Dah lame tak bertakbir..hari raya haji t..bertakbir lagik..
Sy baru saje balik dari umh jiran. Ziarah jiran yang menjadi tetamu rumah Allah al-masjidil haram.. Sudah lama kita tidak bertakbir. Since 1 raya pertama hingga masuk 2-3 raya, telinga ini masih mendengar takbir pujian Illahi. Tahniah bagi yg berjaya menyempurna kan fardhu ain dan tak lupa juga pd mereka yg berpuasa Nam.. Syukur nikmat..Selepas itu, kita terus senyap..haih..apa nak jadi nie.. Tak lame lagik kita akan mendengar takbir tersebut pd hari raya adha.
Tujuan sy menulis ini bukan lah nk gtaw jarak waktu kita bertakbir. Tapi sy mahu memfokuskan, apakah kita Cuma bertakbir di dua waktu perayaan yang mulia ini sahaja.
Apakah kita selalu mentakbir pd Allah. Sembahyang2, puasa2, dan sebagainya lah. Lengkap 5 perkara asas sudah memadai. Tak gitu, saudara-saudaraku??
Memang tak dinafikan.. Apabila kita memuji(sebutan) dgn beramai2..lagi2 dirumah Allah yang mulia. Hati ini terus lentur, sayu, hati lunak mendengar khutubah raya. Even text khutbah leh dikatakan perkaranya sama diulang2 tiap2 tahun.(perasan tak).
Saudara-saudara yang 1st tym kita jumpa kat masjid. Kita terasa rapat, ringan je lidah berkata..”Selamat hari raya, maaf zahir dan batin”. Bertapa hebatnya penangan bagi hati yang tunduk pada Allah serta memuji Illahi atas kemenangan menyempurnakan salah satu daripada 5 perkara tersebut.
Dalam al-Quran, Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang yang menunaikan puasa di bulan Ramadhan dengansebaik-baiknya akan menjelma menjadi manusia yang bertakwa (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 183).
Orang Mukmin yang bertakwa adalah orang yang tunduk pada semua aturan Allah, melaksanakan semua yang diperintahkan dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya, serta mempersiapkan diri menyongsong tibanya Hari Kematian. Ketundukan seorang Mukmin kepada Allah merupakan implementasi dari rasa syukurnya kepada-Nya yang telah memberinya segala yang ia miliki, termasuk memberinya al-Quran sebagai petunjuk, penjelas, dan pembeda antara yang baik dan yang buruk; antara yang haq dan yang batil; antara yang terpuji dan yang tercela; serta antara jalan kebahagiaan dan jalan kecelakaan. (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 185).
Allah SWT juga berfirman:
Hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian supaya kalian bersyukur.
(TQS al-Baqarah [2]: 185).
Melalui ayat ini Allah mengajarkan kepada kita bahwa setelah selesai menjalankan ibadah puasa, kita harus takbir atau mengagungkan Allah dan bersyukur kepada-Nya. Takbir artinya mengagungkan Allah dan mengecilkan apa saja selain Allah, sementara tasyakur artinya menggunakan seluruh anugerah Allah sesuai dengan kehendak-Nya.
Dalam ibadah shaum(puasa), takbir kita cerminkan dengan mengecilkan pengaruh hawa nafsu dan menghidupkan kebesaran Allah dalam hati kita. Ketika kita membaca al-Quran, kita mengecilkan seluruh pembicaraan manusia dan hanya membesarkan Kalamullah. Ketika kita berdiri shalat malam di bulan Ramadhan, kita mengecilkan seluruh urusan dunia ini dan hanya mengagungkan perintah Allah. Seluruh ibadah kita adalah dalam rangka mengagungkan Allah dan mengecilkan selain-Nya.
Setelah menyelesaikan seluruh ibadah ini, Allah masih juga memerintahkan kita untuk bertakbir. Bukankah dalam puasa kita sudah mengagungkan Allah? Bukankah dalam tarawih dan tadarus kita juga sudah mengagungkan Allah? Mengapa kita masih harus bertakbir lagi? Sama ada kita sedar or tak sedar. Ada perkara yang belum terlaksana. Yang sengaja kita ketepikan. Bagi jiwa yang mantul, mereka merasakan itu bukan tanggungjawab mereka ..itu tanggungjawab orang ilmuan agama, ustaz2, usztazah.
Adakah ’golongan’ itu sahaja perlu menjelaskan dan melaksanakan hukum Allah?? Allah tak menetapkan golongan2 ini diberi tanggungjawab untuk melaksanakan hukum Allah. Cuma orang kafir je yang gelarkan golongan ini. Sedar tak kita. Bila nak tegur orang, orang yang ditegur sound kita; ”Kau siapa nak sound2.”..”ahlamak, sejak bila kau jadi ustaz/uztazah nie”..lagi menyedihkan bila orang yang menegur; ”Sy nie bukan lah ustaz. Tp ada perkara yg perlu sy tegur ... ”.”Sy nie penoreh getah... blah2..” Kita perhatikan, zaman sahabat. Mereka menempa besi,pedang pakaian dan lelain lagik. Status-status ini tiada dalam dakwah mereka. Zaman2 kegemilangan Islam serperti Ibnu Sina dan len nye.. Janganlah kerna takde status Imam, Ustaz, Ustazah, kita rase segan nk berdakwah. Jangan rase kita tak de sijil, diploma, ijazah, master, phd, lulusan al-azhar itu dan ini kita rasa kita tak boleh berdiri ditengah-tengah umat. Abu Bakar as-Siddiq bagaimana plak?? Umar al-Khattab yg dulu kafir bagaimana?Uthman Affan yg hartawan bagaimana?? Ali Abi Talib KWJ yg miskin bagaimana?Dan yang terpenting Nabi SAW bagaimana?? Mereka2 ini tak de pun lulusan pun. Mereka ini guna Al-Quran, wahyu Allah!! Sijil, Diploma, Ijazah, Master, PhD sape yang iktiraf?? Manusia bukan??
Allah tahu, kita sering bertakbir dalam ibadah-ibadah kita, tetapi sering bersikap takabur di luar itu. Kita mengagungkan Allah di masjid, tetapi di luar masjid kita mengagungkan yang lain. Kita mengagungkan kekayaan, kekuasaan, dan kedudukkan; kita juga membesarkan hawa nafsu, kepentingan, dan pikiran kita. Di atas tikar sembahyang, di masjid, di surau, di tempat2 ibadah kita menggemakan takbir. Sebaliknya, di pejabat, di pasar, di ladang, di tengah-tengah masyarakat kita menggemakan sikap takabur. Yang lagik jijik ”Yes Bos!!” takut periuk nasi tertutup. Mereka(yg bercakap, ”Yes Boss”) lebih berkeyakinan orang atasan lah yang menjaga rezeki mereka.
Di pejabat, misalnya, jabatan yang seharusnya kita gunakan untuk melayani rakyat, membela yang lemah, dan menyantuni yang memerlukan pertolongan kita manfaatkan untuk memperkaya diri walaupun mengorbankan rakyat kebanyakan.(bahse kelasik keluar..ehehe)..Maksud sy..orang miskin..
Kita juga takabur ketika kita melakukan tindakan apa pun tanpa memperdulikan halal dan haram. Allah yang kita agungkan dalam shalat dan doa kita, kita kecilkan dalam hidup kita. Dalam puasa kita menahan diri untuk tidak memakan makanan dan minuman yang halal, tetapi kita berbuka dengan makanan dan minuman yang haram. Bibir kita kering karena kehausan, perut kita kempis karena kelaparan, tetapi tangan-tangan kita kotor karena kemaksiatan. Di masjid kita khusyuk melakukan shalat, tetapi di luar masjid kita sering asyik melakukan maksiat. Di masjid kita fasih melafalkan al-Quran, sementara di luar masjid kita lebih fasih lagi memperdayai al-Quran.
Satu-satunya jalan yang telah diberikan Allah kepada kita semua untuk senantiasa bisa menggemakan takbir dalam seluruh kehidupan kita adalah melalui pengamalan al-Quran. Sayang, petunjuk itu banyak diabaikan begitu saja oleh umat Islam. Soal ini, jauh hari sudah dikeluhkan oleh Nabi saw:
Berkatalah Rasul, “Ya, Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran ini suatu yang tidak diacuhkan.”
(TQS al Furqan [25]: 30).
Mufasir ternama, Imam Ibn Katsir, dalam kitab Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, menyatakan bahwa siapa saja yang dibacakan kepadanya al-Quran, tetapi tidak mau mendengarkan dan membenarkan apa yang dikandungnya berarti ia telah tidak mengacuhkan al-Quran. Begitu pula orang yang tidak mau mengambil hukum dari al-Quran, dan sebaliknya malah berhukum pada hukum thâghût baik yang diambil dari paham sekular Barat maupun dari tradisi atau kebiasaan nenek moyang. Padahal, secara i’tiqadî, siapa pun yang berpaling dari peringatan Allah dalam al-Quran dan as-Sunnah niscaya akan ditimpa kesengsaraan hidup.
Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta. (TQS Thaha [20]: 124).
Masyallah!! Perlu lagi kah aku dan kita semua menafikan kalamullah?? Tetiba teringat akan seorang kawan. Seorang kenalan aku memberi tahu aku. ”Wan, aku nak belajar ngaji lah. Nak belajar tajwidnya sekali. Aku tak malu nk belajar dgn budak yg lebih muda dari aku. Asalkan aku dapat pelajarinya dengan baik”
Sejak awal, Allah telah memerintahkan kita untuk hanya mengikuti jalan-Nya, yaitu Dinul Islam, dan melarang kita untuk mengikuti jalan hidup lainnya. Dengan mengikuti jalan Islam, kita akan bersatu dan mendapatkan rahmat. Sebaliknya, dengan meninggalkan Islam kita pasti akan tercerai-berai dan hidup dengan penuh penderitaan.
Ini adalah jalan-Ku yang lurus. Karena itu, ikutilah jalan itu, dan janganlah mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu akan menceraiberaikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian bertakwa.
(TQS al-An‘am [6]: 153).
Kerana tercerai-berai, umat Islam menjadi semakin lemah, terjajah, tidak mandiri dan senantiasa hidup dalam tekanan kekuatan asing yang memang ingin terus menerus menguasai negeri-negeri Islam. Dalam hal ini, Rasulullah saw., sebagaimana dituturkan Tsauban, bersabda:
Kelak, bangsa-bangsa lain akan memperebutkan kalian, sebagaimana (mereka) memperebutkan makanan untuk meremukannya.
(HR Abu Dawud).
Kekuatan-kekuatan asing itu kini tampak tengah mencengkeramkan kakinya di hampir seluruh negeri-negeri Muslim, termasuk Malaysia. Dunia Islam adalah bagian dunia yang sangat kaya akan sumberdaya alam dan strategis dari sudut geopolitik.
Aku pernah terbaca satu blog. Tak sure blogspot.or friendster. Dia tergelak bila melihat anak buahnya pandai menyanyi. Hiburan maksiat menjadu sajian media2 electronic..Dan sebagainya. Perlu dulu, aku diberikan soklan cepu mas. Orang tuh soal aku;
A: ”agak-agak ko. Tentera kafir nak serang malaysia bila??”
B: ”ntah lah. Aku tak tahu lah.Tunggu konflict politik kut”
A; ”Ini kalau aku gtaw amerika suh serang malaysia. Pasti dorng duk gelak kn aku. Pastu habuan langsung tak dak”
B: ”Maksud ko?”
A: ”Maksud aku. Nak serang, biar tym subuh. Sume pemuda duk hanyut dibuai mimpi indah,yang tataw bila leh jd kenyataan. Orang-orang yg berselimut lagik”
A: ”Tak dan nye, kalau amerika wat due date nk serang kita. Kita akan bersedia. Budak-budak semua lembik!! Ingat badan besar mcam bonzer bleh tewaskn sorang tentera.Lembik r sume bg yg berselimut dan meneruskan mimpi2 indah”
Para penguasa di negeri-negeri Muslim diam seribu bahasa, dan kita, umat Islam, hanya dapat mengelus dada. Umat Islam yang jumlahnya lebih dari 1,2 milion(tul ke jumlahnye??) bagaikan buih; banyak tetapi tak berdaya. Umat Islam juga bagaikan makanan yang dikerubuti dari berbagai penjuru oleh orang-orang lapar. Itulah kenyataan getir di hadapan kita.
Allah. Allah SWT berfirman:
Padahal al-‘izzah (kekuatan, kebesaran, kehormatan, dan kemuliaan) itu hanyalah milik Allah, Rasul, dan kaum Mukmin. Namun, orang-orang munafik itu tiada mengetahuinya. (TQS al-Munafiqun [63]: 8).
Kembalilah memuliakan Allah. Kita diberi peluang. Haruskah kita perlu membiarkan peluang itu pergi?? Meskipun peluang itu kita ambil, nikmatnya tidak drasai oleh kita kerana terkorban atau dikorbankan. Takpe..nie sume utk menyelamat generasi2 muda.
Selain itu, kita juga harus bertasyakur kepada Allah. Tasyakur yang benar adalah ketika kita menggunakan nikmat hidup kita untuk mengagungkan asma Allah, menjunjung tinggi syariat-Nya, dan menyayangi hamba-hamba-Nya.
Terakhir, mari kita renungkan firman Allah SWT berikut:
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut mereka, sedangkan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama/ideologi walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya.
(TQS at-Taubah [9]: 32-33).
Segala teguran diterima. Ada kesalahan/songsangan sila betulkan. Ada pandangan sila jamukan. Sila2..hehehe