Tadi semasa sedang menulis pos yang tajuknya (dirahsiakan). Saya mengusha beberapa blog yang saya kenali. Ramai yang update, bagus-bagus...hehehe... Dalam banyak-banyak pos yang saya baca. Ada satu pos yang membuatkan saya hendak menulis pos terbaru. Pos (rahsia) ditangguhkan seketika.
Dalam pos tersebut memberitahu,
"kalaulah...kalau nak kata DEB ni tak berjaya utk mengurangkan gap kemiskinan..sbb nampak berlambak org Melayu yg masih miskin lagi dan org cina dan india terus menerus kaya raya...adakah persoalannya, 1. DEB yg tidak berkesan? atau, 2. Melayu tu sendiri yg malas? "DEB tidak akan berjaya selagi mana sistem DEB itu tidak berpandukan syara'. Begitu juga dasar-dasar lain yang bersangkutan dengan ekonomi yang tidak berlandaskan syara'.
Secara umumnya, DEB itu yang kita pelajari di buku teks Sejarah di sekolah menengah adalah, hendak mengurangkan jurang ekonomi antara 3 bangsa. DEB berperanan menghapuskan dasar kepemilikan oleh 3 bangsa tersebut. Baik di ladang getah, kampung-kampung, lombong bijih.
Dalam permasalahan ini. Islam telah memberi aturan hidup yang cukup sempurna. Cukup bernas penyelesaiannya dengan manusia yang pelbagai ragam, ras, bangsa dan sebagainya.
Sebelum diteruskan dengan panjang lebar. Perlulah kita tahu apa itu ekonomi. "Ekonomi" diambil dari bahasa Yunani kuno (baca: Greek), yang maknanya adalah "mengatur urusan rumah tangga", dimana anggota keluarga yang mampu, ikut terlibat dalam menghasilkan barang-barang berharga dan membantu memberikan jasa, lalu seluruh anggota keluarga yang adam ikut menikmati apa yang mereka peroleh. Kemudian populasinya semakin banyak dalam rumah, lalu menjadi suatu komuniti yang diperintah oleh satu negara.
Pendek kata, istilah ekonomi ialah, kegiatan mengatur urusan harta kekayaan. Mudah difahami bukan? (Ok, selesai sudah pos saya ini..hehehe)
Berbalik pada cerita tadi. Dalam mengatasi masalah tersebut, hendaklah kita menggunakan asas untuk membangun sistem ekonomi; kepemilikan, tasharruf (pengelolaan) kepemilikan, dan pengagihan kekayaan di tengah-tengah manusia.
Pandangan Islam terhadap masalah kekayaan berbeza dengan pandangan Islam terhadap masalah pemanfaatan kekayaan.(hah, macamana tuh??). Menuru Islam, sarana-sarana yang memberikan kegunaan adalah masalah tersendiri, sedangkan perolehan kegunaan adalah masalah lain. Kerana itu, kekayaan dan tenaga manusia, dua-duanya merupakan kekayaan, sekaligus sarana yang boleh memberikan kegunaan atau manfaat. Sehingga. kedudukan kedua-duanya dalam pandangan Islam, dari segi keberadaan dan produknya dalam kehidupan, berbeza dengan kedudukan pemanfaatan serta tatacara perolehan manfaatnya.
Dari segi pemanfaatan harta kekayaan dan pemanfaatan tenaga manusia. ISlam juga ikut campur tangan dalam masalah pemanfaatan kekayaan dengan cara yang jelas. Islam, misalnya, mengharamkan pemanfaatan beberapa bentuk harta kekayaan; arak. Sebagaimana Islam juga mengharamkan pemanfaatan beberapa tenaga manusia; berdansa dan pelacuran. Begitu juga, mengharamkan menjual harta kekayaan yang haram untuk dimakan, serta menyewakan tenaga untuk melakukan sesuatu yang haram dilakukan.
Manakala, tatacara perolehannya, Islam telah mensyariatkan hukum-hukum tertentu dalam memperoleh kekayaan; hukum-hukum berburu, menghidupkan tanah mati, hukum-hukum kontrak jasa, industri, serta hukum-hukum waris.
Ini berkaitan denan pemanfaatan kekayaan dan mekanisme perolehannya. Sedangkan yang berkaitan dengan kekayaan itu sendiri, dari segi memproduksinya, Islam telah mendorong dan memacu agar memproduksi sebanyak-banyaknya, sebagaimana Islam memacu agar bekerja. Sementara itu, Islam sama sekali tidak ikut campur tangan dalam hal untuk meningkatkan produk, termasuk kemampuan produk tersebut. Justeru itu, Islam membiarkan (baca:membenarkan) manusia untuk melaksanakannya.
Sedangkan dari segi keberadaannya, harta kekayaan tersebut sebenarnya terdapat dalam kehidupan ini secara alamiah, dimana Allah SWT telah menciptakannya untuk diberikan kepada manusia.
"Dialah yang menciptakan unutk kalian semua, apa saja yang ada di bumi"
[TMQ Al-Baqarah, 1:29]
"Allahlah yang telah menundukkan untuk kalian lautan, agar bahtera boleh berjalan di atasnya dengan kehendakNya, juga agar kalian boleh mengambil kebaikannya"
[TMQ Al-Jatsiyah, 45:12]
"Dan (Dialah) yang menundukkan untuk kalian apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi"[TMQ Al-Jatsiyah, 45:13]
"maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu."
[TMQ 'Abasa, 80:24-32]
"Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). "
[TMQ Al-Anbiyaa', 21:80]
"...Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu)..."
[TMQ Al-Hadiid, 57:25]
Di dalam ayat-ayat ini serta ayat-ayat lain yang serupa, Allah telah menjelaskan, bahwa Dia-lah yang menciptakan harta kekayaan dan tenaga manusia, dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan hal-hal lain. Semuanya ini menunjukkan, bahwa Allah SWT tidak ikut campur dalam masalah harta kekayaan, termasuk dalam masalah tenaga manusia, selain menjelaskan bahwa Dia-lah yang telah menciptakannnya agar boleh memanfaatkan oleh manusia. Begitu pula, Allah tidak ikut campur dalam menentukan masalah bagaimana memproduksinya. Bahkan, tidak ada satu nash syara' pun yang menjelaskan bahwa Islam ikut campur dalam menentukan masalah bagaimana memproduksi kekayaan tersebut, dan sebaliknya. Kita malah menemukan banyak nash syara' menjelaskan, bahwa syara' telah menyerahkan masalah tersebut kepada manusa agar menggali harta kekayaan tersebut, juga agar memperbaharui tenaga manusia.
Telah diriwayatkan, bahwa Nabi SAW pernah bersabda dalam masalah penyuburan(pembenihan) kurma:
"Kalianlah yang lebih tahu tentang (urusan) dunia kalian"
Juga terdapat riwayat hadis, bahwa Nabi SAW telah mengutus dia kaum Muslimin unutk berangkat ke pandai besi Yaman, untuk mempelajari industri persenjataan. Semuanya ini menunjukkan, bahwa syara' telah menyerahkan masalah memproduksi harta kekayaan tersebut kepada manusia, agar mereka memproduksinya sesuai dengan keahlian dan pengetahuan meraka.
Oleh kerana itu, amatlah jelas bahwa Islam telah memberikan konsep tentang sistem ekonomi, sementara tentang ilmu ekonomi tidak. Dan Islam telah menjadikan pemanfaatan kekayaan serta mekanisme perolehan manfaat tersebut sebagai masalah yang dibahas --- di dalam sistem ekonomi. Sementara, secara mutlak Islam tidak menyinggung masalah bagaimana cara memproduksi kekayaan dan faktor produksi yang boleh menghasilkn kekayaan.
Wallahulam....
p/s: Setakat ini sahaja dulu. InsyaAllah, akan dikongsikan lagi pada pos akan datang yang menyentuh tentang kaedah perekonomian. Yang dimana, pos ini menjelaskan tentang kepemilikan individu, umum dan negara. InsyaAllah, ia dapat memecahkan pemahaman yang membelenggungi dalam akal manusia tentang pelbagai konsep ekonomi yang sedia ada dan digunakan masa kini kononnya dapat menyelesaikan masalahnya.