Hari ini saya tidak dapat ber’online’ dengan seseorang. Ada perkara yang saya mahu tanyakan & bicarakan dengannya ketika itu. Perkara itu adalah perkara yang bermain difikiran saya semasa membaca SMS nya ketika saya sedang Phase Test.
“Jam 9.45 PM saya sedang menduduki Phase Test: Engineering Mathematics III bermakna lagi 15 minit masa peperiksaan tamat. Dalam tempoh(15 minit) tersebut, saya telah terdengar cakap-cakap/perbualan di meja-meja sebelah membicara jawapan masing-masing dan ada juga yang memberi hence cara pengiraan sebab ada perbezaan pada jawapan. Saya masih menyemak jawapan-jawapan saya sendiri. Untuk curi-curi bincang, tidak berpeluang, saya duduk di meja yang agak kehadapan di dewan. Ketika itu saya dapat SMS dari seseorang. Dan situasi exam dan SMS nya mengingatkan saya sesuatu yang telah berlaku.”
1) Masing-masing menunjukkan pengiraan & penyelesaian yang betul tatkala ada perbezaan jawapan.
2) Masing-masing merasakan dia lah yang benar dan orang lain salah.
Seringkali kita lihat pertelingkahan sesama manusia disebabkan ”aku lah benar, engkau lah sesat”, ”aku lah betul, engkau lah salah” dan ayat-ayat yang seumpama dengannya. Situasi seperti ini pernah saya lalui dan tak kurang juga menjadi orang tengah untuk mendamaikannya.
Pernah dahulu saya terlibat suatu program. Dalam program itu ada satu aktiviti ”Akulah yang menang!!”. Tujuan permainan ini?, mungkin kalian boleh fikirkannya. Ketika itu kami diseru berdebat tentang ”Siapakah yang bersalah Hang Tuah atau Hang Jebat?.
Tak kurang juga bila kita mengatakan:
Kita memenangkan Hang Tuah sebab dia mentaati Sultan. Kita memenangkan Hang Jebat sebab dia penegakan kebenaran.
Kita terlupa sesuatu, orang yang patut dipersalahkan adalah Sultan sebab baginda tidak mengkaji dahulu, hanya main dengar sahaja, ikut sahaja telunjuk orang dan memberi keputusan terburu-buru.
Sama juga situasi yang berada di blog saya ini. Ada sahaja anonymous meninggalkan mesej di chatbox, mengatakan **** sesat, tidak benar, itu ini dan sebagainya. Tidak kurang jugak untuk rakan blog saya, yang dilinkkan oleh saya, telah menerima nasib yang sama.
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan[7].
6. Tunjukilah[8] kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.[9]
[6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
[7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.
[8] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.
[9] Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
Ayat yang dibaca diatas adalah ayat ketiga terakhir dalam surah al-Faatihah mengingatakan saya dengan keadaan umat Islam saat ini. Banyak di antara umat Islam sekarang yang menganggap pendapatnya-lah yang paling benar, keyakinannya-lah yang berada pada kebenaran. Mereka menganggap bahwa jalan yang mereka ambil adalah jalan yang lurus. Perbezaan pendapat dan penafsiran yang ada di antara umat Islam membuat mereka berpecah belah, merasa diri paling benar sendiri dan orang lain salah. Kadang timbul konflik yang diwarnai dengan hujatan-hujatan, caci maki, bahkan sering kali gelaran sesat dan kafir pun dilontarkan.
Apa penyebab semua ini? Perbezaan yang seharusnya wajar menjadi tidak wajar lagi. Mengapa saya mengatakan bahwa perbezaan pendapat itu wajar? Setiap orang diciptakan oleh Allah SWT dengan segala sesuatu yang serba berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain. Bahkan anak kembar sekalipun tidak mungkin sama antara keduanya, keduanya memiliki ciri khas masing-masing.
Dua orang yang melihat sebuah gambar yang sama lalu mereka kita perintahkan untuk menafsirkan gambar tersebut. Maka dua orang itu pasti menafsirkan gambar tersebut berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa pemikiran setiap orang berbeda-beda yang mana perbedaan pemikiran ini akan mengakibatkan munculnya perbedaan pendapat dan penafsiran dalam kehidupan keberagamaan. Karena sebab itu, maka perbezaan pendapat adalah wajar dan manusiawi. Jika tidak berbeza maka bukan manusia.
Jika perbezaan pendapat itu wajar, lalu apa yang menyebabkan konflik yang terjadi antara umat Islam selama ini? Menurut saya penyebab konflik tersebut adalah fanatik buta dan merasa diri paling benar sendiri. Jika dalam diri seseorang sudah melekat kuat dua sifat tersebut, maka dia akan membenci dan tidak menghargai perbezaan pendapat. Dia merasa pendapatnya saja yang paling benar dan orang lain salah.
Teringat saya tentang suatu pernyataan menghentam. Asbab serangan seolah-olah dia mengenali 'diri saya' [Ketika membaca pernyataan beliau].
"Kami telah sampai dahulu di sini. Malah kami wujud lebih awal dari kau. Maka kami lah yang benar". Mengapa pernyataan itu dilontarkan? Jika 'benar' lah yang awal itu atau yang pertama hadir itu dinilaikan sebagainya 'benar'. Maka mengapa tidak diikut agama selain agama Islam? Sedangkan dia lebih awal datang & bertapak di Tanah Melayu?.
Manusia sebagai makhluk relatif tidak memiliki pengetahuan yang sempurna tentang sesuatu yang bersifat mutlak. Manusia hanya memiliki pengetahuan mana yang benar dan mana yang salah. Kerana benar dan salah itu relatif. Benar menurut saya, belum tentu benar menurut anda. Salah menurut saya belum tentu salah menurut anda. Lalu siapakah yang mengetahui kebenaran yang hakiki sedangkan kebenaran itu bersifat mutlak? Maka hanya sesuatu yang bersifat mutlak saja yang dapat mengetahui kebenaran. Siapa itu? Jika anda menjawab “Tuhan” maka anda termasuk orang yang “benar”.
Dalam surat al-Fatihah ayat 6-7 disebutkan permohonan kita sebagai manusia (makhluk relatif) kepada Allah (Dzat mutlak) untuk ditunjukkan jalan kebenaran (mutlak) bukan jalan kesesatan. Dalam ayat tersebut kita sudah mengakui ketidakberdayaan kita untuk mengetahui kebenaran yang hakiki, lalu kenapa banyak di antara kita masih bersombong diri dengan merasa kita-lah yang berada pada kebenaran sedangkan orang yang tidak sependapat dengan kita dianggap sebagai orang sesat bahkan kafir. Apa belum cukup berita dari Allah dalam surathan-Nahl ayat 125? “…Sesungguhnya hanya Tuhanmu-lah yang lebih mengetahui siapa-siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan hanya Tuhanmu-lah yang lebih mengetahui siapa-siapa yang mendapat petunjuk-Nya.”
Apakah kita masih berani bersombong diri setelah mendengar ayat tersebut? Apakah kita masih berani mengelar seseorang sesat atau tidak setelah membaca ayat tersebut? Terserah anda……[]
3 comments:
Salam..
Tajuk entry ini "Bilang... 'to0 2, 3, 4,...'"..ermm..macam selalu saya lihat tapi di mana ye??hehe
Enrty ini kamu post untuk menjawab pertanyaan untuk mereka-mereka yang tidak berpuas hati dengan CO ka??
Sekadar bertanya..hee
w'salam...
Hmmm.. Awak tengok kat mana tajuk tuh??hee..
Menjawab pertanyaan untuk mereka-mereka yang tidak berpuas hati dengan CO ya jugak.
1) Untuk yang kalah hujah dengan saya suatu masa dahulu, ya jugak. 2) Untuk mereka yang bajet "Aku lah betul", ya jugak.
3) Untuk menyedarkan 'sultan' atau khutlah(kelompok) yang copy paste/tiru@tekap bulat-bulat kenyataan yang diterima tanpa mengkaji keshahihan berita itu, ya jugak.
3) untuk mengingatkan kita semua. Kebenaran yang mutlak adalah dari Allah SWT.
Wallahulam
Sekadar berkongsi...hee
Bukan tajuk sebenarnya..tapi dalam sistem khidmat pesanan ringkas (sms) je..huhu
Post a Comment