From Qur'an || From Hadith

From Qur'an Surah Al-An'am (The Cattle) 6:164

Say: "Shall I seek a lord other than Allah, while He is the Lord of all things? No person earns any (sin) except against himself (only), and no bearer of burdens shall bear the burden of another. Then unto your Lord is your return, so He will tell you that wherein you have been differing."

None can bare the burden of another... meaning each of us are responsible for our own actions in this life. we better be sure that we are following the correct understanding of Islam, within the guidelines of the Qur'an and the Sunnah... cause on the day of judgment we will not be able to point fingers at any one else.. not even our sheikhs, imams or maulanas. May Allah (swt) give us the correct understanding of Islam and help us to abide by all aspects of it.

Monday 26 April 2010

Politik Ekonomi Islam

Pos kali ini menerangkan serba sedikit mengenai politik ekonomi Islam yang wajib dijadikan aturan hidup yang berlandaskan hukum-hukum Allah. Aturan ini wajib dipikul oleh negara, kerana negara yang mampu menegakan Syariah Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda:

"Siapa saja mencari dunia dengan cara halal, semata-mata dengan tetap menjaga dari kehinaan, maka dia akan menemui Allah SWT (sedangkan) wajahnya bagai bulan pada malam bulan purnama. Dan siapa saja yang mencari dunia sebagai suatu kebanggaan dan perlumbaan, maka dia akan menemui Allah (sementara) dia dalam keadaan marah."

Sabda Baginda lagi:

"Wahai anak Adam, apakah ada kepemilikan yang kau miliki kecuali apa yang engkau makan kemudian engkau habiskan, atau apa yang engkai pakai kemudian engkau lusuhkan, atau apa yang engkau sedekahkan kemudian engkau kekalkan"

Tujuan mencari kekayaan yang diperintahkan oleh Islam itu bukan semata-mata untuk menjadi alat pemuas keperluan, serta unut suatu kebanggaan, melainkan untuk menjalankan roda perekonomian secara menyeluruh sesuai dengan perintah dan larangan Allah. Islam juga telah memerintahkan kepada setiap Muslim agar mencari kehidupan akhirat dengan tidak melupakan kehidupan dunia

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."
[TMQ Al-Qashash, 28:77]

Berdasarkan Firman di atas. Islam telah menjadikan falsafah ekonominya berpijak pada upaya untuk menjalankan aktiviti perekonomian dengan berpegang kepada perintah dan larangan Allah yang didasarkan pada kesadaran adanya hubungan manusia dengan Allah SWT.

Islam menjadikan idea ini untuk membangun "pengaturan urusan kaum Muslimin" dalam suatu masyarakat, dalam kehidupan, yang menjadikan aktiviti perekonomian tersebut sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh hukum-hukum syara'.

Jika dibandingkan dengan sistem sekarang, beza amat, macam langit dengan bumi. Sebagai contoh yang pernah Panglima Kungfu baca (sedikit) tentang sosio-ekonomi negara. Panglima Kungfu berpendapat bahawa sosio-ekonomi mengalami kemerosotan dari pelbagai aspek baik pada kemasyarakatan, ekosistem, pasaran dan sebagainya. Usaha-usaha murni dalam memperbetulkan sosio-ekonomi masih mengalami kegagalan. Menyentuh hal kemasyarakatan yang disebutkan oleh Panglima Kungfu tadi. Masyarakat masih tidak terikat dengan syara' dalam aktiviti muamalat mereka. Pernindasan, penipuan, pinjaman peniagaan yang berlandaskan riba' dan sebagainya adalah contoh kegagalan yang ada dalam sistem ekonomi masa kini. Walhal pinjaman Mikro itu nampak macam membantu dari pinjaman bank, kesemua itu adalah penipuan belaka. Dan sebagainya.

Dalam Negara Daulah sendiri mempunyai peranan dalam menjaga hal-hal syara'. Dimana hukum-hukum syara' yang diperintahkan Allah SWT dijadikan sebagai suatu aturan agama. Mereka yang memiliki kewarganegaraan, atau menjadikan aktiviti perekonomian tersebut, terikat dengan hukum-hukum syara' sebagai suatu perundangan. Sehingga mereka diberi kebolehan sesuai dengan apa yang telah diperbolehkan oleh Islam kepadanya. Dimana, mereka juga terikat dengan ketentuan (baca:aturan) yang mengikat mereka.

"...Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya."
[TMQ Al-Hasyr, 59:7]

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. "
[TMQ Yunus, 10:57]

"Maka, hendaklah berhati-hati orang-orang yang menyimpang dari jalanNya, terhadap fitnah yang akan ditimpakan kepada mereka atau mereka akan ditimpakan azab yang pedih"
[TMQ An-Nuur, 24:63]

"Dan hendaknya engkau hukumi di antara mereka dengan apa yang Allah turunkan"
[TMQ Al-Maidah, 5:48]

Keterikatan kaum Muslimin dan semua orang kepada hukum-hukum ini boleh dijamin dengan adanya pembinaan, sehingga seorang Muslim boleh melaksanakan politik ekonomi tersebut kerana terdorong oleh ketaqwaan kepada Allah serta hukum syara' yang diterapkan oleh negara kepada seluruh manusia.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. "
[TMQ Al-Baqarah, 2:278]


"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian berhutang dengan tempoh tentu, maka catatlah hutang tersebut"
[TMQ Al-Baqarah, 2:282]
hingga,

"Kecuali jika muamalah itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagimu (jika) kamu tidak menulisnya"
[TMQ Al-Baqarah, 2:282]

Oleh itu, syara' telah menjelaskan mekanisme yang dipergunakan untuk menerapkan hukum-hukum ini, sekaligus menjelaskan tentang mekanisme yang boleh menjamin keterikatan mereka kepada hukum-hukum tersebut.

Dengan demikian nampaklah, bahwa politik ekonomi Islam di atas telah dibangun dengan berpijak kepada asas terpenuhinya keperluan setiap orang sebagai individu yang hidup dalam suatu masyarakat tertentu, serta asa kerja untuk mendapatkan kekayaan dalam rangka memenuhi apa saja yang boleh memuaskan keperluannya. Oleh kerana itu, politik ekonomi Islam tersebut sebenarnya berdiri di atas satu konsep, iaitu menjalankan aktiviti ekonomi berdasarkan hukum syara' yang diterapkan oleh setiap orang dengan dorongan ketaqwaan kepada Allah serta dilaksanakan oleh negara, melalui pembinaan dan perundangan hukum syara'.

Wallahulam...


2 comments:

WanitaMustanir said...

Assalamualaikum saudara,

Banyak hadis yg mndorong agar mncari harta. Dlm sebuah hadis ada menyatakan: Bahawa Rasulullah SAW tlh mnyelami tgn Sa'ad bin Mu'adz RA dan ketika itu tangan Sa'ad ngapal (bekas-bekas dipergunakan bekerja). Kemudian hal itu ditanyakan oleh Nabi SAW lalu Sa'ad menjawab: "Saya selalu mengayunkan skrop dan kapak untuk mencarikan nafkah keluargaku." Kemudian Rasulullah SAW menciumi tangan Sa'ad dengan bersabda: "(Inilah) kedua telapak tangan yang disukai oleh Allah SWT"

Rasulullah SAW juga bersabda:

"Tidaklah seseorang makan sesuap saja yang lebih baik, selain ia makan dari hasil kerja tangannya sendiri"

Boleh tak terangkan sedikit ttg hadis tersebut?

wallahualam..

Panglima Kungfu said...

Terangkan?? Apa yang ana fahami tentang hadis tersebut dan seangkatannya ialah Islam mendorong manusia agar bekerja, mencari rezeki dan berusaha. Bahkan Islam telah menjadikan hukum mencari rezeki tersebut adalah fardhu.

Disini ana mahu kongsikan sedikit riwayat yang pernah ana baca. Bahawa Umar al-Khatab pernah berjalan melintasi suatu kaum di Qurra', lalu beliau melihat mereka duduk dengan menundukkan kepala mereka. Kemudia beliau bertanya: "Siapakah mereka itu?" Kemudian ada yang menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang bertawakal." Lalu beliau berkata: "Tidak, sama sekali tidak. Jesteru, meraka yang (dikatakan) bertawakal itu adalah orang-orang yang memakan harta kekayaan orang. Apakah kalian ingin aku tunjukkan siapakah orang-orang yang bertawakal itu?? Maka, ada yang menjawab: "Tentu." Lalu beliau berkata: "Dialah orang yang menanam benih di dalam tanah, kemudian bertawakal kepada Tuhannya."

Wallahulam...

Related Posts with Thumbnails