Oleh: Azhari
Publikasi 28/09/2004
hayatulislam.net - Kita pahami bahwa umur telah ditetapkan Allah SWT terhadap seluruh makhluknya, kemudian menjadi rahasia Allah SWT tentang panjang-pendeknya umur seseorang dan dengan cara bagaimana ia meninggal. Kita tidak tahu kapan akan meninggal dan dengan cara apa?
Pada saat Allah SWT memberikan ketetapan terhadap umur kita, maka Allah SWT telah memberikan “modal yang sangat berharga” kepada manusia, yakni umurnya. Umur yang diberikan Allah SWT sangat pendek atau Allah SWT memberikan batasan waktu kepada manusia, sehingga harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
Dalam surat al-‘Ashr [103] Allah SWT bersumpah dengan waktu, umur bisa juga diartikan dengan waktu,
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Qs. al-‘Ashr [103]: 1-3).
Allah SWT bersumpah demi waktu bahwa seluruh manusia (muslim atau kafir) akan merugi, kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan ibadah, berda’wah dan bersabar. Bersabar dipahami 3 hal, sabar dalam keta’atan, sabar dalam menjauhi kemaksiaatan dan sabar dalam menerima musibah.
Tafsir Ar-Razi menguraikan keterkaitan antara “waktu” dengan “kerugian”. Waktu adalah modal, jika dalam berdagang kita tidak mengusahakan modal dengan baik maka kita akan merugi bahkan bisa menjadi bangkrut. Begitu juga dengan umur, jika tidak dimanfaatkan dengan baik maka kita akan merugi. Jika hari ini lebih baik dari kemaren maka kita orang yang beruntung, jika hari ini sama dengan kemaren maka kita orang yang merugi, tetapi jika hari ini lebih jelek dari kemaren maka kita orang yang celaka.
Jika kita tidak memanfaatkan umur dengan baik, maka terus-menerus kita akan mengalami kerugian yang besar. Karena Allah SWT tidak akan pernah menambah modal (umur) yang telah diberikannya kepada kita, bahkan tidak akan mengundurnya sedetik-juapun jika masanya telah tiba,
Dan bagi setiap umat ada ajalnya. Apabila ajal itu sudah datang tidak dapat mereka meminta diundurkan atau dimajukan sesaat juapun. (Qs. al-A’raf [7]: 34).
Sehingga beruntunglah orang yang memanfaatkan dengan maksimal modal ini. Caranya?, berbuat amal kebajikan yang diridhai Allah SWT dan meninggalkan kemaksiaatan yang dimurkai Allah SWT. Orang-orang yang beruntung adalah mereka yang menjalankan semua kewajiban dan menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah, kemudian selalu menjaga dirinya untuk tidak berbuat kemaksiaatan.
Orang-orang yang mengalami kerugian ketika kebanyakan melakukan hal yang mubah, karena ia tidak memperoleh kompensasi apapun dari modalnya yakni tidak memperoleh pahala maupun dosa. Ia telah menyia-nyiakan modalnya yang berharga berupa umur, sehingga tidak memperoleh keuntungan apapun meskipun tidak melakukan kemaksiaatan tetapi ia tetap merugi karena menyia-nyiakan umurnya. Untuk menghindari kerugian ini, maka ia harus mengurangi hal-hal yang mubah dan menjadikannya ibadah sunnah.
Orang yang celaka adalah orang yang menggunakan umurnya untuk kemaksiaatan serta meninggalkan kewajiban, dia telah membahayakan dirinya dengan menghabiskan umurnya tanpa memperoleh kompensasi (pahala) apapun, malah menanggung kerugian dengan menabung dosa. Jika ia melakukan secara terus-menerus perbuatan ini, maka dosanya menumpuk sedangkan pahalanya tidak bertambah dan diakhirat timbangan dosanya lebih berat daripada pahala.
Lantas, berapakah umur kita saat ini? Berapa lagikah sisa umur kita? Dan apa yang akan kita perbuat untuk mengisi sisa umur itu agar tidak menjadi orang-orang yang merugi? Wallahua’lam.
Maraji’:
Majalah Al-Wa’ie, edisi no. 48, tahun IV, Agustus 2004
No comments:
Post a Comment