dengan melahirkan golongan yang ‘pandai membaca’ al-Quran, seolah-olah mereka telah pun meninggikan ajaran al-Quran, walhal mereka sebenarnya berpaling dari ajaran al-Quran dengan sebenar-benar pemalingan.
Last Updated ( Rabu, 24 September 2008 14:39 )

Monday, 22 September 2008

Jalasah...

Allahamdulillah...
Selesai sudah Jalasah yang bertempat di Benut. Aku & Syabab Benut disini mengucapkan setinggi-tinggi perhargaan atas kepercayaan menjadi tuan rumah untuk Jalasah kali ini di bulan ini.

Di majlis tersebut, beberapa aktiviti dijalankan dengan kerjasama Surau Nurul Ehsan & Yayasan Amal Maaruf Malaysia; Bacaan Tadarus & Khatam Al-Quran dari wakil masjid Jamek Benut dan lainnya, dan pelajar jurusan agama dan tahfiz dari Sekolah Menengah Agama Bugisiah, Tampok, Benut dan Sekolah Menengah Agama An-Nur Benut dan juga Tazkirah Syabab Hizbut Tahrir yang disampaikan oleh Ust Hj Abbas.

Di dalam tazkirah tersebut, beliau menceritakan tentang Nuzul Al-Quran dimana turunnya Al-Quran bukan untuk dibaca semata-mata malah jauh sekali untuk dijadikan perhiasan-hiasan rumah mahupun "penarik" rezeki kepada empunya rumah dan juga "pendinding"

Al-Quran merupakan petunjuk umat Islam sepanjang zaman. Perintah-Nya dan larangan-Nya WAJIB diterapkan secara kaffah (menyeluruh) di tengah-tengah kehidupan masyarakat agar kita ini benar-benar menjadi hamba yang diredhai-Nya.

"Sesungguhnya perkataan (jawapan) yang diucapkan oleh orang-orang yang beriman ketika mereka diajak ke pada Kitab Allah dan Sunnah RasulNya, supaya menjadi hakim(mengadili) memutuskan sesuatu di antara mereka, hanyalah mereka berkata: "Kami dengar dan kami taat": dan mereka itulah orang-orang yang beroleh kejayaan. Dan sesiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya dan takut melanggar perintah Allah serta, menjaga dirinya jangan terdedah kepada azab Allah, maka merekalah orang-orang yang beroleh kemenangan."
(TQS. an-Nur [24]: 51-52)

Beliau juga mencerita bagaimana Khalifah menjaga umatnya. Pengkhianatan yang dilakukan oleh pihak Barat; dahulunya penghinaan kalikatur Nabi SAW, dan yang terbaharu ialah kemunculan sebuah novel mengenai Nabi SAW dan isterinya, The Jewel of Madena, karangan Sherry Jones.Tangan-tangan kotor ini tidak habis-habis cuba menghina Nabi Muhamad dan Isteri baginda yang menjadi Ibu kepada seluruh kaum Muslimin. Khalifah tiada, lagi penghina Nabi berani muncul

Siapakah yang akan menjadi pembela agama Allah ini? Menjaga maruah Nabi SAW yang juga kekasih Allah SWT?

Terima kasih diucapkan atas kerjasama yang diberikan. Kesemua sumbangan dapat diberikan mengikut waktu yang dijadualkan. Untuk tatapan umum, silah lihat gambar dibawah:


















Syabab-syabab sekalian teruskan perjuangan kita. Kita adalah amanah Allah untuk menjaga kaum wanita, orang-orang tua, dan kanak-kanak. Semoga mereka-mereka ini terpelihara dibawah satu pimpinan Khalifah dibawah payungan atas nama Al-Khilafah. Allahu Akhbar~

25 Ramadhan 658H (3 September 1260M) – Perang Ain Jalut





Di 10 hari yang terakhir dalam bulan Ramadhan, kita sering diingatkan dengan satu malam, iaitu malam yang menyamai 1000 bulan. Pastinya akan muncul ramai pemburu- pemburu Lailatul Qadar di 10 malam yang terkahir ini. Barangsiapa beribadah pada malam tersebut, maka akan tercatit amalannya seumpama dia membuat amalan selama 1000 bulan, Maha Agung dan Maha Kasihnya Allah yang tiada tuhan selainnya menganugerahkan hadiah sebegini untuk diraih oleh umat Muhammad. Semoga kita semua melipatgandakan amalan kita di penghujung Ramadhan ini dan seterusnya pada bulan – bulan yang lain. Kali ini, kami ingin mengajak para pembaca sekalian , agar sama- sama mengimbas kembali sejarah generasi terdahulu dimana hidup mereka penuh dengan amalan kebaikan dan tunduk patuh kepada perintah Allah. Mereka melakukan kewajipan jihad, sebagaimana mereka melaksanakan kewajipan berpuasa di bulan Ramadhan.

Apa yang ingin kami kongsikan disini kali ini ialah tentang satu peristiwa yang agung dalam peradaban Islam. Peristiwa di mana umat Islam bersatu menentang tentera Tartar dari Mongolia dan mengalahkan mereka. Kebanyakan ahli sejarah berpendapat bahawa perang ini merupakan satu titik perubahan (turning point) bagi kebiadapan dan kerakusan tentera Mongol yang menghabisi segala apa yang mereka lalui dari timur ke barat dan akhirnya kemaraan mereka ditamatkan oleh tentera- tentera Allah di Ain Jalut.

Hulagu Khan, pewaris tahta Gengis Khan

Empayar Mongol diasaskan oleh Genghis Khan pada abad ke-13 M. Genghis Khan bercita- cita untuk meluaskan empayarnya dari timur ke barat dan meranapkan apa sahaja yang menghalang mereka dari mencapai cita- cita tersebut. Kempen invensi mereka bermula dengan menakluki beberapa negara di sekitar Mongolia dan mereka terus mara ke sebelah timur yang dikuasai oleh umat Islam. Malangnya cita- cita Genghis Khan untuk melihat empayarnya terbentang luas dari timur ke barat tidak kesampaian apabila nyawanya telah dicabut oleh Allah, setelah beliau jatuh dari kuda tunggangannya. Namun begitu, pada 1251M, Hulagu Khan iaitu cucu kepada Genghis Khan setelah dilantik menjadi pewaris takhta empayar Mongol, berjanji untuk meneruskan cita- cita datuknya untuk menguasai seluruh penjuru dunia.

Untuk merealisasikan impian ini, Hulagu Khan mengumpul kekuatan tenteranya di Asia Tengah selama 2 tahun sebelum melancarkan serangan ke atas umat Islam yang bernaung di bawah keKhilafahan Abasiyyah. Pada tahun 1253M, hulagu Khan mula melakukan ekspedisi penaklukan ke atas wilayah Khilafah Abasiyyah. Tentera yang telah menakluk 200 kota dalam masa hanya 2 tahun ini dan mampu bergerak sejauh 100 batu dalam masa satu hari serta memiliki peralatan peperangan yang canggih, hasil daripada invensi jurutera- jurutera perang mereka, akhirnya telah berjaya menusuk masuk ke jantung Khilafah Abasiyyah. Akhirnya pada tahun 1258M, Baghdad, iaitu ibu kota Khilafah Abasiyyah jatuh ke tangan tentera Tartar.

Kejatuhan Baghdad & Surat Hulagu Khan

Kejatuhan Baghdad merupakan satu peristiwa yang sangat tragis dalam sejarah umat manusia. Setelah berjaya mengalahkan tentera- tentera Khilafah, tentera Monggol dengan biadapnya membunuh seramai 1.8 juta kaum muslimin yang berada di kota Baghdad. Juga tidak ketinggalan, Khalifah umat Islam turut dibunuh dengan kejam. Selama 3 tahun setengah, umat Islam hidup tanpa Khalifah. Ada ahli sejarah menukilkan bagaimana si Hulagu Khan ini melakukan pembunuhan terhadap khalifah dengan cara memasukkan khalifah di dalam gulungan permaidani dan memijak dengan kudanya. Tidak cukup dengan itu, tentera Tartar yang biadap ini memusnahkan banyak kitab- kitab karangan cendiakawan- cendiakawan di Baghdad dengan mencampakkannya ke dalam laut sehingga air laut bertukar kehitaman akibat banyaknya kitab- kitab tersebut.

Hulagu Khan tidak berhenti di sini sahaja. Setelah berjaya menakluki Baghdad, dia mengutuskan deligasi Mongol ke Mamluk Mesir, iaitu Sultan Muzaffar Saifuddin Qutuz. Deligasi ini datang dengan membawa surat dari Hulagu Khan. Surat Hulagu Khan ini berbunyi :

Dari Raja Segala Raja di Timur dan Di Barat, Khan Yang Agung Kepada Qutuz si Mamluk yang lari dari pedang-pedang kami!

Kamu seharusnya berfikir mengenai apa yang telah berlaku ke atas negara-negara yang lain dan menyerah kepada kami. Kamu telahpun mendapat khabar berita bagaimana kami telah menawan empayar yang begitu besar, menyucikan bumi ini dari kerosakan yang mencacatkannya. Kami telah menawan kawasan yang luas dan membunuh semua manusia dengan kejam. Kamu tidak akan terlepas dari kerakusan dan kekejaman tentera kami!

Ke mana lagi kamu ingin lari? Jalan mana lagi yang kamu akan gunakan untuk melepaskan diri dari kami? Kuda-kuda kami berlari kencang, anak-anak panah kami tajam, pedang-pedang kami bagaikan guruh yang menakutkan, hati-hati kami keras bagaikan gunung ganang, askar-askar kami banyak tak terbilang. Benteng-benteng kukuh tidak akan dapat menghalang kami, senjata-senjata tidak akan dapat membendung kami. Doa kamu tidak akan membawa apa-apa pengertian ke atas kami. Kesedihan dan ratapan tidak kami pedulikan. Hanya mereka yang merayu untuk perlindungan kami akan selamat.

Bersegeralah dalam membalas surat ini sebelum api peperangan bermula. Jika kamu melawan, maka barang pasti kamu akan menderita dan tersiksa dengan kehancuran yang dahsyat. Kami akan menghancurkan masjid-masjid kamu dan mendedahkan kelemahan Tuhan kamu. Kemudian kami akan membunuh anak-anak kamu dan orang-orang tua di kalangan kamu.

Kini, hanya kamulah satu-satunya musuh yang perlu kami hadapi.


Setelah menerima surat tersebut, Saifuddin Qutuz tidak gentar sedikitpun. Malah beliau dengan berani menempelak deligasi tersebut dan membunuh mereka dan kepala mereka di gantung di pintu kota Mesir. (Nota : Islam tidak membenarkan membunuh deligasi asing yang diutuskan. Kebanyakan ahli sejarah menyatakan bahawa tujuan kedatangan deligasi tersebut bukanlah sekadar menghantar surat Hulagu Khan semata- mata, tetapi telah bertindak sebagai mata- mata tentera Tartar).

Maranya Tentera- Tentera Allah

Saifuddin Qutuz mula mengumpulkan tenteranya dan akhirnya tenteranya mencecah seramai 20 000 orang tentera. Mereka telah bermesyuarat dan akhirnya mereka memutuskan untuk meyerang tentera Mongol di luar kota Mesir iaitu melakukan tindakan offensif terhadap tentera Mongol. Tentera- tentera Allah ini mula bergerak ke luar kota Mesir menuju ke arah Palestin dan bertembung dengan tentera Tartar yang diketuai komandernya, Kitbuqa di Ain Jalut. Maka berlakulah peperangan yang amat dahsyat antara kedua- dua belah pihak. Semasa peperangan sedang sengit berlaku, Saifuddin Qutuz membuka topeng besinya dan menunggang kuda menuju ke tengah medan pertempuran dan memberi motivasi kepada tenteranya agar berjuang habis- habisan dan memburu syurga Allah. Beliau bertakbir beberapa kali dan terus meluru ketengah- tengah musuh.

Semasa perang Ain Jalut, isteri Sultan Saifudin Qutuz, iaitu Jullanar turut menyertainya. Ketika Jullanar sedang nazak, Saifudin Qutuz memapahnya dan berkata : ”Wahai Kekasihku”. Jullanar membalas dengan berkata : ”Wahai Saifuddin, lebihlah kasih kamu terhadap Islam”. Setelah itu, Saifuddin Qutuz terus mara ke medan tempur dan akhirnya pada hari Jumaat, 25 Ramadhan 658H, bersamaan dengan 3 September 1260M tentera- tentera Allah ini telah memperoleh kemenangan ke atas tentera Tartar di Ain Jalut. Tentera Tartar yang tidak pernah terkalahkan ini (sekiranya kalah dibeberapa medan perang, mereka akan mampu menebus balik kekalahan mereka), akhirnya tersungkur dihadapan mata pedang kaum muslimin dan tidak mampu menebus kembali kekalahan mereka di Ain Jalut.

Khatimah

Apa yang ingin kami bingkiskan disini bukanlah hanya peristiwa sejarah semata- mata. Tetapi yang lebih utama ialah supaya kita semua mengambil ibrah (pengajaran) daripada peristiwa yang berlaku. Sekiranya Sultan Muzaffar Saifuddin Qutuz bersama- sama dengan tenteranya sejumlah 20 000 orang mara kehadapan menentang satu ketumbukan tentera yang tak pernah kalah di bulan Ramadhan, sepatutnya ia sudah cukup memberi isyarat kepada kita bahawa bulan Ramadhan bukanlah bulan yang hanya semata- mata bulan ruhiyyah semata- mata, tetapi juga merupakan bulan siyasah (politik). Ketaatan dan kepatuhan kita menunaikan ibadah puasa sepatutnya sama dengan kepada ketaatan dan kepatuhan kita untuk melaksanakan seluruh ajaran Islam, termasuklah jihad dalam menghadapi musuh- musuh Allah.

Dalam menghadapi musuh- musuh Allah ini, sudah pastinya kita memerlukan satu kekuatan yang amat padu dari segenap aspek dan satu perpaduan yang amat utuh yang lahir dari aqidah yang satu iaitu Islam. Umat Islam yang kira- kira seramai 1.6 billion merupakan sumber tenaga manusia yang sangat besar. Sekiranya sumber- sumber ini disatukan dan difokuskan oleh seorang Khalifah, pastinya akan menghasilkan satu kekuatan besar dan peradaban Islam yang sangat agung. Ini bukanlah satu dongengan dan omong- omong kosong semata- mata, tetapi sejarah telah membuktikan hasilnya. Umat yang satu ini, pastinya akan mampu memakmurkan muka bumi ini sekiranya Islam diterapkan ditengah- tengah kehidupan mereka. Islam dijadikan ideologi dan menjadi penggerak kepada seluruh tindak tanduk umat yang satu ini dan bukannya dengan ideologi selainnya. Akhir sekali, kami berharap semoga Ramadhan kali ini merupakan Ramadhan terakhir bagi umat Islam meyambutnya tanpa adanya Khilafah. Allahu Akbar!
Last Updated ( Isnin, 22 September 2008 00:59 )

Friday, 19 September 2008

Pengumuman!!

Kaum Muslimin & Muslimah dijemput hadir ke Majlis Khatam Al-Quran & Sumbangan Aidilfitri dari SYABAB HIZBUT TAHRIR MALAYSIA.

TARIKH : 20 SEPTEMBER 2008 (SABTU)
MASA : 4:00 PETANG
TEMPAT : SURAU NURUL EHSAN,
KG PT PINANG, BENUT,
PONTIAN, JOHOR

Semoga kedatangan hadirin dapat menyerikan lagi majlis tersebut. Semoga mendapat berkat dari Allah SWT, insya-Allah. Jutaan terima kasih diucapkan dari SYABAB HIZBUT TAHRIR MALAYSIA

Wednesday, 17 September 2008

NUZUL AL QURAN - Turunnya Perintah dan Larangan Allah

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeza (antara yang haq dan yang bathil)” [TMQ al-Baqarah (2):185].

17 Ramadhan sering diingati dan di peringatkan kepada kita setiap tahun. Tarikh yang di mana turunya kitab terakhir, yang memansuhkan kitab- kitab umat yang terdahulu, iaitu Al Quran. Peringatan yang sering dilontarkan adalah agar kita semua mengimarahkan hari-hari di bulan Ramadhan dengan membaca Al- Quran sebanyak- banyak yang mungkin. Malah, ada yang melakukan solat tarawikh dengan bacaan 1 juzuk daripada al-Quran pada setiap malam dengan harapan beliau akan mampu mengkhatamkan al-Quran semasa di bulan Ramadhan.

Tidak dapat dinafikan, amalan ini memang merupakan amalan yang baik dan terpuji. Malah, si pembaca akan mendapat ganjaran pahala bagi setiap bacaan al – Quran yang dilafazkannya. Namun begitu, kebanyakan daripada kaum Muslimin hari ini, mereka membaca al-Quran dan menghafalnya, tetapi tidak mengamalkan isi kandungannya. Begitu juga, mereka sangat sensitif menjaga fizikal (mushaf) al- Quran, tetapi meremehkan, memperleceh, dan menolak hukum yang terkandung didalamnya. Allah dengan tegas mengingatkan golongan seperti ini di dalam al- Quran :

“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepada mereka Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya (tidak mengamalkan isinya), adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim”. [TMQ al-Jumu‘ah (62):5].

Malah, sesetengah daripada umat akhir zaman ini menjadikan al- Quran sebagai kitab yang mempunyai kuasa ”mistik”, dimana mereka menjadikannya sebagai tangkal, pelaris jualan, penolak bala, penghalau syaitan tetapi Al- Quran yang sama tidak dijadikan pedoman, petunjuk dan pembentuk kesedaran dalam diri agar menjadi umat yang terbaik, yang terpancar hasil daripada terterapnya keseluruhan hukum Allah yang tedapat di dalam al- Quran dalam segenap aspek kehidupan mereka. Ada juga sebahagiannya yang hanya menjadikan ayat- ayat Allah ini sebagai bahan hiasan dalaman rumah yang menghiasi dinding- dinding rumah, tetapi tidak memahami langsung ayat tersebut dan lebih teruk sekiranya ada yang menganggap ayat- ayat Allah ini sebagai hasil seni yang sangat menakjubkan. Nauzubilahi min zalik!

Sering kita dengari umat Islam senantiasa mengatakan bahawa Al-Qur’an adalah pedoman hidup, tetapi pada masa yang sama mereka tidak menjadikannya sebagai sumber hukum untuk mengatur kehidupan. Umat Islam hanya memilih hukum-hakam tertentu yang ada di dalam Al-Qur’an untuk diamalkan dan mereka meninggalkan sebahagian besar hukum-hakam yang lain. Mereka mengambil ayat-ayat tentang akhlak tetapi meninggalkan ayat-ayat tentang mua’malat. Mereka mengambil ayat-ayat tentang wudhu’ tetapi meninggalkan ayat-ayat tentang hudud. Mereka mengambil ayat-ayat tentang puasa tetapi meninggalkan ayat-ayat tentang jihad. Sebagai contoh, di dalam al-Quran Allah ada berfirman dengan lafaz yang sama dan hampir sama iaitu :

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa [TMQ Al Baqarah (2) : 183]

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.[TMQ AL Baqarah (2) : 178]

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [TMQ AL Baqarah (2) : 216]

Ketiga- tiga ayat di atas menggunakan lafaz perkataan ”kutiba” yang bermaksud ”telah diwajibkan keatas kamu”, yang memberi konotasi wajib untuk dilaksanakan. Namun begitu, kaum Muslimin pada masa sekarang berbondong- bondong menyahut seruan ayat tentang puasa, tetapi mengabaikan seruan Allah supaya menegakkan qishaash dan jihad. Walhal, kewajipan puasa, solat, zakat, dan haji adalah sama dengan kewajipan menerapkan hukuman qishaash dan melancarkan jihad oleh pemimpin kaum muslimin.

Di sini kita dapat melihat, bahawa mereka hanya memilih hukum-hukum yang mereka suka untuk diamalkan. Mereka berusaha menundukkan Al-Qur’an agar sesuai dengan hawa nafsu mereka. Mereka malah mengambil hukum kufur yang dibuat oleh penjajah dan meninggalkan hukum Allah. Dengan sebab inilah Allah menurunkan kehinaanNya ke atas mereka.

“.....apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kehinaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang sangat berat.....” [TMQ Al-Baqarah (2):85].

Wahai umat Islam yang sentiasa dalam kasih sayang Allah sekalian. Kita mesti sedar bahawa, al- Quran yang diturunkan bukanlah hanya semata- mata untuk dibaca semata, tetapi ia mengandungi petunjuk sepanjang zaman, sebagaimana sabda Rasulullah :

Aku telah meninggalkan pada kalian dua perkara; jika kalian berpegang teguh pada keduanya maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, iaitu Kitabullah dan Sunnah NabiNya” [HR Muslim].

Semoga peringatan Nuzul al Quran yang ringkas kali ini memberi kesedaran kepada kita semua agar bersama- sama mengembalikan hukum- hukum Allah di dalam kehidupan dan bukannya ayat- ayat Allah ini sekadar menjadi pemanis mulut dan penyedap telinga semata- mata.

“Dari Ali, radhiaAllahu ‘anhu, katanya: Ingatlah, aku telah mendengar Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam, bersabda:

"Awaslah, sesungguhnya akan berlaku fitnah". Aku bertanya: "Apakah jalan keluar darinya ya Rasulullah?" Baginda menjawab: Kitabullah. Di dalamnya terdapat kisah-kisah apa yang sebelum kamu dan pengkhabaran apa yang akan datang sesudahmu; dan hukum-hakam di antara kamu; Ia (Al-Quran) adalah kata putus dan bukan senda gurau; sesiapa sahaja yang meninggalkannya kerana sombong, akan dibinasakan oleh Allah; dan sesiapa sahaja yang mencari petunjuk dari selainnya akan disesatkan oleh Allah; Ia adalah tali Allah yang teguh dan ia adalah pengajaran yang bijaksana; Ia adalah As-Siratul Mustaqim (jalan yang lurus); Ia adalah kitab yang dengan sebab berpegang teguh kepada ajarannya, hawa nafsu seseorang tidak akan menyeleweng atau terpesong; dan ia adalah kitab yang kalimah-kalimahnya tidak samar atau berputar belit; dan para ulama pula tidak pernah puas darinya; (demikian juga) keindahan, kemanisan dan kelazatan membacanya tidak akan pernah hilang dan kandungannya menakjubkan, tidak berkesudahan. Ia adalah kitab yang jin tidak berhenti mendengarnya sehingga mereka berkata “Sesungguhnya kami mendengar bacaan Al-Qur'an yang menakjubkan, ia menunjuk ke jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya."; sesiapa sahaja berkata dengannya, benarlah perkataannya; dan sesiapa sahaja yang beramal dengannya, pahalalah ganjarannya; dan sesiapa sahaja yang berhukum dengannya, adillah ia; dan sesiapa yang menyeru kepadanya, nescaya ia menunjuk kepada Siratil Mustaqim (jalan yang lurus)." [HR Tirmizi dan Darimi].

Monday, 15 September 2008

Bersegera Melaksanakan Syariat.

Assalamualaikum wbt…

Entri kali ini aku mahu kongsikan sedikit pengetahuan yang aku pelajari dari kelas Nizhamul Islam. Apa yang aku mahukan kongsikan adalah daripada kitab Nafsiyah Islamiyah. Kitab tersebut merupakan pembelajaran tambahan di dalam kelas Nizhamul Islam.Orang kata, two in one...

Pada kitab tersebut (Nafsiyah Islamiyah), aku baru sahaja selesai pepelajari bab Bersegera Melaksanakan Syariat. Alhamdulillah, kelas tersebut telah banyak memberi aku kesederan dan kekuatan dalam melaksanakan syariat. Semoga entri ini memberikan impak berkesan terhadap mereka yang bersungguh-sungguh melaksanakan syariat Islam. Semoga kita semua tergolong dikalangan orang-orang yang mendapat rahmatNya. Ameen..

Bismillahi rahmani rahim...

1) Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2) (Yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam solatnya,
3) Dan orang-orang yang menjauhkan diri (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.
4) Dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5) Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6) Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
7) Barangsiapa mencari yang di sebalik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas,
8) Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,
9) Dan orang-orang yang memelihara solatnya,
10) Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
11) (Ya’ni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

(TQS, Al-Mukminyn [23]:1-11)





Allah Swt. berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ(133)


Dan segeralah kamu kepada (mengerjakan amal-amal yang baik untuk mendapat) keampunan dari Tuhan kamu, dan (mendapat) Syurga yang bidangnya seluas segala langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa (TQS Ali 'imran [3]:133)

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ(51)وَمَنْ يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقِيهِ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الْفَائِزُونَ(52)

Sesungguhnya perkataan yang diucapkan oleh orang-orang yang beriman ketika mereka diajak ke pada Kitab Allah dan Sunnah RasulNya, supaya menjadi hakim memutuskan sesuatu di antara mereka, hanyalah mereka berkata: "Kami dengar dan kami taat": dan mereka itulah orang-orang yang beroleh kejayaan. Dan sesiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya dan takut melanggar perintah Allah serta, menjaga dirinya jangan terdedah kepada azab Allah, maka merekalah orang-orang yang beroleh kemenangan.
(TQS. an-Nur [24]: 51-52)

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمْ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا(36)

Dan tidaklah harus bagi orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan - apabila Allah dan RasulNya menetapkan keputusan mengenai sesuatu perkara - (tidaklah harus mereka) mempunyai hak memilih ketetapan sendiri mengenai urusan mereka. Dan sesiapa yang tidak taat kepada hukum Allah dan RasulNya maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang jelas nyata. (TQS. al-Ahzab [33] : 36)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ(6)

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari neraka yang bahan-bahan bakarannya: manusia dan batu (berhala); neraka itu dijaga dan dikawal oleh malaikat-malaikat yang keras kasar (layanannya); mereka tidak menderhaka kepada Allah dalam segala yang diperintahkanNya kepada mereka, dan mereka pula tetap melakukan segala yang diperintahkan. (TQS. at-Tahrim [66]: 6)

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى(123)وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى(124)قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا(125)قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى(126)

Allah berfirman: kemudian jika datang kepada kamu petunjuk dariKu, maka sesiapa yang mengikut petunjukKu itu nescaya ia tidak akan sesat dan ia pula tidak akan menderita azab sengsara. "Dan sesiapa yang berpaling ingkar dari ingatan dan petunjukKu, maka sesungguhnya adalah baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan himpunkan dia pada hari kiamat dalam keadaan buta".Ia berkata: "Wahai Tuhanku, mengapa Engkau himpunkan daku dalam keadaan buta, padahal aku dahulu melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah keadaannya! Telah datang ayat-ayat keterangan Kami kepadamu, lalu engkau melupakan serta meninggalkannya, dan demikianlah engkau pada hari ini dilupakan serta ditinggalkan".
Berkatalah ia, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman,"Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan". (TQS. Thaha [20]: 123-126)

Rasulullah saw. bersabda :

169 حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ جَمِيعًا عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ قَالَ أَخْبَرَنِي الْعَلَاءُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا *

Bersegeralah beramal sebelum datang berbagai fitnah laksana potongan-potongan malam yang gelap. (Scat itu) di pagi hari seseorang beriman tapi di sore harinya ia menjadi kafir. Di sore hari seseorang beriman tapi di pagi harinya ia kafir. la menjual agamanya dengan harta dunia. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Sesungguhnya orang-orang yang bersegera menuju ampunan Allah dan surga-Nya, serta bersegera melaksanakan berbagai amal shalih, mereka dapat dijumpai di masa Rasulullah saw. dan di masa–masa sesudahnya. Umat senantiasa memuliakan mereka yang bergegas menyambut perintah Tuhannya dan mengorbankan diri mereka, semata-mata mencari ridha Allah. Di antaranya adalah:

3820 حَدَّثَنَا عَبْدُاللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِاللَّهِ رَضِي اللَّهم عَنْهممَا قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فَأَيْنَ أَنَا قَالَ فِي الْجَنَّةِ فَأَلْقَى تَمَرَاتٍ فِي يَدِهِ ثُمَّ قَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ *

Di dalam hadis Jabir yang disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim, beliau menyatakan:
Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah saw. pada perang Uhud, "Bagaimana pandanganmu wahai Rasulullah saw. aku terbunuh saat ini? Dimanakah tempatku (setelah kematian)?" Rasulullah bersabda, "Engkau akan berada di surga." Mendengar sabda Rasulullah saw. tersebut, maka laki-laki itu serta-merta melemparkan buah-buah kurma yang ada di tangannya, kernudian ia maju untuk berperang hingga terbunuh di medan perang.

Di dalam hadis Anas yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan:

3520 حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ النَّضْرِ بْنِ أَبِي النَّضْرِ وَهَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ وَمُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ وَأَلْفَاظُهُمْ مُتَقَارِبَةٌ قَالُوا حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ وَهُوَ ابْنُ الْمُغِيرَةِ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُسَيْسَةَ عَيْنًا يَنْظُرُ مَا صَنَعَتْ عِيرُ أَبِي سُفْيَانَ فَجَاءَ وَمَا فِي الْبَيْتِ أَحَدٌ غَيْرِي وَغَيْرُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا أَدْرِي مَا اسْتَثْنَى بَعْضَ نِسَائِهِ قَالَ فَحَدَّثَهُ الْحَدِيثَ قَالَ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَكَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ لَنَا طَلِبَةً فَمَنْ كَانَ ظَهْرُهُ حَاضِرًا فَلْيَرْكَبْ مَعَنَا فَجَعَلَ رِجَالٌ يَسْتَأْذِنُونَهُ فِي ظُهْرَانِهِمْ فِي عُلْوِ الْمَدِينَةِ فَقَالَ لَا إِلَّا مَنْ كَانَ ظَهْرُهُ حَاضِرًا فَانْطَلَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ حَتَّى سَبَقُوا الْمُشْرِكِينَ إِلَى بَدْرٍ وَجَاءَ الْمُشْرِكُونَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُقَدِّمَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ إِلَى شَيْءٍ حَتَّى أَكُونَ أَنَا دُونَهُ فَدَنَا الْمُشْرِكُونَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُومُوا إِلَى جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ قَالَ يَقُولُ عُمَيْرُ بْنُ الْحُمَامِ الْأَنْصَارِيُّ يَا رَسُولَ اللَّهِ جَنَّةٌ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ قَالَ نَعَمْ قَالَ بَخٍ بَخٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَحْمِلُكَ عَلَى قَوْلِكَ بَخٍ بَخٍ قَالَ لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِلَّا رَجَاءَةَ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِهَا قَالَ فَإِنَّكَ مِنْ أَهْلِهَا فَأَخْرَجَ تَمَرَاتٍ مِنْ قَرَنِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ مِنْهُنَّ ثُمَّ قَالَ لَئِنْ أَنَا حَيِيتُ حَتَّى آكُلَ تَمَرَاتِي هَذِهِ إِنَّهَا لَحَيَاةٌ طَوِيلَةٌ قَالَ فَرَمَى بِمَا كَانَ مَعَهُ مِنَ التَّمْرِ ثُمَّ قَاتَلَهُمْ حَتَّى قُتِلَ *

Nabi saw. berangkat bersama para sahabatnya hingga mendahului kaum Musyrik sampai ke sumur Badar. Setelah itu kaum Musyrik pun datang. Kemudian Rasulullah saw. bersabda, "Berdirilah kalian menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi." Anas bin Malik berkata; mnka berkatalah Umair bin al-Humam al-Anshary, "Wahai Rasulullah! Benarkah yang kau maksud itu surga yang luasnya seluas langit dan bumi?" Rasulullah saw. menjawab, "Benar" Umair berkata, "ehm-ehm", Rasulullah saw. bertanya kepada Umair, "Wahai Umair, apa yang mendorongmu untuk berkata ehm-ehm?" Umair berkata, "Tidak ada apa-apa Ya Rasulullah, kecuali aku ingin menjadi penghuninya". Rasulullah saw. bersabda, "Sesunguhnya engkau termasukpenghuninya, Wahai Umair!" Anas bin Malik berkata; Kemudian Umair bin al-Humam mengeluarkan beberapa karma dari wadahnya dan ia pun memakannya. Kemudian berkata, `Jika aku hidup hingga aku memakan kurma-kurma ini sesunggahnya itu adalah kehidupan yang lama sekali. "Anas berkata; Maka Umair pun melemparkan kurma yang dibawanya, kemudian maju untuk memerangi kaum Musyrik hingga terbunuh.

Di dalam hadis Anas yang disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim, beliau berkata:

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ عَنْ ثَابِتٍ قَالَ قَالَ أَنَسٌ عَمِّيَ الَّذِي سُمِّيتُ بِهِ لَمْ يَشْهَدْ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَدْرًا قَالَ فَشَقَّ عَلَيْهِ قَالَ أَوَّلُ مَشْهَدٍ شَهِدَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غُيِّبْتُ عَنْهُ وَإِنْ أَرَانِيَ اللَّهُ مَشْهَدًا فِيمَا بَعْدُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَرَانِي اللَّهُ مَا أَصْنَعُ قَالَ فَهَابَ أَنْ يَقُولَ غَيْرَهَا قَالَ فَشَهِدَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ قَالَ فَاسْتَقْبَلَ سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ فَقَالَ لَهُ أَنَسٌ يَا أَبَا عَمْرٍو أَيْنَ فَقَالَ وَاهًا لِرِيحِ الْجَنَّةِ أَجِدُهُ دُونَ أُحُدٍ قَالَ فَقَاتَلَهُمْ حَتَّى قُتِلَ قَالَ فَوُجِدَ فِي جَسَدِهِ بِضْعٌ وَثَمَانُونَ مِنْ بَيْنِ ضَرْبَةٍ وَطَعْنَةٍ وَرَمْيَةٍ قَالَ فَقَالَتْ أُخْتُهُ عَمَّتِيَ الرُّبَيِّعُ بِنْتُ النَّضْرِ فَمَا عَرَفْتُ أَخِي إِلَّا بِبَنَانِهِ وَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ ( رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا ) قَالَ فَكَانُوا يُرَوْنَ أَنَّهَا نَزَلَتْ فِيهِ وَفِي أَصْحَابِهِ *

Bapa suadaraku, yaitu Anas bin an-Nadhr tidak ikut perang Badar. Kemudian ia berkata, "Wahai Rasulullah saw! Aku tidak ikut dalam peperangan pertama, di mana engkau memerangi kaum Musyrik. Sungguh jika Allah mernperlihatkan kepadaku peperangan melawan kaum Musyrik, maka Allah pasti akan melihat apa yang akan aku lakukan. "Anas berkata; Maka ketika masa perang Uhud tiba, dan kaum Muslim pun telah siap, Anas bin Nadhr berkata, "Ya Allah! aku meminta ampun kepadamu dari apa yang dilakukan oleh mereka (yakni para sahabat) dan aku membebaskan diri dari apa yang dilakukan oleh mereka (yakni kaum Musyrik)." Kemudian ia pun maju dan disambut (di halangi supaya tidak cepat-cepat maju ke medan perang) oleh Saad bin Muadz. Maka Saad berkata, "Ya Rasulullah saw, aku tidak mampu menahan apa yang dilakukannya." Anas bin Malik berkata; Maka kami menemukan lebih dari delapan puluh bekas tebasan pedang, tusukan tombak, dan panah. Kami menemukannya telah terbunuh. la mati dalam keadaan dicincang oleh kaum Musyrik, hingga tidak ada seorang pun yang mengenalinya kecuali saudara perempuannya, kerana mengenali hujung jarinya.

Anas berkata, "Kami berpendapat atau mengira bahwa firman Allah:

مِنْ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ ...

Di antara orang-orang yang beriman itu, ada yang bersikap benar menunaikan apa yang telah dijanjikannya kepada Allah (untuk berjuang membela Islam)....(TQS. al-Ahzab [33]: 23); ini diturunkan untuk menjelaskan ihwal syahidnya Anas bin Nadhr dan orang-orang yang seperti dia."

Al-Bukhari telah meriwayatkan dari Abu Saru'ah, beliau berkata:

813 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدِ بْنِ مَيْمُونٍ قَالَ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ عُمَرَ بْنِ سَعِيدٍ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ عُقْبَةَ قَالَ صَلَّيْتُ وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ الْعَصْرَ فَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ مُسْرِعًا فَتَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ إِلَى بَعْضِ حُجَرِ نِسَائِهِ فَفَزِعَ النَّاسُ مِنْ سُرْعَتِهِ فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ فَرَأَى أَنَّهُمْ عَجِبُوا مِنْ سُرْعَتِهِ فَقَالَ ذَكَرْتُ شَيْئًا مِنْ تِبْرٍ عِنْدَنَا فَكَرِهْتُ أَنْ يَحْبِسَنِي فَأَمَرْتُ بِقِسْمَتِهِ *

Suatu saat aku shalat Ashar di belakang Nabi saw. di Madinah. Kemudian Beliau saw. membaca salam dan cepat-cepat berdiri, lalu melangkahi pundak orang-orang yang ada di masjid hingga sampai ke sebagian kamar isterinya. Maka orang-orang pun merasa hairan dengan tergesa-gesanya Nabi. Kemudian Nabi saw. keluar dari kamar isterinya menuju mereka. Nabi melihat para sahabat sepertinya merasa kehairanan kerana bergegasnya beliau. Kemudian beliau saw. berkata, "Aku bergegas dari shalat kerana aku ingat suatu jongkong emas yang masih tersimpan di rumah kami. Aku tidak suka jika barang itu menahanku, maka aku memerintahkan (kepada isteriku) untuk membagi-bagikannya."

Dalam riwayat yang lain Nabi saw. bersabda:

1363 حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ سَعِيدٍ عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ أَنَّ عُقْبَةَ بْنَ الْحَارِثِ رَضِي اللَّهم عَنْهم حَدَّثَهُ قَالَ صَلَّى بِنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَصْرَ فَأَسْرَعَ ثُمَّ دَخَلَ الْبَيْتَ فَلَمْ يَلْبَثْ أَنْ خَرَجَ فَقُلْتُ أَوْ قِيلَ لَهُ فَقَالَ كُنْتُ خَلَّفْتُ فِي الْبَيْتِ تِبْرًا مِنَ الصَّدَقَةِ فَكَرِهْتُ أَنْ أُبَيِّتَهُ فَقَسَمْتُهُ *

Aku meninggalkan sebuah ketulan emas dari zakat di rumahku dan aku tidak suka jika menahannya.

Hadis ini memberi petunjuk kepada kaum muslim agar bersegera dan cepat-cepat melaksanakan perkara yang telah diwajibkan Allah Swt. kepada mereka.

Al-Bukhari meriwayatkan dari al-Barra', beliau berkata:

6825 حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ صَلَّى نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا وَكَانَ يُحِبُّ أَنْ يُوَجَّهَ إِلَى الْكَعْبَةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى ( قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ) فَوُجِّهَ نَحْوَ الْكَعْبَةِ وَصَلَّى مَعَهُ رَجُلٌ الْعَصْرَ ثُمَّ خَرَجَ فَمَرَّ عَلَى قَوْمٍ مِنَ الْأَنْصَارِ فَقَالَ هُوَ يَشْهَدُ أَنَّهُ صَلَّى مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَّهُ قَدْ وُجِّهَ إِلَى الْكَعْبَةِ فَانْحَرَفُوا وَهُمْ رُكُوعٌ فِي صَلَاةِ الْعَصْرِ *

Ketika Rasulullah datang ke Madinah, maka Rasulullah saw shalat menghadap ke Baitul Muqaddas (Masjid al-Aqsha), selama enam belas atau tujuh belas bulan. Rasulullah saw. sangat ingin diperintahkan Allah agar shalat menghadap ke Ka'bah. Kemudian Allah Swt. menurunkan firman-Nya, "Sungguh Aku telah melihat bolak-baliknya wajahmu ke Langit agarAku menghadapkanmu ke Kiblat yang kamu sukai." Maka Nabi saw. pun shalat menghadap ke Ka'bah. Pada waktu itu ada seorang laki-laki yang shalat Ashar bersama beliau saw., kemudian ia keluar menuju kaum Anshar, dan berkata dirinya bersaksi bahwa ia shalat bersama Nabi saw. dan beliau menghadap ke Ka'bah. Maka kaum Anshar pun mengubah arah Kiblat mereka (menghadap ke Ka'bah) padahal mereka sedang rukuk shalat Ashar.

Al-Bukhari telah meriwayatkan dari Ibnu Abi Aufa ra., beliau berkata:

2986 حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا عَبْدُالْوَاحِدِ حَدَّثَنَا الشَّيْبَانِيُّ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ أَبِي أَوْفَى رَضِي اللَّهم عَنْهممَا يَقُولُ أَصَابَتْنَا مَجَاعَةٌ لَيَالِيَ خَيْبَرَ فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ خَيْبَرَ وَقَعْنَا فِي الْحُمُرِ الْأَهْلِيَّةِ فَانْتَحَرْنَاهَا فَلَمَّا غَلَتِ الْقُدُورُ نَادَى مُنَادِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْفِئُوا الْقُدُورَ فَلَا تَطْعَمُوا مِنْ لُحُومِ الْحُمُرِ شَيْئًا قَالَ عَبْدُاللَّهِ فَقُلْنَا إِنَّمَا نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَنَّهَا لَمْ تُخَمَّسْ قَالَ وَقَالَ آخَرُونَ حَرَّمَهَا أَلْبَتَّةَ وَسَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ فَقَالَ حَرَّمَهَا أَلْبَتَّةَ *

Kami ditimpa kelaparan pada beberapa malam saat perang Khaibar, dan kami menemukan keledai kampung, kemudian kami menyembelihnya. Maka ketika kuali telah mendidih, mendadak berteriak juru bicara Rasulullah saw., "Matikanlah kuali itu dan kalian jangan makan daging keledai kampung itu sedikit pun." Abdullah berkata; Kami pada waktu itu mengatakan, "Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang memakan keledai kampung itu hanya kerana belum dibagi lima (kerana harta rampasan perang). "Tapi sahabat yang lain berkata, "Keledai kampung itu diharamkan secara mutlak. " Kernudian aku bertanya kepada Said bin Jubair, dan dia menjawab, "Keledai kampung itu diharamkan secara mutlak."

6826 حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ قَزَعَةَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِاللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ كُنْتُ أَسْقِي أَبَا طَلْحَةَ الْأَنْصَارِيَّ وَأَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ وَأُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ شَرَابًا مِنْ فَضِيخٍ وَهُوَ تَمْرٌ فَجَاءَهُمْ آتٍ فَقَالَ إِنَّ الْخَمْرَ قَدْ حُرِّمَتْ فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ يَا أَنَسُ قُمْ إِلَى هَذِهِ الْجِرَارِ فَاكْسِرْهَا قَالَ أَنَسٌ فَقُمْتُ إِلَى مِهْرَاسٍ لَنَا فَضَرَبْتُهَا بِأَسْفَلِهِ حَتَّى انْكَسَرَتْ *

Al-Bukhari telah meriwayatkan dari Anas bin Malik ra., beliau berkata:
Suatu hari aku memberi minum kepada Abu Thalhah aI Anshary, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, dan Ubay bin Ka'ab dari Fadhij, iaitu perasan kurma. Kemudian ada seseorang yang datang, ia berkata, "Sesunggunya khamr telah diharamkan." Maka Abu Thalhah berkata, "Wahai Anas, berdirilah dan pecahkanlah kendi itu!" Anas berkata, "Maka aku pun berdiri mengambil tempat penumbuk biji-bijian milik kami, lalu memukul kendi itu di bahagian bawahnya, hingga pecahlah kendi itu.

Al-Bukhari telah meriwayatkan dari `Aisyah ra., beliau berkata:

2583 قَالَ عُرْوَةُ فَأَخْبَرَتْنِي عَائِشَةُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَمْتَحِنُهُنَّ وَبَلَغْنَا أَنَّهُ لَمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى أَنْ يَرُدُّوا إِلَى الْمُشْرِكِينَ مَا أَنْفَقُوا عَلَى مَنْ هَاجَرَ مِنْ أَزْوَاجِهِمْ وَحَكَمَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ أَنْ لَا يُمَسِّكُوا بِعِصَمِ الْكَوَافِرِ أَنَّ عُمَرَ طَلَّقَ امْرَأَتَيْنِ

Telah sampai berita kepada kami, ketika Allah Swt. menurunkan firman-Nya (al-Mumtahanah [60]: 10, penj.), yang memeritahkan kaum Muslim untuk mengembalikan kepada orang-orang Musyrik apa yang telah mereka berikan kepada isteri-isteri mereka yang telah hijrah dan Allah telah menentukan hukum kepada kaum Muslim agar mereka tidak menahan tali perkawinan dengan wanita-wanita kafir: bahwasanya Umar telah mentalak dua orang perempuan.

AI-Bukhari meriwayatkan dari `Aisyah ra. berkata:

بَاب ( وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ ) وَقَالَ أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ يُونُسَ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهَا قَالَتْ يَرْحَمُ اللَّهُ نِسَاءَ الْمُهَاجِرَاتِ الْأُوَلَ لَمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ ( وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ ) شَقَّقْنَ مُرُوطَهُنَّ فَاخْتَمَرْنَ بِهَا *

Semoga Allah merahmati kaum Wanita yang hijrah pertama kali, ketika Allah menurunkan firman-Nya:

وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka (TQS. an-Nur [24]: 31). Maka kaum wanita itu merobek kain sarung mereka (untuk dijadikan kerudung) dan menutup kepala mereka dengannya.

Abu Dawud telah mengeluarkan hadis dari Shofiyah binti Syaibah dari Aisyah ra.:

3577 حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُهَاجِرٍ عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهَا أَنَّهَا ذَكَرَتْ نِسَاءَ الْأَنْصَارِ فَأَثْنَتْ عَلَيْهِنَّ وَقَالَتْ لَهُنَّ مَعْرُوفًا وَقَالَتْ لَمَّا نَزَلَتْ سُورَةُ النُّورِ عَمِدْنَ إِلَى حُجُورٍ أَوْ حُجُوزٍ شَكَّ أَبُو كَامِلٍ فَشَقَقْنَهُنَّ فَاتَّخَذْنَهُ خُمُرًا *

Sesungguhnya beliau saw. menuturkan wanita Anshar, kemudian beliau memuji mereka, dan berkata tentang kebaikan mereka. Beliau saw. berkata, "Ketika diturunkan surat an-Nur: 31 (tentang kewajiban memakai penutup kepala/kerudung, penj.), maka mereka mengambil kain sarungnya, kemudian merobeknya dan menjadikanya sebagai kain penutup kepala (kerudung).

Ibnu Ishak berkata, "al-Asy'ats bin Qais telah menemui Rasulullah saw. bersama delegasi dari Bani Kindah." Az-Zuhry telah menceritakan kepadaku bahwa al-Asy'ats bin Qais datang bersama lapan puluh orang Bani Kindah yang menaiki tunggangan. Kemudian mereka masuk menemui Rasulullah saw. di masjid beliau. Mereka mengikat rambut mereka yang ikal dan memakai celak mata serta memakai jubah bagus yang dilapisi sutra. Ketika mereka masuk menemui Rasulullah saw., beliau saw. berkata kepada mereka, "Apakah kalian sudah masuk Islam?" Mereka menjawab, "Benar." Rasul saw. berkata, "Kenapa sutra itu masih melekat di leher kalian?" Az-Zuhry berkata, "Maka mereka pun merobek-robek sutra tersebut dan melemparkannya."

Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Abu Buraidah dari bapaknya, beliau berkata; Ketika kami sedang duduk-duduk menikmati minuman di atas pasir, pada saat itu kami bertiga atau berempat. Kami memiliki kendi besar dan meminum khamr kerana masih dihalalkan. Kemudian aku berdiri dan ingin menghampiri Rasulullah saw. Lalu aku mengucapkan salam kepada beliau, tiba­-tiba turunlah ayat tentang keharaman khamr:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ

Wahai orang-orang yang beriman! Bahawa sesungguhnya arak, dan judi...., sampai akhir dua ayat yaitu:

فَهَلْ أَنْتُمْ مُنتَهُونَ(91)

Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Maka aku datang kepada sahabat-sahabatku (yang sedang minum khamr) dan membacakan ayat tersebut kepada mereka sampai pada firman Allah:

فَهَلْ أَنْتُمْ مُنتَهُونَ(91)

Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Dia (perawi hadis) berkata, "Sebagian di antara mereka minumannya masih ada di tangannya, sebagiannya telah diminum, dan sebagian lagi masih ada di wadahnya." Dia berkata, "Sedangkan gelas minuman yang ada di bawah bibir atasnya, seperti yang dilakukan oleh orang yang membekam (gelasnya masih menempel dibibir mulutnya), kemudian mereka menumpahkan khamr yang ada pada kendi besar mereka seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah berhenti.""

Handzalah bin Abi Amir ra. yang dimandikan oleh Malaikat (sewaktu syahid di medan perang) telah mendengar seruan perang Uhud. Maka dia pun bergegas menyambut panggilan itu, dan mati syahid dalam perang Uhud tersebut. Ibnu Ishak berkata; Rasulullah saw. bersabda, "Sesunguhnya sahabat (Handzalah) dimandikan oleh Malaikat, maka tanyakalah bagaimana kabar keluarganya? Maka aku pun (Ibnu Ishak) bertanya kepada isterinya. Dia pada malam itu adalah pengantin baru. Isterinya berkata, "Ketika mendengar panggilan untuk berperang, suamiku keluar padahal dalam keadaan junub." Rasulullah saw. bersabda, "Begitulah ia telah dimandikan oleh Malaikat."

Ahmad telah mengeluarkan hadis dari Abu Rafi' bin Khadij, beliau berkata:
Kami pada masa Nabi membajak tanah, kemudian menyewakannya dengan (mendapat bagi hasil) sepertiga atau seperempatnya dan makanan tertentu. Pada suatu hari datanglah kepada kami salah seorang bapa saudaraku, ia berkata, "Rasulullah saw. telah melarang suatu perkara yang dulu telah memberikan manfaat (duniawi) bagi kita.
Tapi taat kepada Allah dan Rasul-Nya jauh lebih bermanfaat bagi kita. Beliau telah melarang kita membajak tanah kemudian menyewakannya dengan imbalan sepertiga atau seperempat, dan makanan tertentu. Rasulullah saw. memerintahkan pemilik tanah agar mengolahnya atau menanaminya sendiri. Beliau tidak menyukai penyewaan tanah dan yang selain itu.
Related Posts with Thumbnails