From Qur'an || From Hadith

From Qur'an Surah Al-An'am (The Cattle) 6:164

Say: "Shall I seek a lord other than Allah, while He is the Lord of all things? No person earns any (sin) except against himself (only), and no bearer of burdens shall bear the burden of another. Then unto your Lord is your return, so He will tell you that wherein you have been differing."

None can bare the burden of another... meaning each of us are responsible for our own actions in this life. we better be sure that we are following the correct understanding of Islam, within the guidelines of the Qur'an and the Sunnah... cause on the day of judgment we will not be able to point fingers at any one else.. not even our sheikhs, imams or maulanas. May Allah (swt) give us the correct understanding of Islam and help us to abide by all aspects of it.

Saturday, 28 November 2009

Haji Semata-mata Haji

Selamat Hari Raya Aidil Adha kepada kaum Muslimin. Umum sepanjang tahun, umat Islam melaksanakan ibadah yang ada di dalam Rukun Islam. Ibadah mereka cendorong kepada ritual semata-mata. Sedangkan Allah SWT menurunkan Islam bukan hanya ritual semata-mata, bahkan juga dalam aspek politik semata-mata. Apabila disebut Haji dan Masjidil al-Haram Mekah khususnya masyarakat Melayu. Mereka (tetamu Allah) pastikan ditanya oleh keluarga, rakan taulan, sahabat andai dan lelain tentang pengalaman mereka semasa disana. Persoalan yang pasti ditanya adalah perkara-perkara pelik yang berlaku disana.

Pada suatu ketika dahulu, saya pernah berfikir tentang qoata jemaah haji setiap negara yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi. Mengapa perlu ada qoata?? Mengapa menghalang umat Islam untuk beribadah haji?? Dewasa kini, pemerintah Arab Saudi menghalang jemaah haji berpolitik, apatah kah lagi berbicara tentang Islam dan penerapan hukum Syariat. Walhal politik itu sebahagian dari Islam. Mengapa menghalang jemaah haji berbicara dan berbincang soal politik Islam?? Politik Islam lah, yang membela agama Allah seterusnya umat Islam dan umat yang berada di naungan Daulah Islam.

Politik Islam adalah 'pengatur' dan 'pengurus' urusan umat dan seterusnya menjadi simbolik penyatuan umat. Jika difikirkan dengan akal sekali, bukan itu yang terbaik??

Saban waktu kita disajikan khutbah yang tidak menyentuh tentang politik islam. Khutbah yang lazim kita dengari adalah berkaitan dengan ritual dan perkara-perkara fardhu kifayah semata-mata. Sempena musim haji ini, marilah kita sama-sama menghayati khutbah terakhir Rasulullah SAW, Khutbah al-Wida'

Wallahulam

Saturday, 21 November 2009

Karekter Seorang Daie

Dakwah adalah proses mengkomunikasikan materi dakwah kepada sasaran dakwah. Oleh kerana itu, harus ada pelakunya, iaitu seorang daie atau pengembang dakwah (hamilud dakwah). Seorang daie tentu harus mempersiapkan diri dalam melakukan aktiviti dakwah. Disamping penguasaan materi dakwah dan teknik-teknik dan komunikasi untuk penyampaian materi dakwah, seorang daie harus mempersiapkan diri dengan membentuk karekter daie atau pengembang dakwah dalam dirinya, sehingga menjadi sifat yang melekat yang senantiasa menjadi akhlak dan perilakunya sehari-hari baik saat ia menyampaikan dakwah maupun saat ia melaksanakan tugas-tugas kehidupan lainnya. Allah SWT berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?"(QS. Fushilat 33).

Imam Ibnu Katsir mengatakan bahawa dakwah kepada Allah maksudnya adalah menyeru para hamba Allah kepada Allah. Sedangkan mengerjakan amal soleh maksudnya bahawa seorang dai yang menyeru manusia kepada Allah itu juga mendapatkan hidayah dari apa yang dia katakan dan kata-katanya itu bermanfaat bukan hanya kepada orang lain, tapi juga kepada dirinya sendiri. Seorang daie itu bukanlah orang yang memerintahkan orang kepada perbuatan yang ma’ruf sementara dia sendiri tidak mengerjakannya. Juga dia bukanlah orang yang mencegah perbuatan munkar sedangkan dia sendiri mengerjakannya. Seorang daie tunduk pada perbuatan baik yang dia dakwahkan dan meninggalkan perbuatan buruk dan menyeru manusia kepada AL Khaliq Tabaraka wa Ta’ala. Ayat ini bersifat umum pada setiap orang yang menyeru kepada kebaikan (Islam) dan dia sendiri mendapatkan petunjuk dan Rasulullah SAW. adalah manusia yang paling utama melakukan hal itu. Abdur Razaq mengatakan dari Ma’mar dari Al hasan al Bashri bahwa dia telah membaca ayat di atas lalu berkata:

هذا حبيب الله هذا ولي الله هذا صفوة الله هذا خيرة الله هذا أحب أهل الأرض إلى الله أجاب الله في دعوته ودعا الناس إلى ما أجاب الله فيه من دعوته وعمل صالحا في إجابته وقال إنني من المسلمين هذ خليفة الله.

Ini adalah orang yang dicintai Allah. Ini adalah wali Allah. Ini adalah pilihan atau teman sejati Allah. Ini adalah pilihan Allah. Ini adalah penduduk bumi yang paling dicintai Allah. Allah menjawab seruannya dan dia menyeru manusia kepada apa yang dijawab (diterima) Allah dari dakwahnya dan beramal salih dalam menjawab seruan Allah dan mengatakan aku termasuk orang muslim. Ini adalah wakil Allah.

Dengan demikian jelaslah betapa mulianya kedudukan seorang dai. Dan betapa seorang daie yang memiliki integriti antara ucapan dan perbuatannya merupakan orang-orang pilihan yang dalam bahasa Imam Al hasan Al Bashri (seorang Imam yang sangat terkenal di masa Khalifah Harus al Rasyid di Baghdad) orang-orang seperti dia gelari dengan habibullah (kekasih Allah), waliyullah (wali Allah), shafwatullah (pilihan Allah) , khairatullah (pilihan Allah), dan khalifatullah (wakil Allah).

Bagaimana menjadi seorang daie yang memiliki integritas antara kata dan perbuatannya? Apa saja karakter yang mesti dimiliki seorang daie yang mengajak manusia kepada jalan Allah, kepada dinul Islam, dengan metode dakwah Islam tanpa kekerasan sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW? Bagaimana cara mebentuk karekter itu dan bagaimana cara merawathnya? Tulisan ini mencuba menguraikannya.

Related Posts with Thumbnails